Panic buying merupakan fenomena pembelian sesuatu secara berlebihan sebagai antisipasi dari kehilangan hal tersebut. Fenomena panic buying juga terjadi di dunia sepakbola. Disaat sebuah klub menginginkan pemain dan ingin membeli pemain tersebut,Â
tetapi disisi lain ada klub lain yang juga menginginkan pemain itu untuk ditransfer. Hal tersebut menimbulkan panic buying di antara dua klub. Pastinya kedua klub tersebut akan saling menawarkan harga yang lebih tinggi bahkan harga tersebut bisa merusak pasaran dalam bursa transfer di dunia sepakbola.Â
Sebagai contoh yaitu transfer Aurélien Tchouaméni dari klub As Monaco FC ke Real Madrid dengan banderol 80 juta euro atau setara Rp 1,2 triliun dengan klausul dalam pembelian yaitu bonus tertentu sebesar 20 juta euro atau setara dengan Rp 307 miliar.Â
Awalnya transfer dari Aurélien Tchouaméni diperebutkan oleh dua klub raksasa yaitu Real Madrid dan PSG. Real Madrid dan PSG merupakan klub kaya sehingga dua klub tersebut berebut dan saling menawarkan harga yang lebih tinggi ke pemain muda tersebut.
Real Madrid berhasil memenangkan perburuan pemain muda berdarah Prancis tersebut.Â
Di sisi lain ada juga transfer Darwin Núñez pemain muda asal Uruguay yang didatangkan oleh klub Liverpool dari Benfica dengan nilai transfer mencapai 100 juta Euro atau sekitar Rp 1,5 triliun.Â
Klub rival Liverpool FC yaitu Manchester United awalnya juga ikut dalam perburuan striker muda yang telah mengemas 26 gol dan menjadi topskor di liga Portugal.Â
Di dalam penjelasannya di youtube, Coach Justin memberikan istilah "Beli kucing dalam kardus" dikutip dari youtube Coach Justin yang memberikan istilah untuk transfer-transfer pemain tersebut yang diartikan bahwa klub-klub tersebut membeli pemain dengan harga yang sangat gila,Â
bahkan belum diketahui apakah pemain tersebut bisa menunjukkan performa terbaiknya bersama klub dengan pembelian yang harganya sangat fantastis. Seperti transfer Jadon Sancho yang dilakukan oleh Manchester United maupun Philippe Coutinho oleh tim FC Barcelona kedua klub tersebut melakukan transfer dengan harga yang tinggi tetapi performa pemain tersebut jauh dari harapan klub maupun suporter.Â
Panic buying juga bisa terjadi karena pembelian pemain sepakbola yang mepet dengan penutupan jendela transfer dalam sepakbola. Negosiasi yang begitu alot dari dua pihak klub menimbulkan tawar menawar terjadi hingga menjelang penutupan bursa transfer, dan mau tidak mau terkadang klub peminat akan melakukan transfer pemain incaran dengan patokan harga yang sudah ditetapkan oleh klub asal pemain.