Mohon tunggu...
Emil Bachtiar
Emil Bachtiar Mohon Tunggu... -

Bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Maaf Tak Terucap, Rindu Tak Tersampaikan: Cerita Tentang Hubungan Dingin Chrisye dan Jockie (1)

5 Mei 2010   08:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:24 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Buku terbaru Alberthiene Endah (AE) The Last Words of Chrisye mengungkapkan suatu cerita mengenai hubungan yang dingin antara Chrisye dengan Jockie Suryoprayogo dan Eros Djarot. Penjelasan mengenai sebab perpisahan duet legendaris Chrisye dan Jockie mungkin sudah banyak diceritakan di berbagai media, termasuk di buku Memoar Chrisye. Dalam buku tersebut keduanya mengaku tidak ada apa-apa dengan perpisahan mereka, kecuali hanya masalah irama kerja. Chrisye juga mengaku sangat berat harus lepas dari musisi berbakat dahsyat itu. Namun bahwa terjadi perang dingin di antara mereka  setelah perpisahan itu, dan juga perang dingin dengan Eros Djarot, mungkin hanya  diketahui oleh orang-orang yang dekat dengan mereka.

Saya coba ceritakan sedikit isi buku AE yang mengungkapkan hubungan di antara mereka itu. Di bab yang berjudul "Orang-orang yang berpengaruh", Chrisye menceritakan mengenai makna persahabatan dalam karirnya. Dia menyebutkan satu-persatu sahabat-sahabatnya mulai dari anak-anak keluarga Nasution, terutama Ghauri Nasution,  yang menjadi tetangganya di Pegangsaan, Guruh, Alex Kumara, Addie MS, Adri Subono, Adjie Sutama, Yongky Soewarno, Erwin Gutawa dan Jay Subijakto. Tapi Chrisye tidak menyebut Jockie dan Eros, sampai akhirnya AE menanyakannya.Chrisye menjawabnya dengan tatapan kosong dan bilang bahwa dia perlu waktu khusus untuk bercerita tentang keduanya.

Saya coba kutip rangkaian kalimat-kalimat sedih yang diungkapkan Chrisye dan dirangkaikan dengan indah oleh AE. "Saya sendiri tidak tahu pasti apa penyebabnya. Mungkin karena kami terlalu saling memiliki. Mungkin karena kami merasa berhak atas satu sama lain...... Kami bertiga sama kuat idealismenya........  Eros dan Jockie sangat menjaga saya di jalur musik yang mereka yakini sebagai terbenar untuk kami bertiga. Lalu.... waktu bergulir dan banyak perubahan muncul. Kesempatan-kesempatan baru, pencarian saya pada identitas bermusik secara pribadi, dan tahu-tahu kami sudah menjadi jauh. Jockie dan Eros sepertinya tidak terlalu menyukai saya masuk ke dalam jalur musik yang sangat pop dan terlalu komersial. Mereka tak tahu, saya butuh hidup. Saya punya keluarga. Dan saya yakin pilihan saya tidak salah. Saya bisa membawakan lagu pop dalam kapasitas yang baik".

"Pertentangan kami tidak pernah bermuara di titik temu. Kesalahpahaman sering terjadi, khususnya ketika saya kemudian memopulerkan kembali lagu-lagu dalam album Badai Pasti Berlalu. Saya tidak tahu kenapa saya menjadi sangat berjarak dengan Eros dan Jockie......"

"..............Perang dingin di antara kami rasanya sudah tidak bisa cair lagi. Entah siapa yang memulai, dan siapa yang bisa mengakhiri. Yang pasti, kami bertiga sama-sama makhluk egois yang tidak akan mengalah.............."

AE kemudian melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana hubungan yang dingin antara Chrisye dengan Jockie dan Eros. Pada acara buka puasa bersama yang digelar oleh Musica, Chrisye dan Jockie hadir. Chrisye di meja satu, dan Jockie di meja lainnya. Sampai acara bubar, keduanya sama sekali tidak bertegur sapa.

Tapi AE merasa bahwa kebekuan tersebut bukan benar-benar murni kebekuan karena AE menangkap sebuah pemandangan yang unik. Dalam diamnya, Chrisye mencuri pandang pada Jockie.
------------------
Dari Lilin-Lilin Kecil sampai Badai Pasti Berlalu

Chrisye

Chrisye (lahir 16 September 1949) dan Jockie (lahir 14 September 1954) dijodohkan oleh lagu Lilin-Lilin Kecil. Lagu  ini merupakan finalis dari Lomba Cipta Lagu Remaja Prambors yang pertama di tahun 1976. Perjodohan ini bisa terjadi akibat ide dari Imran Amir dari Prambors yang teringat nama Chrisye untuk menyanyikan lagu ini dan kegigihan Sys NS dari Prambors juga yang mengejar dan membujuk Chrisye. Chrisye awalnya memang tidak berminat untuk menyanyikan lagu pop. Dia baru saja menyelesaikan sebuah proyek besar penuh idealisme, Guruh Gypsi, yang membuatnya mulai dikenal di kalangan pemusik Indonesia. Sebelumnya lagi, pada tahun 1968, Chrisye sudah bergabung dengan Nasution bersaudara dalam grup band Sabda Nada, yang disponsori oleh Ponco Soetowo. Pada band ini Chrisye menjadi pemain bass. Mereka sering bermain di acara ulang tahun dan pernikahan serta punya panggung tetap di Mini Disco di Jalan Juanda. Pada tahun 1969, band ini berganti nama menjadi Gypsi dengan tambahan beberapa personil. Band ini menjadi sangat terkenal ketika itu sehingga mereka sempat konser di Taman Ismail Marzuki sampai kemudian mendapat kontrak bermain setahun di restoran Ramayana New York pada tahun 1973.

Kesempatan untuk pergi ke luar negeri bagi Chrisye merupakan suatu persimpangan yang selama ini selalu ia ingin hindari. Ayahnya mengharapkan Chrisye untuk kuliah di Fakultas Teknik dan menjadi insinyur. Chrisyepun yang sebetulnya hanya ingin bermusik dan tidak ingin melanjutkan sekolah sempat kuliah di Fakultas Teknik Arsitektur UKI untuk menuruti keinginan ayahnya.  Kuliah di UKI hanya setahun. Ayahnya kemudian berkompromi bahwa dia boleh pindah kuliah ke Akademi Perhotelan Trisakti, asal tetap kuliah. Ayahnya juga meminta komitmen Chrisye untuk menjadikan musik hanya hobby, bukan profesi dan sandaran hidup. Selama tiga tahun Chrisye dapat menyelaraskan kegiatan kuliah dan musik. Tapi pada saat ada tawaran untuk pergi ke New York, Chrisye harus memilih. Chrisye sedari dulu sudah memilih musik tapi dia tidak sanggup mengatakan ayahnya. Chrisye memendam masalah itu sampai akhirnya ia sakit dan ditinggalkan oleh teman-temannya. Sampai akhirnya ayahnya yang menanyakan sendiri, Chrisye berterus terang menggantungkan masa depannya pada musik, dan terjadilah perang dingin antara dia dan ayahnya. Pergolakan batin berpindah ke ayahnya. Sampai akhirnya ayahnya menyerah dan merestui keputusan Chrisye. Chrisye merasa bersalah karena telah mengecewakan ayahnya dan hal inilah yang melatarbelakangi berbagai keputusan Chrisye di masa berikutnya. Dia merasa harus mempertanggung-jawabkan keputusannya ini dengan membuktikan bahwa ia bisa menghidupi keluarganya dari musik.

Dengan restu orang tuanya berangkatlah Chrisye ke New York, menikmati suatu pengalaman bermusik yang kemudian hari membentuk karakter suara dan ketrampilan bernyanyi. Setelah kontrak Gypsi selesai, Chrisye sempat kembali ke New York pada tahun 1974-1975 bermain bersama grup band The Pro's.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun