Apakah Indonesia sudah kehilangan kewarasan untuk memilih mana yang harus didahulukan dan mana yang boleh diabaikan?
Di satu sisi:
1. Pilkada Jawa Timur menghabiskan dana Rp 1 trilyun.
2. Penyelamatan Bank Century, bank kecil dengan 35 ribu nasabah, memakan duit Rp 6,7 trilyun.
Di sisi lain:
3. Pemerintah hanya sanggup membayar Rp 200 ribu untuk harga sebuah naskah klasik Melayu. Pemerintah tak punya uang? Bohong. Lihat point nomer 1 dan 2 di atas. Dan ketika orang luar sanggup membayar mahal untuk membeli naskah-naskah itu, kita marah-marah.
4. Untuk mendaftarkan produk budaya, pemerintah mengenakan sejumlah biaya. Kenapa tidak dibuat gratis? Pemerintah tidak punya uang? Bohong. Lihat point nomer 1 dan 2 di atas. Oooh, mungkin bos dan nasabah Bank Century lebih penting daripada Tari Pendet, angklung, Reog Ponorogo, batik, songket, dan wayang kulit.
5. Kapal-kapal perang kita tidak bisa jalan lantaran punya banyak utang dengan Pertamina. Pemerintah tidak punya uang? Bohong. Lihat point nomer 1 dan 2 di atas. Kapal-kapal kayak gini mau dipakai mengganyang Malaysia? Saudara-saudara lebih baik jangan mimpi.
6. Doktor-doktor kita “dicuri” negara tetangga lantaran pemerintah tidak sanggup menggaji mereka dengan layak. Pemerintah tidak punya uang? Bohong. Lihat point nomer 1 dan 2 di atas. Tidak mau menggaji doktor-doktor, mereka lantas pindah ke luar negara, lalu kita marah-marah. Aneh.
7. Beasiswa ke luar negeri diperketat bagi Dosen PNS bahkan sampai 2 kali interview tak tembus apalagi Dosen honorer ataupun Dosen Swasta?
Sementara di Malaysia seluruh warga malaysia baik pegawai kerajaan/pemerintah maupun swasta ataupun pribadi seluruhnya dibantu pemerintah dalam bentuk Beasiswa ataupun pinjaman untuk kuliah di dalam/luar negeri dan sudah disediakan 5000 beasiswa Master maupun PhD dari tunjangan ekonomi tahap II. itupun masih banyak yang malas sekolah karena dengan hanya bekerja mereka sudah banyak penghasilan. Dan tahun 2007 lalu mereka menyediakan 1000 beasiswa lebih untuk International Student di UPM, dan yang mengambil hanya 800 orang saja dalam satu angkatan dan masih banyak bersisa itu belum di universiti lainnya untuk warga asing bukan warga lokal.