Bagi umat muslim khususnya masyarakat kota Gresik, fenomena Ramadhan menjadi uforia tersendiri bagi mereka. Dimana bulan Ramadhan adalah bulan suci yang penuh berkah. Masyarakat Gresik menyambut Ramadhan dengan suka cita dengan mempersiapkan hal baik lahir maupun batiniyah.Â
Hal yang cukup menarik setiap Ramadhan kota Gresik selalu mengadakan tradisi budaya salah satunya yakni Tradisi Sanggring Kolak Ayam yang ada di Desa Gumeno, Manyar, Gresik. Tradisi ini diadakan setiap malam ke-23 Ramadhan.Â
Tradisi ini berawal dari kisah Sunan Dalem yaitu putra kedua Sunan Giri, beliau membangun masjid di Desa Gumeno. Ketika menyebarkan syiar Islam, Sunan Dalem jatuh sakit dan disembuhkan dengan masakan khusus yang terbuat dari ayam dan santan yang sekarang dikenal dengan sanggring atau kolak ayam.Â
Tradisi Sanggring Kolak Ayam merupakan tradisi unik yang tidak ditemukan di tempat lain. Perpaduan rasa gurih ayam dan manisnya kolak menjadi ciri khas makanan tradisi ini. Tradisi ini menjadi daya tarik wisata religi dan menarik banyak pengunjung dari berbagai daerah.Â
Tradisi Sanggring Kolak Ayam diawali dengan memasak kolak ayam secara bersama-sama oleh seluruh warga desa. Ribuan piring kolak ayam disiapkan untuk dinikmati bersama-sama setelah shalat tarawih.Â
Sebelum menyantap kolak ayam, terlebih dahulu berdoa bersama untuk keselamatan dan kelancaran desa. Kemudian, kolak ayam dibagikan kepada warga yang hadir.Â
Tradisi Sanggring Kolak Ayam mengandung nilai-nilai budaya yang luhur, seperti gotong-royong, kebersamaan dan rasa syukur. Tradisi ini memiliki makna simbolis yang mendalam. Ayam melambangkan nafsu dan santan melambangkan kesucian.Â
Tradisi ini mengingatkan agar manusia selalu berusaha menyucikan diri dari hawa nafsu selama bulan Ramadhan. Selain itu, tradisi Sanggring ini juga menjadi wadah untuk mempererat tali persaudaraan dan gotong royong antar warga Desa Gumeno.Â
Adapun tujuan tersendiri bagi generasi muda penerus tradisi ini yakni untuk mengenalkan nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah Gresik dan sarana penguatan karakter pelajar yang ada di Gresik.Â
Tradisi Sanggring Kolak Ayam di Desa Gumeno ini sejalan dengan penerapan pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan. Tradisi ini dapat menumbuhkan karakter, melestarikan budaya, dan memperkuat semangat kebangsaan.Â
Dimana Ki Hajar Dewantara sendiri adalah Bapak Pendidikan Indonesia yang mewariskan pemikiran-pemikiran luhur tentang pendidikan yang relevan hingga saat ini. Pemikirannya berfokus pada pendidikan yang berpusat pada anak (Tut Wuri Handayani) dan memerdekakan anak (Ing Ngarsa Sung Tulodho, Ing Madya Mangun Karso).Â
Adapun "Trilogi Pendidikan Ki Hajar Dewantara" yakni kodrat alam, kodrat zaman, dan kemerdekaan yang sejalan dengan nilai budaya. Pemikirannya selaras dengan nilai-nilai luhur sosial budaya di berbagai daerah di Indonesia, termasuk Kota Gresik, Jawa Timur yang kental akan nilai-nilai luhur pada masyarakatnya juga kearifan lokal "warisan budaya Wali Songo". Â
Â
Tradisi Sanggring Kolak Ayam di Desa Gumeno, Gresik, Jawa Timur, banyak nilai luhur yang sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan. Beberapa contohnya:
- Tut Wuri HandayaniÂ
- Tokoh masyarakat dan sesepuh desa yang mempelopori tradisi Sanggring berperan sebagai "guru" yang membimbing dan mengarahkan generasi muda dalam menjaga tradisi. Tradisi Sanggring menjadi media pembelajaran bagi generasi muda tentang nilai-nilai budaya, sejarah, dan gotong royong.
- Ing Madya Mangun KarsaÂ
- Masyarakat Desa Gumeno aktif dan kreatif dalam mempersiapkan dan melaksanakan tradisi Sanggring Kolak Ayam. Tradisi ini menjadi wadah bagi masyarakat untuk berkarya dan berkolaborasi bersama-sama mengembangkannya dengan kreasi dan inovasi baru, seperti variasi resep kolak ayam dan pertunjukan seni budaya.
- Ing Ngarsa Sung TulodhoÂ
- Tokoh masyarakat Desa Gumeno menjadi teladan bagi generasi muda dalam menjaga nilai-nilai budaya dan tradisi. Tradisi Sanggring mencerminkan nilai-nilai moral seperti kebersamaan, gotong royong, dan rasa syukur.
- Trilogi Pendidikan:
- Kodrat Alam: Tradisi Sanggring memanfaatkan sumber daya alam lokal seperti ayam dan santan untuk diolah menjadi hidangan kolak.
- Kodrat Zaman: Tradisi ini terus berkembang dan beradaptasi dengan zaman dengan memanfaatkan media sosial untuk promosi dan dokumentasi tanpa kehilangan nilai-nilai luhurnya.
- Kebutuhan Anak: Tradisi ini memberikan pengalaman belajar yang berharga bagi anak-anak tentang budaya dan tradisi leluhur.
Dari keseluruhan pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan selaras dengan nilai-nilai luhur sosial budaya Gresik, yakni :
- Pendidikan yang berpusat pada peserta didik: Ki Hajar Dewantara menekankan pentingnya pendidikan yang berpusat pada peserta didik. Hal ini sejalan dengan nilai religiusitas di Gresik, di mana peserta didik dididik untuk menjadi pribadi yang beriman dan bertakwa.
- Pendidikan yang memerdekakan: Ki Hajar Dewantara menginginkan pendidikan yang memerdekakan peserta didik agar mereka dapat berkembang sesuai kodratnya. Hal ini sejalan dengan nilai kebersamaan di Gresik, di mana peserta didik dididik untuk hidup berdampingan dan saling membantu.
- Pendidikan yang menumbuhkan budi pekerti luhur: Ki Hajar Dewantara menekankan pentingnya pendidikan budi pekerti. Hal ini sejalan dengan nilai keteladanan di Gresik, di mana peserta didik dididik untuk mencontoh akhlak mulia para ulama dan kiai.
- Pendidikan yang berwawasan budaya: Ki Hajar Dewantara menghargai kearifan lokal. Hal ini sejalan dengan nilai kearifan lokal di Gresik, di mana peserta didik dididik untuk memahami dan melestarikan tradisi dan budaya setempat.
Tradisi Sanggring Kolak Ayam di Desa Gumeno merupakan contoh nyata penerapan pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan. Tradisi ini menumbuhkan karakter, melestarikan budaya, dan memperkuat semangat kebangsaan.
Tradisi Sanggring Kolak Ayam di Desa Gumeno mencerminkan beberapa pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan, seperti semangat gotong royong, pendidikan informal, dan pelestarian budaya. Tradisi ini menjadi contoh bagaimana nilai-nilai budaya dan pendidikan dapat diimplementasikan dalam kehidupan masyarakat.Â
Pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan dapat dikontekstualisasikan dengan nilai-nilai luhur sosial budaya Kota Gresik. Hal ini dapat dilakukan dengan mengintegrasikan nilai-nilai tersebut dalam kurikulum pendidikan, metode pembelajaran, dan budaya sekolah. Dengan demikian, pendidikan di Gresik dapat menghasilkan generasi muda yang beriman, bertakwa, berbudi pekerti luhur, dan berwawasan budaya. Â
Sumber informasi:
Wikipedia: https://id.wikipedia.org/wiki/Ki_Hajar_Dewantara
desagumeno.gresikkab.go.id/artikel/2022/4/25/mengenal-tradisi-sanggring-di-gumeno-gresik-berbagi-kolak-ayam-di-malam-ke-23-ramadhan
Kemdikbud: https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailTetap=1257
Pemerintah Kabupaten Gresik: https://gresikkab.go.id/berita/463-semarak-sanggring-kolak-ayam-gumeno-salah-satu-warisan-budaya-takbenda-indonesia-yang-harus-dilestarikan
https://restorasi.net/business/libur-telah-tiba-berikut-wisata-di-kabupaten-gresik/#google_vignette
https://www.poltradabali.ac.id/2021/11/15/ki-hajar-dewantara/
Nurul Emiliyah_Mahasiswa PPG Prajabatan 2023_Bahasa JawaÂ
E-mail : nurulemiliyah@yahoo.comÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H