Mohon tunggu...
Emilatul hasanah
Emilatul hasanah Mohon Tunggu... Relawan - emilatul hasanah

pantang menyerah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tradisi Pelet Kandung (Tingkepan) Desa Sruni Jenggawah

21 Juni 2022   11:53 Diperbarui: 21 Juni 2022   12:25 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tradisi adalah kebiasaan atau sebuah bentuk perbuataan yang dilakukan berulang-ulang dengan cara yang sama. Hal seperti ini menunjukkan bahwa kegiatan tersebut menunjukkan bahwa ada kesukaan dengan tradisi tersebut yang dimana bahwa masyarakat atau sekelompok seseorang merasakan manfaatnya sehingga sekelompok masyarakat tersebut.

 Tradisi secara umum dikenal sebagai sesuatu bentuk kebiasaan yang dimiliki rangkaian peristiwa sejarah kuno, setiap tradisis dikembangkan untuk beberapa tujuan seperti tujuan politis atau tujuan budaya dalam beberapa masa. jika kebiasaan sudah diterima oleh masyarakat dan dilakukan secara berulang-ulang maka segala tindakan yang bertentangan dengan kebiasaan akan di rasakan sebagai perbuatan yang melanggar hukum.

 Seperti halnya kegiatan pelet kandung atau juga sering di sebut dengan Tradisi tingkeban yang dimana tradisi tersebut sudah familiar di kalangan masyarakat, namun tradisi tersebut ada perbedaan di setiap daerah hal ini dikarenakan intensitas pengaruh budaya luar antara daerah yang satu dengan daerah yang lain. Pelaksanaan ritual pelet kandung ( tingkebban) dalam suatu kelompok masyarakat atau dalam suatu daerah, ada yang yang berdasarkan nilai-nilai ajaran islam tetapi kebiasaan terhadap penyelenggaraan ritual pelet betteng (tingkebban) itu berdasarkan pada ketentuan ajaran Islam.

 Pellet betteng atau di dalam bahasa jawa di sebut dengan tingkeban yang dimana merupakan tradisi adat mayarakat di jawa yang secara turun-temurun yang secara tidak langsung dapat meningkatkan rasa kepercayaan seorang calon ibu dan ayah agar tetap berdo'a supaya dikaruniai seorang bayi yang sholeh dan sholehah, yaitu dengan adanya beberapa ritual yang dilakukan masyarakat yang pada dasarnya adalah berdo'a untuk mendekatkan diri kepada Allah.

 Pellet betteng (tingkebban) adalah acara kehamilan yang memasuki bulan ketujuh dalam masa kehamilan seseorang yang akan menjadi ibu untuk anak pertama, tujuh bulan atau biasa di sebut mitoni yaitu upacara tradisonal selamatan terhadap bayi yang masih dalam kandungan selama tujuh bulan. Batas tujuh bulan, sebenarnya merupakan simbol budi pekerti agara anak yang akan lahir berjalan baik. Istilah methuk ( menjemput) dalam tradisi jawa,dapat dilakukan sebelum bayi berumur tujuh bulan. Ini menunjukkan sikap hati-hati orang jawa menjalankan kewajiban luhur. Itulah sebabnya, bayi berumur tujuh bulan harus seperti laku prihatin.

  Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial, memiliki naluri untuk hidup dengan orang lain. Sejak dilahirkan manusia sudah mempunyai dua hasrat atau keinginan pokok, yaitu keinginan untuk menjadi satu dengan manusi proses terjdinya.(Koentjaraningrat,1985:162)

Soerjono soekanto mengantakan bahwa perubahan dan perkembangan masyarakat yang mewujudkan segi dinamika, disebabkan karena para warganya mengadakan hubungan satu dengan yang lainnya baik dalam bentuk orang perorangan maupun kelompok sosial.(Soerjono Soekanto,1990:60).

Kimball Young dan Raymond W. Mack mengatakan "Interakasi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosisal tanpa adanya interaksi interaksi sosial tidak mungkin adanya kehidupan bersama(Soerjono Soekanto,1999:60)

Menurut Ward Goodneough kebudyaan suatu masyarakat terdiri atas segala sesuatu yang harus diketahui atau dipercayai seorang agar dia dapat berperilaku dalam cara yang dapat diterima oleh anggota-anggot masyarakat tersebut. Budaya bukanlah suatu penomena material dia tidak beridiri atas benda-benda, manusia tingkah laku atau emosi-emosi. Budaya leih merupakan organisasi dari hal-hal yang ada dalam pikiran (mind) manusia, model-model yang dipunyai manusia untuk menerima, menghubungkan, dan kemudian menafsirkan penomena material di atas (32,him 522).

Levi-Strauss memandang budaya sebagai sistem simobolik yang dimiliki bersama dan merupakan ciptaan pikiran (creation of mind) secara kualitatif. Dia berusaha menemukan dalam penstrukturan bidang kultural bidang kultural (dalam mitologi, kesenian, kekerabatan, dan bahasa) prinsip-prisip drai pikiran (mind) yang menghasilkan budaya itu.

Pandang yang dari Geertz terhadap budaya, yang ditunjang satu aliran kemanusian yang luas, makin lama makin menjadi sistematis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun