Jambore Sanitasi 2010 yang diadakan oleh kementerian Pekerjaan Umum baru selesai dibuka oleh Menteri PU Joko Kirmanto Selasa, 12 Oktober 2010. Jambore yang diikuti oleh siswa-siswi SLTP dari 33 Provinsi ini akan berlangsung dari tanggal 12 - 16 Oktober 2010 di Wisma Hijau Cimanggis Depok. Bertemakan PEDULI SANITASI PEDULI KUALITAS AIR, jambore ini diharapkan mampu memberikan wawasan baru mengenai pentingnya sanitasi dan air yang berkualitas untuk kehidupan yang lebih baik kepada anak-anak. Bagaimana kualitas air dapat menjadi baik apabila ketersediaannya terus berkurang? Saat ini, program pengolahan air limbah rumah tangga belum menjadi trend di masyarakat. Penampungan air hujan juga belum merakyat dilakukan kecuali di Gunung Kidul, NTT dan beberapa daerah lain yang memang mau tidak mau harus menampung air hujan untuk dikonsumsi. Bagaimana dengan yang lain? Banjir saat ini menjadi kejadian yang telah biasa dialami baik di Jakarta dan daerah-daerah lain. Orang Jakarta akan menyalahkan hutan "besi beton" sehingga air tidak bisa meresap lagi, dan di Wasior Papua, Menteri Kehutanan mengatakan karena pembalakan liar alias hutannya yang sudah habis sehingga air mengalir bebas. Apa yang bisa dilakukan supaya kuantitas dan kualitas air bisa terjaga. Perbandingan ideal 40:60 areal terbuka hijau terhadap bangunan mungkin sudah sangat sulit dilakukan oleh warga jabodetabek dan para pengusaha wilayah ini. Akan tetapi ada solusi yang dapat dengan mudah dilakukan, yaitu membuat lubang biopori dan apabila memungkinkan dibuat resapan air. Pembuatan lubang biopori yang sederhana sangat mudah dilakukan dan tidak memerlukan biaya besar. Cukup membuat lubang sedalam kurang lebih 1 meter dan memberi pipa pralon ukuran 4 inch sedalam minimal 0,5 meter. Untuk mencegah tikus, dapat ditutup dengan tutup pralon yang berlubang diatasnya agar air masih dapat masuk ke dalam lubang pralon tersebut. Murah, mudah dan efektif. Lubang resapan sangat efektif juga apabila memungkinkan. Sebagai contoh, Wisma hijau yang saat ini digunakan untuk jambore sanitasi 2010 mempunyai luas 1 ha dengan perbandingan areal hijau dan bangunan 40:60. Letaknya yang lebih tinggi dari perumahan sekitar mengharuskan tata manajemen pengairan yang tidak merugikan warga sekitar. Penanaman pohon-pohon berkayu dan pembuatan resapan air menjadi pilihan untuk mengurangi jumlah air yang mengalir ke luar wisma. Saat ini, Wisma hijau mempunyai 9 lubang resapan dengan ukuran 4 x 4 x 4 m sebanyak 8 buah dan ukuran 1 x 1 x 4 m sebanyak 1 buah. Dilengkapi pula dengan 50 buah biopori yang sangat membantu peresapan air saat curah hujan sangat tinggi. Dengan demikian hanya kurang dari 40% air yang keluar melalui selokan menuju sungai. Selain itu ketersediaan air tanah juga senantiasa terjaga. Dengan adanya anomali dan cuaca ekstrem seperti saat ini, investasi penambahan lubang resapan dan penambahan lubang biopori juga wajib untuk dilakukan lagi oelh pengelola. Upaya menjaga kelestarian lingkungan diawali dari kesadaran pribadi yang dilanjutkan dalam lembaga baik profit maupun non profit. Semoga semakin banyak individu dan lembaga yang memiliki komitmen dan tindakan nyata dalam menjaga lingkungan. [caption id="attachment_290375" align="alignnone" width="339" caption="Resapan air"][/caption]
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI