Mohon tunggu...
Emil Bachtiar
Emil Bachtiar Mohon Tunggu... -

Bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tukang Bubur yang Murung

29 Desember 2009   22:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:43 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ada suatu masa ketika kami memiliki seorang tukang bubur ayam langganan yang kelezatan buburnya sampai sekarang belum tertandingi oleh tukang bubur lainnya di kompleks kami. Tukang bubur ini telah berjasa memberikan kami pagi yang indah dengan buburnya yang lezat. Biasanya dia berjualan dengan menggunakan sepedanya.

Dalam beberapa pertemuan terakhir, istri saya sering menemukan kemurungan di wajah si tukang bubur. Jika ditanya, biasanya dia bercerita tentang kesulitan hidup yang dihadapinya, dan biasanya kami memberikan sedikit tambahan untuk meringankan kesulitannya.

Sampai suatu hari, si tukang bubur muncul dengan mengendarai sepeda motor. Ternyata motor tersebut adalah bantuan dari seorang pelanggan. Kami kurang mengetahi apakah motor tersebut dipinjami atau si tukang bubur berkewajiban untuk mencicilnya. Hal yang pasti adalah si tukang bubur sekarang bisa berkeliling lebih jauh sehingga dapat menjual lebih banyak. Kemurungan itu menghilang dari wajah si tukang bubur.

Tak lama kemudian tukang bubur tidak lagi muncul melewati rumah kami. Dan belakangan kami mendapat kabar bahwa tukang bubur telah meninggal dunia karena kecelakaan. Ada beberapa spekulasi yang saya coba buat untuk mencari sebab musabab terjadinya kecelakaan. Pertama, dengan adanya motor maka si tukang bubur meningkatkan target penjualannya dua kali lipat. Sementara dia menghadapi kendala bahwa waktu berjualan dia tidak bertambah, yaitu pagi hari pada saat sarapan pagi. Dia juga tidak dapat mengendarai motornya lebih cepat dari rumah ke rumah, karena dia khawatir pada saat pelanggannya memanggil dia sudah berada di ujung jalan, tidak dapat mendengar panggilan pelanggan, dan pada akhirnya malah kehilangan pelanggan. Dia juga tidak dapat memaksa pelanggannya untuk secepatnya memesan dan membayar. Ada saja pelanggannya yang sudah selesai dibuatkan satu porsi bubur, tiba-tiba memesan tambahan satu porsi lagi. Atau ada pelanggan yang tidak langsung membawa uang pembayaran pada saat memesan, sehingga harus masuk kembali ke dalam rumah, dan baru muncul lagi setelah sekian lama. Si tukang bubur hanya dapat mempercepat motornya pada saat pindah dari satu perumahan ke perumahan lainnya, di mana dia melewati jalan umum yang padat dengan kendaraan orang yang mengantar anak sekolah dan pergi ke kantor. Di jalan ini dia harus mengebut, menyalip di antara kendaraan-kendaraan tersebut, sementara dia masih belum terlalu mahir mengendarai motor. ……. dan terjadilah kecelakaan itu.

Kemungkinan kedua adalah untuk menambah penghasilan, tukang bubur menarik ojek setelah berjualan bubur. Karena dia sudah bekerja sejak subuh menyiapkan buburnya, pada hari yang naas itu dia tidak dapat menahan kantuk…… dan terjadilah kecelakaan itu.

Akhirnya, apapun sebab terjadinya kecelakaan, motor yang diharapkan dapat meningkatkan penjualan dan pendapatannya malah memberhentikan usaha penjualan bubur untuk selamanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun