Sudah dua minggu lamanya sejak sepuluh orang WNI yang bekerja pada kapal pandu Brahma 12 milik  Brahma PT Patria Maritime Line disandera  oleh kelompok garis keras Abu Sayyaf, hingga saat ini belum diketahui nasibnya. Kelompok Abu Sayyaf meminta agar sepuluh  WNI tersebut di tebus dengan mahar sebesar 50 juta peso, kurang lebih 15 miliyar dalam kurs rupiah.Uang tebusan yang tidak sedikit, namun pemerintah tetap bertanggung jawab penuh terhadap keselamatan warga negaranya.
Polemik mengenai bagaimana cara pembebebasan sandera masih bergulir, di satu pihak pemerintah Republik Indonesia telah menawarkan bantuan Militer kepada negara Filipina namun bantuan tersebut ditolak. Kepala BIN, Sutiyoso, menilai wajar apabila negara Filipina menolak bantuan tersebut.Penolakan tersebut sebagai bentuk kepercayaan dan harga diri militer Filipina.
Adriana Elisabeth , Peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sekaligus pengamat Filpina, menyarankan agar opsi tebusan uang lebih diutamakan.Menurut beliau negara tidak boleh bermain-main karena sandera bisa saja dibunuh,menurut hematnya opsi pembayaran tebusan merupakan cara yang lebih praktis.
Opsi tebusan sebenarnya sudah disetujui oleh pihak perusahaan, namun sejauh ini banyak kritik tentang pilihan penyelesaian denga tebusan.Salah seorang politisi yang bersikap keras terhadap kebijakan pembayaran tebusan adalah anggota DPR RI Effendi Simbolon.Menurutnya apabila pendekatan soft power mengesampingkan arti kedaulatan bangsa Indonesia,untuk apa ada negara.Apabila pemerintah Indonesia menyetujui membayar uang tebusan, maka praktek seperti itu akan diulang kembali oleh
kelompok penculik,beliau berpendapat bahwa kelompok Abu Sayyaf bukanlah perampok musiman melainkan teroris.
Ditengah polemik bagaimana cara pembebasan para sandera,hari ini militer Filipina melalui juru bicara Filipina Wilayah Mindanao Barat Mayor Filemon Tan, hari ini mengatakan sedikitnya 18 tentara mereka dan lima militan Abu Sayyaf tewas dalam baku tembak selama 10 jam di Provinsi Basilan, kemarin. Dalam baku tembak itu lebih dari 50 tentara terluka.
Menurut Reuters, di antara lima militan yang tewas diketahui bernama Muhammad Khattab, warga Maroko, dan Ubaida Hapilon.
Bagaimana dengan nasib WNI kita? Semoga keselamatan dan kesehatan masih menyertai mereka dan kita berharap semoga pemerintah dapat segera membebaskan para sandera.terkait dengan keselamatan warga negara menjadi standar prioritas pemerintah dalam memenuhinya, sehingga tidak terjadi premis negatif terhadap pemerintah kita yang mengancam elektabilitas pemrintah juga tatanan berbangsa kita.Apapun pilihan cara pembebessan yang dipilih, semoga kesepuluh WNI tersebut bisa kembali dengan selamat.
SUMBER:
18 Tentara Filipina tewas disergap Abu Sayyaf, 10 WNI masih ditahan
Harga Diri Jadi Alasan Filipina Tolak Bantuan Militer Indonesia Â