Mohon tunggu...
EmilyWu
EmilyWu Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis, Cerpenis, Menerima Jasa Penulisan Novel.

Walaupun aku tak bersayap, aku ingin terbang ke langit mengambil matahari, bintang dan bulan. Ide cantik selalu menarik untuk kuketik dan kususun dengan indah menjadi sebuah kisah...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aku Pelacur, tapi Bukan Wanita Panggilan

14 November 2017   21:37 Diperbarui: 14 November 2017   22:03 1252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : istock, diedit dengan Canva

Kebetulan lagi dia masih terhitung kerabat denganku, kerabat jauhlah.

Lewat facebooklah kami akhirnya menjalin komunikasi lagi, bertukar nomor HP, dan berjanji untuk bertemu di Ancol pada suatu waktu untuk membicarakan bisnis tentu saja. Aku berharap dari sini pertemuan akan berlanjut kekamar hotel dan beberapa lembar rupiah akan keluar dari dompetnya untukku atau mungkin dia akan menanyakan nomor rekeningku dan akan menstranfer sejumlah angka untuk membayar pelayananku.

Pria ini sudah hampir terjerat dengan perangkapku, dia jatuh kasihan padaku, karena mendengar kisah hidupku dan malah sepertinya hampir jatuh cinta padaku, kesempatan ini benar-benar tidak akan aku sia-siakan, lewat statusku di Face book aku selalu menggambarkan kisah kasih kami dan perasaanku padanya. Syair-syair lagu yang hampir mirip dengan kisah kami selalu aku jadikan status di FB-ku, berharap laki-laki itu akan membacanya dan makin jatuh cinta padaku.

Harapanku hampir berhasil ketika suatu ketika aku menerima telp dari seorang perempuan, bersuara merdu.

"Dengan Paulina?" Sapanya dari seberang sana.

"Ya...," Aku menjawab setengah ragu-ragu.

"Aku Istrinya Lee, bisa kamu berhenti menelephone suami saya?" Katanya tegas tapi tanpa nada marah.

Apa hakmu melarang aku menelephone, aku berhak menelephone siapa saja yang aku mau?" Kataku sengit.

"Kamu memang berhak menelephone siapa saja yang kamu mau, tapi itu bukan suamiku, apalagi hal itu kamu lakukan hampir tiap hari dengan durasi hampir satu jam, dan pada jam-jam kerja, yaitu sekitar pukul 10.00 s/d. 11.30, itu tentu saja sangat menganggu kinerja suamiku yang sedang mencari nafkah untuk anak dan istrinya, kalau sampai suamiku dipecat dari tempat kerjanya apa kamu mau tanggung jawab Paulina?" Tanyanya telak. Aku terhenyak di tempat dudukku, tapi aku masih ingin membela diri.

"Sebaiknya kamu jangan terlalu curiga, suamimu itu masih ada hubungan saudara deganku. " Kataku mencoba untuk menerangkan.

"Saudara? Saudara yang bisa diajak bercinta? Begitu maksudmu Paulina? Aku sangat tahu siapa dirimu Paulina, selain kamu pernah hampir dipenjara gara-gara kasus penipuan, sepak terjangmupun aku sangat paham, mungkin kamu bisa bersembunyi dari banyak orang tentang siapa dirimu, tapi tidak dari aku Paulina, dan kamu harus tahu bahwa suamiku, aku pastikan tidak akan menjadi korbanmu berikutnya." 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun