Mohon tunggu...
Emilianus Yakob Sese Tolo
Emilianus Yakob Sese Tolo Mohon Tunggu... -

Saya orangnya biasa-biasa saja secara intelektual. Tetapi suka membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Siami dan Wajah Pendidikan Kita: Sebuah Catatan yang Terlambat

30 Juni 2011   08:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:03 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering


Ketika Heracilitus berujar, education is a second sun to its possessors, pendidikan adalah matahari kedua bagi orang yang memilikinya, tentu maksudnya manusia sebaiknya harus berpendidikan. Sebab, tanpa pendidikan manusia ibarat hidup dalam kegelapan. Sang Filsfuf Yunani kuno initak meragukan bahwa pendidikan adalah matahari kedua yang dapat memberi terang kepada manusia agar dapat berjalan pada jalan yang benar sebagai manusia yang bermartabat.

Harus diakui bahwa pendidikan kita masih belum menunjukkan cahayanya yang sebenarnya. Cahayanya kian redup. Fakta kecurangan dalam UAN yang disingkap oleh Siami adalah salalah satu bukti keredupan dunia pendidikan kita. Bila institusi yang bernama sekolah melakukan kebohongan publik yang mencederai pendidikan, maka masih relevankah sekolahmenjadi tempat bersandarnya matahari pendidikan itu?

Siami dan Kebohongan Publik

Siami adalah seorang ibu rumah tangga yang berani bersuara ketika institusi pendidikan mencederai tugas dan tanggung jawabnya. Dia melaporkan pengaduan anaknya, Alifah Ahmad Maulana, yang dipaksa untuk memberikan contekannya untuk teman-temanya kepada kepala sekolah. Namun, karena tidak ditanggapi, ia pun mengadu ke dinas pendidikan. Pengaduannya yang terakhir ini akhirnya ditindaklanjuti penyelidikan oleh DPRD setempat. Hasilnya, kepala sekolah dicopot dari jabatan dan dua guru lainnya diturunkan pangkatnya.

Siami (32) tahu bahwa apa yang dilakukan oleh sekolah tempat anaknya yang cerdas meniti ilmu adalah sebuah kesalahan besar yang bisa merusak generasi bangsa. Hal ini tidak bisa ditolerir. Oleh karena itu, dia bersuara lantang menentang kebohongan publik itu dan berani menanggung resiko terberat yang harus diterimanya. Memang benar, ia kemudian dihujat oleh para guru dan wali murid yang lain. Bukan cuma itu. Ia pun disingkirkan dari rumahnya sendiri demi kebenaran.

Namun, kita harus bersyukur, sebab keberanian Siami telah membuka mata banyak pihak yang mencintai kejujuran. Semoga perjuangan Siami menjadi awasan sekaligus peringatan bagi dunia pendidikan untuk lebih membenah diri. Institusi pendidikan harus menegakkan kembali hakekat pendidikan yang telah tercabik-cabik selama ini. Kebohongan publik yang disingkap Siami hanyalah satu fakta dari banyak fakta yang telah terjadi selama ini masih tertutup rapat.

Potret Buram Dunia Pendidikan

Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2004 pendidikan didefinisikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki anak didik melalui proses pembelajaran. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi anak agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, berkepribadian, memiliki kecerdasan, berakhlak mulia, serta memiliki keterampilan yang diperlukan sebagai anggota masyarakat dan warga negara.

Ini berarti pendidikan memiliki trimatra yakni matra personal, sosial dan budaya. Secara personal, peserta didik adalah seorang pribadi dan bukan benda atau obyek, melainkan subyek dengan aktivitas dan kreativitas yang khas. Karena itu, pendidikan harus memajukan pribadi dan membuat dia mengembangkan diri. Secara sosial, pendidikan adalah suatu proses yang bersifat antar-subyektif dan sosial, relasi pendidik dan peserta didik. Pendidikan juga menyiapkan seseorang bagi kehidupan bersama, harmoni sosial dan kesejahteraan umum. Secara budaya, pendidikan mengalihkan dari generasi yaang satu ke generasi lain nilai-nilai yang telah diolah oleh generasi-generasi terdahulu dengan tujuan membuat setiap individu yaang menerima menjadi pribadi yang sanggup memberikan sumbangannya bagi peradaban.

Itulah tujuan pendidikan yang seharusnya dikejar oleh dunia pendidikan kita. Namun, dunia pendidikan kita saat ini sudah mengalami kemunduran. Demi memperoleh prestasi akademis UAN, sekolah dengan seenaknya melakukan kebohongan publik. Sekolah membocorkan soal. Guru mengajari siswanya.Siswanya pun dibiarkan menyontek. Ini adalah tragedi kehancuran besar dunia pendidikan kita. Bukankah generasi muda sekarang adalah tulang punggung bangsa dan negara yang akan mengambil alih tongkat estafet kepemimpinan bangsa ke depan? Bila moralitas pendidik dan peserta didiknya buruk, mau dibawa ke mana bangsa ini ke depan.

Masih Relevankah UAN?

Keberanian Siami telah membuka mata kita bahwa kualitas pendidikan tidak cukup diukur dari prestasi akademis. Angka-angka yang dihasilkan oleh UAN bukan menjadi ukuran keberhasilan pendidikan kita. Keberhasilan pendidikan harus diukur baik dari aspek akademis, moral dan spiritual. Mungkin kita perlu melihat kembali apakah masih relevan menjadikan UAN sebagai kriteria untuk mengukur keberhasilan pendidikan nasional. Percuma kalau pendidikan kita hanyak menghasilkan orang-orang yang cerdas tetapi tidak bermoral dan berspiritual. Jika demikian bangsa kita hanya akan menjadi medan di mana kejahatan berseliweran.

Kisah keberanian Siami harus menggugah kita untukmengevaluasi sistem pendidikan kita selama ini yang lebih mementingkan potensiakademik peserta didik dan mengabaikan aspek moral, spiritual dan etika.Guru lebih berperan sebagai pengajar. Padahal, tujuan otentik lembaga pendidikan adalah mendidik dan mengajar. Oleh karena itu, guru harus menjalankan fungsi sebagai pengajar dan pendidik. Bukannya dua tujuan itu mulia itu diredusir ke dalam satu tujuan saja, yakni mengajar.Jika demikian, UAN tidak bisa menjadi tolok ukur keberhasilan pendidikan nasional. Dengan adanya keseimbangan antara mengajar dan mendidik dalam proses pendiMbdikan maka pendidikan kita akan menjadi ‘matahari’ yang memberikan pencerahan bagi semua masyarakat Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun