Mohon tunggu...
Emil Bachtiar
Emil Bachtiar Mohon Tunggu... -

Bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Maaf Tak Terucap, Rindu Tak Tersampaikan: Cerita Tentang Hubungan Dingin Chrisye dan Jockie (2)

5 Mei 2010   09:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:24 1545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baca dulu jilid satu

Dari Sabda Alam sampai ke Nona

Chrisye dan Jockie

Eros kembali kuliah ke Jerman, sementara Chrisye dan Jockie menikmati ketenaran melalui Badai Band yang dibentuk oleh Sys NS dengan Ronny Harahap, Odink Nasution dan Fariz RM yang sering tampil di berbagai acara hiburan. Chrisye kemudian mendapat kesempatan untuk album solonya, yang dikerjakannya bersama Jockie, yaitu Sabda Alam (1978), Percik Pesona (1979), Puspa Indah Taman Hati (1979), dan Pantulan Cita (1981).

Album Sabda Alam meledak. Chrisye dan Jockie seakan menjawab rasa penasaran masyarakat yang sudah menikmati Badai Pasti Berlalu, dan ingin menikmati lebih. Walaupun sebagian lagu yang mengikuti pola Badai Pasti Berlalu, tapi Chrisye dan Jockie tidak sepenuhnya terjebak untuk mengulang keberhasilan album tersebut. Mereka memperkenalkan lagu Guruh Smaradhana yang menggunakan kosa kata yang tidak dikenal sebelumnya dengan aransemen musik yang relatif aneh pada saat itu. Berbeda dengan Badai Pasti Berlalu yang tanpa promosi, Chrisye dan Jockie tampil  di TVRI dengan  pakaian yang unik yang membius perhatian pemirsa. Seperti Badai Pasti Berlalu, semua lagu pada album ini disukai. Keberhasilan album ini bagi Chrisye melegakan, karena dia menuntut diberi kebebasan dalam berkreasi dan dia berhasil mempertanggung-jawabkan kebebasan yang diberikan.

Album kedua, Percik Pesona, tidak berhasil. Padahal album ini melibatkan lebih banyak orang, ada tiga drummer: Fariz RM,Keenan Nasution dan Jimmie Manopo dan 3 pemain keyboard yaitu Yockie Surjoprajogo,Fariz RM dan Agus Budiman. Ada juga Rafika Duri, penyanyi yang sedang naik daun pada saat itu, sebagai backing vocal.  Chrisye cukup terpukul dengan kegagalan ini. Dia melakukan berbagai refleksi. Menurutnya kegagalan album ini disebabkan karena penurunan passion (hilangnya sensasi gelisah, penasaran, waswas sekaligus excited) dan beban keberhasilan album pertama (dan ketakutan kegagalan album kedua) menyebabkan hilangnya kreativitas dan berkurangnya kebebasan ekspresi. Chrisye merasa dia masih dibelenggu oleh keberhasilan album Badai Pasti Berlalu. Album Sabda Alam dibuat dengan mengadopsi nyawa Badai Pasti Berlalu, sedangkan pada Percik Pesona ia mulai labil dengan arah musiknya. Di satu sisi Chrisye menginginkan pembaruan dan karakter diri sedangkan di sisi lain ia masih takluk pada hipnotis album Badai. Suatu analisis yang dilakukan oleh Denny Sakrie, 30 tahun setelah album ini lahir, rasanya lebih mewakili. Menurut Denny album ini justru sarat dengan kreativitas. Banyak eksperimen yang dilakukan oleh Chrisye dan Jockie. Percik Pesona merupakan album yang penuh idealisme. Denny melihat justru penggemar Chrisye yang belum dapat melepaskan diri dari album Badai. Kemungkinan karena jaraknya yang tidak terlalu jauh dengan Album Sabda Alam. Belakangan, justru album ini merupakan salah satu album klasik dari musik Indonesia. Chrisye dan Jockie ketika itu berjalan terlalu cepat, melampaui jaman.

Chrisye sendiri kemudian berketetapan bahwa  warna pop romantis yang easy listening merupakan karakter yang paling mewakili warna musiknya. Mereka kemudian masuk rekaman lagi menghasilkan album Puspa Indah Taman Hati, yang didominasi oleh lagu-lagu Guruh Soekarno Putra. Sebagian dari lagu-lagu dari album ini merupakan soundtrack dari film remaja Gita Cinta dari SMA dan Puspa Indah Taman Hati.  Album ini cukup berhasil di pasar. Chrisye berupaya keras untuk "menjual" album ini, termasuk ikut membintangi film Gita Cinta dari SMA. Bagi Chrisye album ini merupakan pembuktian atas keyakinannya bahwa kreativitas seni dan selera publik harus sejalan. Album sebagai produk dari industri musik bertujuan agar sampai dan dapat dinikmati oleh pendengarnya. Bukan sekedar untuk memuaskan hasrat pemusiknya. Album merupakan hasil karya interaksi antara pemusik, pendengar dan produsen. Inovasi pemusik adalah menghasilkan karya yang sesuai dengan idealismenya dan  disukai oleh pendengarnya. Suatu tarik ulur antara mengarahkan dan mengikuti selera pasar.  Mungkin dengan prinsip ini pulalah lahir sebuah album soundtrack film Seindah Rembulan, yang merupakan campuran musik Chrisye, yang tetap didukung oleh Jockie, dan musik Rinto Harahap.

Pantulan Cita merupakan album terakhir dari duet Chrisye dan Jockie. Sebagian besar lagu dari album ini ciptaan Jockie. Tapi album ini gagal. Tidak ada hit. Padahal ada jeda yang cukup panjang antara album ini dengan album Puspa Indah. Chrisye kembali resah. Dia mulai melihat bayang-bayang kritis.  Dalam buku memoarnya, Chrisye mengakui bahwa dia mulai mempertanyakan kebersamaan dengan Jockie. Dalam album ini, sebetulnya Chrisye meminta agar Jockie kembali mengemudikan arah musiknya menuju pop. Tapi kehendak itu tidak mudah tercapai karena Jockie juga memiliki cita-cita besar untuk mereka. Chrisye memilih mengalah.

Eros, Chrisye dan Jockie

Kepulangan Eros dari Jerman menyelamatkan duet Chrisye-Jockie. Dalam kurun waktu dua tahun, mereka menghasilkan 3 album,yaitu Resesi (1983), Metropolitan (1984), dan Nona (1984).  Chrisye ingin membuat dobrakan, sesuatu yang baru. Yang tidak hanya ditentukan oleh lagu tapi juga aransemen. Produsen Musica juga menitipkan pesan agar Chrisye tidak sepenuhnya mempertahankan pop romantis yang menjadi trademarknya selama ini. Ia harus mengadopsi musik yang sedang “in“.  Sesuatu yang baru dari album-album ini adalah musik yang sangat dinamis, mengentak dengan unsur art rock yang kental. Musik yang diilhami oleh musik Sting dan The Police. Selain itu, nuansa tema lagu tidak lagi dipadati oleh cerita cinta yang mendayu, tapi lebih bebas dan luas. Tentang cinta dan kehidupan, serta kritik sosial. Selain itu album ini tidak lagi berbrand Chrisye, tapi menjadi Eros-Chrisye-Yockie. Lagu-lagu yang ditampilkan seluruhnya merupakan hasil karya mereka. Lagu diciptakan oleh Jockie dan Chrisye, sedangkan lirik oleh Eros. Mereka menjadi bertiga……..

Album Resesi dan Metropolitan meledak dan menghasilkan penghargaan Silver Record. Bahkan merupakan rekor tersendiri karena dalam setahun mereka bisa menghasilkan dua album laris. Lucunya, dengan dobrakan yang dilakukan, lagu-lagu hits mereka tetap bertemakan pop romantik, seperti Hening dan Malam Pertama dari album Resesi, dan Selamat Jalan Kekasih, Pengakuan dan Natalie dari album Metropolitan. Bahkan sebagian lagu tersebut menjadi hit klasik Chrisye.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun