Manusia adalah karakter utama. Artinya, manusia merupakan pusat dari segala hal dalam bumi. Manusia diberikan kemampuan intelektual dan emosional oleh Allah. Hal ini membedakan manusia dari makhluk lainnya. Makhluk lain hanyalah objek pelengkap dan tidak dapat dikategorikan/dipandang semaju manusia, karena tidak memiliki akal budi.  Akal adalah kemampuan berpikir yang dimiliki oleh manusia, akal budi membantu manusia untuk melakukan perbuatan operasional yang mendorong manusia untuk berbuat aktif demi kepentingan peningkatan hidup. Akal budi memungkinakan manusia untuk berpikir secara logis, kritis, serta rasional, sedangkan budi adalah unsur rohani dalam kebudayaan, budi dapat diartikan sebagai batin manusia dan  panduan akal perasaan yang dapat menimbang baik dan buruk. Tanpa peran akal dan budi, perkembangan manusia dari masa praaksara ke masa sekarang tidak mungkin terjadi.Â
Akal budi memiliki banyak manfaat, beberapanya adalah; Akal budi memungkinkan manusia untuk membuat keputusan dan menghadapi masalah secara efektif, efisien, dan produktif. Akal budi juga membantu manusia untuk mengontrol emosi dan perilaku, mengenali dan menghargai nilai moral. Akal budi berperan untuk memahami, mengingat, dan menggunakan informasi yang diperoleh. Kemampuan ini memungkinkan manusia untuk beradaptasi dengan lingkungannya dan mengambil tindakan yang tepat dalam situasi yang berubah-ubah. Akal budi manusia telah menjadi salah satu komponen penting dalam evolusi manusia sejak lama.
Kilas balik ke masa praaksara, kehidupan manusia sangatlah bergantung pada keadaan alam. Manusia sangat bergantung pada keadaan cuaca, hewan, dan tumbuhan. Mereka memanfaatkan segala sumber daya alam yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Â Pola kehidupan manusia pada masa praaksara telah terbagi 3 tahapan yaitu; nomaden, semi-nomaden, dan menetap.Â
Pola kehidupan pertama ialah kehidupan nomaden. Kebanyakan manusia pra aksara hidup dengan cara nomaden, karena pola kehidupan ini diwariskan dari generasi yang tua ke generasi yang lebih muda. Pola kehidupan nomaden dapat dikategorikan sebagai "masa manusia hanya memanfaatkan sumber daya yang tersedia". Mereka berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain untuk mencari makanan dan mencari perlindungan. Pada saat itu, manusia masih belum mengenal istilah menanam dan beternak. Mereka hanya berburu binatang, memetik buah-buahan dan mengumpulkan bahan-bahan lain seperti batu, dan kayu. Bahan batu dan kayu dimanfaatkan untuk membuat batu genggam dan juga api unggun. Batu genggam digunakan manusia untuk berburu hewan dan sebagai alat bertahan hidup, yang dilakukan dengan mengasah supaya dapat mempertajamkan pisau. Api unggun dimanfaatkan sebagai alat penaik suhu udara, hal ini membuktikan bahwa sebenarnya akal budi manusia sudah sempat berkembang namun belum sepenuhnya berkembang secara totalitas. Pada kehidupan nomaden kata "kedudukan sosial" sudah eksis sejak lama, ada orang yang berkuasa dalam mengatur dan juga yang hanya mengikuti arahan atasan. Setelah beberapa tahun hidup dengan pola kehidupan ini, masuklah beberapa budaya dari luar mengenai pola hidup semi-nomaden dan pola hidup menetap. Disinilah manusia terkena efek dari budaya lain dan sadar bahwa pola kehidupan yang mereka terapkan kurang produktif serta memakan banyak waktu mereka hanya untuk perpindahan tempat tinggal.
Pola kehidupan semi-nomaden dapat disimpulkan dengan  "masa manusia masih berpindah tempat dari satu tempat ke tempat lain/masa manusia mulai hidup menetap pada jangka waktu sementara". Walaupun manusia masih bergantung pada alam,  manusia mulai mengenal istilah bercocok tanam "food gathering" dan mulai menciptakan alat-alat dari sumber daya alam yang tersedia seperti; tulang hewan yang tajam. Sebelum musim panen tiba, para petani harus menyiapkan/menyiapkan lahan kosong untuk menanam berbagai macam jenis tumbuhan untuk bahan stok makanan. Setelah tanaman sudah bermekar/bertunas maka petani akan kembali untuk memetik dan mengolah makanan. Sebagian dari manusia pada zaman pra-aksara memiliki tugas dan bekerja sebagai seorang petani, para petani tidak menanam sendirian, melainkan melakukannya secara berkelompok untuk menuju keberhasilan. Maka dari itu istilah gotong royong lahir dan sekarang sudah diwariskan menjadi sila ke-3 dalam pancasila yaitu "persatuan indonesia". Hal ini membuktikan bahwa akal budi memegang peran penting dalam perkembangan.
Pola kehidupan terakhir adalah pola kehidupan menetap. Dari Kedua pola lainnya, pola ini merupakan pola kehidupan yang paling efektif untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Dapat disimpulkan bahwa pola kehidupan menetap merupakan "masa kehidupan menetap manusia  sudah terorganisir, karena menetap disuatu tempat dalam jangka waktu yang panjang".  Pada masa ini terdapat beberapa keuntungan seperti, masyarakat mulai membangun rumah yang lebih baik, dapat menghemat energi karena tidak perlu meninggalkan/memindahkan peralatan rumah setiap mengganti tempat tinggal, mulai beternak dan bercocok tanam pada tempat yang sama, dan sebagainya. Terdapat beberapa kerugian juga yang ditimbulkan seperti; mulai munculnya beberapa macam penyakit-penyakit yang mematikan. Mereka tidak mengetahui keadaan yang mempengaruhi hal itu. Oleh sebab itu, daya pikiranpun mempengaruhi cara pandang mereka. Mereka mulai mempercayai roh-roh nenek moyang/ animisme sebagai sistem kepercayaan mereka. Dari semua proses ini dapat disimpulkan bahwa perubahan ini berkembang secara berproses akibat akal budi.Â
Karena memiliki lebih banyak waktu kosong, manusia pun mulai berpikir cara untuk mempermudah hidup mereka agar tidak perlu lama-lama berjalan untuk menuju suatu wilayah. Akhirnya masyarakat menemukan inovasi baru yaitu teknologi pelayaran. Teknologi pelayaran digunakan sebagai media transportasi agar manusia dapat dengan mudah berlayar dari wilayah A ke wilayah B. Manusia memiliki kemampuan luar biasa untuk membuat kapal dari bahan baku kayu. Bahkan sampai sekarang kapal masih dimanfaatkan oleh sangat banyak orang sebagai media transportasi sehari-hari.
Dapat disimpulkan bahwa, semua peristiwa sejarah dipengaruhi oleh keajaiban Tuhan, mulai dari perkembangan pola hidup, religi, dll, apabila Tuhan tidak mengaruniakan manusia dengan akal budi maka manusia tidak mempunyai kemampuan untuk berpikir dan membangun peradaban. Pada akhirnya akal budi membantu mempermudah kehidupan manusia, Allah menunjuk manusia sebagai wakil Allah dalam rangka untuk memuji dan melestarikan lingkungan yang sudah diciptakanNya. Oleh karena itu sebagai manusia yang special dan percaya kepadaNya, manusia harus dapat menggunakan dan memanfaatkan akal budi secara efektif untuk menciptakan peradaban yang baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H