Mohon tunggu...
EMILIANTO SEFRI BERE
EMILIANTO SEFRI BERE Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa - STIKOM Uyelindo Kupang

Mahasiswa Teknik Informatika

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Jejak Kebhinekaan di Baduy Luar: PMM 4 Inbound Universitas Esa Unggul Menggali Nilai-nilai Tradisi

23 Juli 2024   11:00 Diperbarui: 23 Juli 2024   11:51 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.instagram.com/pmm4_ueu_senayan

Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) merupakan salah satu program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa seluruh indonesia untuk belajar selama 1 semester di kampus lain dibawah naungan Kemendikbudristek. Tidak hanya belajar, mahasiswa juga dapat mempelajari keberagaman budaya daerah tersebut dengan adanya mata kuliah wajib Modul Nusantara. Modul nusantara menyediakan beragam kelas menarik, diantaranya : Kebhinekaan, Inspirasi, Refleksi, dan Kontribusi Sosial.

Universitas Esa Unggul, salah satu kampus PTS Terbaik di Jakarta juga ikut serta dengan menjadi Perguruan Tinggi Penerima dalam program Pertukaran Mahasiswa Merdeka angkatan 4, dengan menerima 134 mahasiswa pertukaran dari seluruh daerah di Indonesia. Universitas Esa Unggul memfasilitasi kegiatan Modul Nusantara dengan baik, memberikan pengalaman terbaik kepada mahasiswa untuk mempelajari budaya terutama budaya Betawi dan budaya Banten. Dalam kelas Kebhinekaan Modul Nusantara, mahasiswa diberikan kesempatan mengunjungi Kampung Adat Badui Luar.

Kampung Badui merupakan kawasan pekampungan adat yang terletak di desa Kanekes, kecamatan Leuwidamar, kabupaten Lebak, provinsi Banten. Dulu mereka disebut ”orang Kanekes”, namun sekarang lebih umum disebut ”orang Badui”. Kawasan perkampungan ini ditemukan pertama kali pada abad ke-18 oleh Belanda. Saat itu kampung ini sangat tertutup, siapapun tidak boleh masuk selain warga asli badui. Setelah abad ke-20, sebagian suku Badui mulai membuka diri terhadap dunia luar. Badui akhirnya dibagi menjadi 3 kelompok yaitu tangtu, panamping, dan dangka. Tangtu adalah kelompok badui dalam yang masih sangat menjaga aturan adat istiadat dan tertutup dari dunia luar. Panamping adalah kelompok badui luar yang cukup terbuka dengan dunia luar tapi tetap menjaga kesederhanaan dan keaslian adat mereka. Sedangkan dangka adalah kelompok yang biasanya sudah tinggal di luar wilayah Kanekes, seperti di Padawaras dan Sirahdayeuh.

Sebanyak 134 mahasiswa, 5 Dosen Modul Nusantara, 1 Koordinator PT dan 5 LO (total 145 orang) diberangatkan langsung ke Kampung Adat Badui Luar untuk turun langsung mempelajari budaya suku Badui serta merasakan kebhinekaan dan refleksi dalam kehidupan warga perkampungan suku Badui dengan bermalam di rumah warga Badui luar (29 – 30 Juni 2024). Kegiatan menarik dilakukan seperti menjelajahi desa, berjalan-jalan di Hutan, mencicipi makanan khas Badui, berfoto di spot menarik, belanja souvenir unik dan mencoba gaya hidup Badui. Kegiatan penting nya adalah kebhinekaan dan refleksi bersama warga Badui.

www.instagram.com/pmm4_ueu_senayan
www.instagram.com/pmm4_ueu_senayan

Kegiatan kebhinekaan (29 Juni) dilaksanakan dengan melakukan wawancara masyarakat Baduy kampung Kadu Ketug. Pertanyaan seputar budaya dan adat istiadat serta perbedaan dan persamaan antara Badui dalam dan Badui luar dijawab dan dijelaskan langsung oleh warga asli Badui luar. Selain wawancara, dialog kebhinekaan juga dilakukan bersama pemilik rumah di setiap tempat tinggal. Dialog tanya jawab antara mahasiswa dengan pemilik rumah memberikan gambaran jelas bagaimana gaya hidup dan kebiasaan warga kampung Badui luar.

Kegiatan refleksi (30 Juni) juga dilakukan dengan talkshow bersama Saija Adinda dan Duta Pemuda Lebak. Diskusi seputar rumah adat suku Baduy yang memiliki ciri khas bangunan tidak menyentuh tanah, dinding dari anyaman bambu, tidak memiliki jendela dan lain sebagainya. Talkshow juga membahas agama Baduy yang disebut Sunda Wiwitan, berakar dari kepercayaan tradisional Sunda, serta adat suku Badui yang mengganggap orang yang sudah meninggal seharusnya kembali ke alam sehingga tidak membutuhkan lahan khusus sebagai pemakaman.

www.instagram.com/pmm4_ueu_senayan
www.instagram.com/pmm4_ueu_senayan

Kegiatan kebhinekaan dan refleksi ini dilakukan selama 2 hari 1 malam dan diikuti secara bersama dengan menghargai dan menghormati adat dan kebiasaan warga Kampung Badui Luar. Kegiatan ini memberikan nilai keberagaman yang tinggi kepada seluruh Mahasiswa PMM 4 Inbound Universitas Esa Unggul. Rasa toleransi dan nilai kebhinekaan dijunjung tinggi dalam kebersamaan singkat selama 2 hari di kampung adat Badui.

PMM 4 Universitas Esa Unggul : ”Bertukar sementara, bermakna selamanya”

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun