Mohon tunggu...
Emilianus Elip
Emilianus Elip Mohon Tunggu... Human Resources - Direktur Yayasan Nawakamal Mitra Semesta (https://nawakamalfoundation.blogspot.com)

Berlatar pendidikan Antropologi. Menulis....supaya tidak gila!!! Web: https://nawakamalfoundation.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Memberi" kepada Bumi

22 April 2017   17:21 Diperbarui: 23 April 2017   02:00 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menyimpan padi yg awet bertahun-tahun

Oleh: Emil E. Elip

Semula pekarangan di belakang rumah kami yang hanya 3 x 7 meter begitu gersang. Saya hanya menanaminya dengan rerumputan. Maunya supaya lebih hijau. Kami sekeluarga enggan memanfaatkan ruang itu untuk kongkow-kongkow. Tahun berikutnya saya mulai menanami berbagai tanaman yg sudah cukup besar seperti cemara, jenis-jenis palem, dan pohon belimbing, juga saya hias sedikit dengan gasebo sederhana dari bambu. Kira-kira 1 tahun berikutnya, hawa sejuk dan view yang asri hadir dipekarangan belakang rumah itu. Kami sekeluarga mulai sering duduk-duduk di gazebo entah siang hari, sore, atau bahkan malam hari. Yang mengejutkan saya adalah, tidak saya sadari ada 'keluarga" lain yang juga hidup di pekarangan kami. Keluarga para burung gereja yang sudah membuat sarang di beberapa pohon.

Lupa saya tepatnya, untuk mulai sering mendengar setiap pagi atau sore, dari sarang-sarang itu bercericit riuh burung-burung itu. Seperti ada energi kebahagian lain bagi kami sekeluarga dengan suara cericit-cericit itu. Uniknya....kami sekeluarga sering mulai mendikusikan polah tingkah burung gereja dan anak-anak itu di meja makan kami. Apa yang sudah saya berikan kepada burung-burung itu? Saya rasa saya cuma menanami pekarangan dengan rumput, lantas tanaman-tanaman, untuk kepentingan kami supaya terhindar dari gersang dan hawa panas. Tetapi mereka, rasanya, memberikan kepada kami sesuatu yang berlebih: keindahan, keasrian, hawa segar, ruang ngobrol kami sekeluarga dan kawan-kawan, energi diskusi .... dan kebahagiaan.

If You Giving, You Will Receiving

Pagi-pagi buta ibu-ibu di kampung itu sudah sibuk sekali memasak panganan, nasi, lauk pauk, dan berbagai macam penganan lain keperluan upacara. Bapak-bapak sudah beberapa hari membersihkan pekarangan, jalan-jalan kampung, rumah padi (luit), membuat panggung, dan berbagai media-media upacara adat. Latihan-latihan prosesi upacara sudah dilakukan. Begitu pula latihan tambuhan alat musik. Maklum salah satu Kampung Adat di Banten Kidul ini hendak melaksanakan upacara adar Serentaun, upacara adat yang dilakukan satu tahun sekali bukan untuk memperingati saja tetapi jauh lebih dalam dari itu adalah "memuliakan" apa yang sudah diberikan oleh bumi kepada kelangsungan hidup masyarakat adat itu.

Hasil-hasil bumi berupa hasil pertanian, akan "dimuliakan" dengan disimpan secara baik, dimakan bersama, dan dibagikan kepada masyarakat. Hampir tidak ada cerita masyarakat adat itu kekuarangan dan kelangkaan pangan, sementara di tempat lain banyak yang meat ingalami kerawanan pangan. Masyarakat adat Banten Kidul sangat percaya "jika kamu memberikan hal yang baik kepada bumi, kamu akan menerima hasil yang baik". Bumi, dalam sistem kepercayaan mereka, menginginkan makanan yang baik. Jangan memberikan pupuk non-organik. Berikan air yang cukup dan bersih. Berikan jeda waktu agar bumi beristirahat dan mendaur ulang energinya kembali. Dan masyarakat adat di sana melakukan itu semua dengan teguh. Maka hasil padi satu tahun, tidak akan pernah habis dimakan semua warganya dalam satu tahun. 

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Adat Serentaun, lebih tepatnya "pemuliaan", pemuliaan atas daur memberi dan menerima sebagai pengejawantahan dialog antara manusia dengan bumi. Bumi dan padi dipercayai oleh adat Banten Kidul dimiliki/dikuasai oleh Dewi Sri, dewi kesuburan dan kehidupan. Kepada sang dewi masyarakat akan memberikan hal-hal yang baik dalam perangai mereka terhadap bumi/tanah, supaya sang dewi juga memberikan kembali kehidupan berkecukupan. Maka Anda akan merasakan energi positif itu jika Anda menginjakkan kaki ke tanah adat Banten Kidul. Unik memang...bahkan kita yang tidak bersentuhan langsung dengan adat yang semacam itu pun merasakan energi kebahagiaannya. Relasi antara masyarakat adat Banten Kidul dengan bumi-nya adalah relasi dialogis yang aktif. Dalam dialog semacam itu maka tidak ada "upacara peringatan", lebih tepatnya "pemuliaan". 

Dari "memperingati", menuju "Aksi"

Di beberapa sudut kota dipersiapkan aksi panggung. Sore harinya booklet-booklet tentang acara itu sudah disebar dijalanan: "hadirilah!" acara peringatan hari bumi. Panggung mulai dimainkan ada para pemusik melantunkan lagu-lagu balada tentang bumi dan kerusakan lingkungan. Orasi-orasi kebudayaan tak tertinggal, begitu pun puisi-puisi. Sontak yel-yel keras bersuara, seolah-olah ada lawan imajiner yang merusak yang segera harus dilawan! Esok paginya sampah meninggalkan sisa bertumpuk di pelataran panggung. Ini jelas sekedar "memperingati". Bagus juga sih, tetapi cara-cara seperti ini tidak memberikan apa-apa, konvensional!

Memperingati bumi harus segera diupayakan menjadi "memberi" dengan aksi. Sebab bumi harus kita beri dengan aksi yang baik. Misalnya saja komunitas mengumpulkan dana untuk menanam pohon dimanapun terserah, melepas bibit-bibit ikan dimanapun terserah, membersihkan sampah dimana pun terserah, dan masih banyak sederet kegiatan yang sifatnya "memberi" secara aktif kepada bumi. Ada energi yang positif dari kegiatan "memberi". Nampaknya semua dogma agama (katakanlah kalau boleh merujuk) menempatkan tindakan memberi itu sebagai tindakan paling luhur. Kepercayaan-kepercayaan leluhur juga amat mengagungkan tindakan memberi dan tidak boleh merusak terhadap alam karena alam itu adalah kehidupanmu sendiri. Makanya lalu muncul punishment berupa "karma" jika kamu mengganggu alam. Ada banyak artikel --maaf saya lupa-- yang menegaskan bahwa tindakan "memberi" memiliki energi membahagiakan diri, menenangkan isi hati, cenderung menginspirasi hidup positif...sekaligus membahagiaan pihak lain, seberapapun besarnya yang mampu diberikan.

So....mari kita berikan yang terbaik kepada bumi!! (666 - www.emileelipwork.blogspot.com)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun