Mohon tunggu...
Emil Sukmaindah
Emil Sukmaindah Mohon Tunggu... -

Guru matematika yang memutuskan menjadi ibu rumahtangga biasa

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Seniman Kecapi

24 Desember 2013   08:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:33 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dua tua renta saling sandarkan tubuh. Baju lusuh, putih jadi abu. Duduk bertilam jalanan berdebu.

Dua tua renta mengikat cinta tanpa tahu rupa. Cinta membuat gulita jadi terang. Saling tuntun dengan langkah-langkah sejengkal. Menapaki jalan berlubang tanpa alas.

Biar melarat mereka tertawa. Mendendangkan lagu diiringi irama dawai kecapi tua. Sepanjang langkah, alunan indah pelipur hati yang lara.

Dua tua renta bernasib serupa. Mesra sepanjang masa walau dunia gelap gulita. Biar mereka tak mampu saling tatap. Tapi mata ini dan mata lain, saksi, sebentuk kesetiaan yang sederhana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun