Mohon tunggu...
Emil Bachtiar
Emil Bachtiar Mohon Tunggu... -

Bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Konflik Batin Satpam Pemeriksa Mobil

16 September 2010   07:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:12 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini cerita tentang satpam yang memeriksa bom di mobil-mobil yang akan masuk gedung (dan juga satpam yang memeriksa tas pengunjung gedung). Sejak terjadinya peristiwa pemboman pada tahun 2000, sebagian besar gedung perkantoran dan perbelanjaan  melakukan pemeriksaan kepada kendaraan dan orang yang masuk ke gedung tersebut. Pemeriksaan  yang biasanya dilakukan oleh satpam ini bervariasi antar gedung, tergantung seberapa ketat gedung tersebut dijaga. Namun pada rata-rata gedung minimal terdapat tiga orang satpam yang terlibat dalam kegiatan ini. Satu satpam bertugas memeriksa kemungkinan disimpannya bom di bagasi belakang mobil dengan alat detektornya. Satu satpam berkeliling mobil dengan kaca untuk memeriksa kemungkinan ada bom di bagian bawah mobildengan kacanya. Dan satu satpam lainnya membuka portal penghalang mobil untuk masuk lebih jauh ke halaman gedung.Sebagian gedung hanya mempekerjakan satu orang satpam, biasanya untuk memeriksa bagasi mobil.

Pemeriksaan ini tentunya membuka lapangan kerja baru untuk orang-orang yang mau bekerja sebagai satpam. Tapi setelah beberapa tahun bekerja, di dalam hati para satpam pemeriksa mobil ini terdapat  paling tidak dua konflik batin.

Konflik batin pertama timbul dari pertanyaan apa yang terjadi jika mereka berhasil menemukan bom. Sangat besar kemungkinan teroris yang tertangkap tangan dengan nekat segera meledakkan bom di tempat. Apalagi jika tempat pemeriksaan mobil berlokasi tidak jauh dari gedung, sehingga dampak peledakan bom masih signifikan. Peledakan bom ini tentunya berakibat sangat fatal bagi para satpam. Terlebih jika mereka tidak dilengkapi oleh baju yang digunakan oleh penjinak bom. Mereka juga tidak diasuransikan. Untuk menghindari kejadian ini, mereka dapat saja tidak memeriksa mobil dengan teliti, sehingga mereka tidak “menemukan” bom.

Konflik batin kedua adalah setelah bekerja setiap hari selama bertahun-tahun tanpa menemukan bom, maka dalam hati kecil mereka timbul keyakinan bahwa mobil-mobil yang datang tidak membawa bom. Setiap tambahan satu mobil yang diperiksa semakin tambah keyakinan mereka bahwa tidak ada mobil yang membawa bom. Keyakinan mereka juga semakin bertambah dengan adanya kebijakan untuk tidak memeriksa mobil pada jam-jam ramai untuk menghindari kemacetan.Apakah bom-bom tersebut dibawa oleh mobil yang datang pada keadaan sepi?

Apalagi, pada beberapa gedung, ada kebijakan untuk memeriksa mobil secara selektif, jika mobil yang masuk begitu banyak sehingga menimbulkan kemacetan di jalan raya. Kebijakan ini menimbulkan masalah kriteria, mobil apa yang harus diperiksa dan mobil apa yang bisa dibebaskan. Biasanya kebijakannya adalah mobil yang lebih tua dan lebih rongsokan akan diperiksa. Mungkin berdasarkan asumsi bahwa teroris tidak akan menggunakan mobil mewah. Namun hal ini perasaan diskriminatif bagi para pemilik mobil tua dan rongsokan. Untuk mengatasi perasaan yang tidak nyaman dari sebagian pengunjung, sebagian gedung menetapkan kebijakan untuk tidak memeriksa (atau tidak memeriksa secara ketat) mobil pada saat terjadi kepadatan.Satpam tentu berpikir, teroris yang pintar tentu akan memasukkan bom pada saat jam-jam padat sehingga tidak diperiksa. Dan sangat besar kemungkinan pemeriksaan yang ketat pada jam-jam sepi tidak akan menemukan apa-apa.

Akhir-akhir ini saya mengamati satpam sudah tidak semakin ketat memeriksa mobil. Satpam yang seharusnya berkeliling mobil untuk memeriksa bagian bawah mobil, sekarang ini hanya memeriksa satu sisi saja. Satpam yang memeriksa bagasi mobil sering hanya menempelkan peralatan detektor logamnya pada satu tas saja. Bahkan banyak juga satpam yang sekarang ini tidak dilengkapi peralatan detektor logam, sehingga mereka sekedar meraba tas-tas yang ada di bagasi. Sebagian satpam malah sudah tidak memeriksa mobil lagi. Mereka malah membantu mengambilkan tiket parkir.

Pada akhirnya, dengan kejadian bom Marriot 2 dan konflik batin serta prilaku satpam akhir-akhir ini dalam memeriksa, kita tahu bahwa pemeriksaan mobil di gedung-gedung sebetulnya hanya berpura-pura saja. Para teroris punya berbagai cara yang lebih canggih untuk menyelundupkan bom ke dalam gedung, jika mereka memang berniat untuk membom gedung tertentu.Kita tahu bahwa pemeriksaan mobil pada akhirnya sekedar ritual yang tidak efektif untuk mencegah terjadinya pemboman. Tapi kita semua taat melakukannya, membuka bagasi dan mempersilakan satpam untuk memeriksa (walaupun tentunya kita juga berkeberatan dengan tindakan satpam yang berlebihan melongok isi tas kita pada gedung-gedung yang tidak dilengkapi oleh peralatan detektor logam yang canggih). Bukankah kata orang dunia ini panggung sandiwara?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun