Seri Kisah Kader Kesehatan Jiwa:Â "Ibu Dini: Dari Dendam Menuju Pengabdian"
Oleh: Emilianus Elip dan Kuni A. Habibah
***
Sekitar 7 tahun lalu, ibu ini hatinya terpuruk. Jiwanya penuh dendam. Keluarganya seakan-akan tertimpa musibah yang teramat berat. Anak lelakinya yang kala itu masih SMP, oleh karena suatu kejadian bersama teman-temannya, entah karena apa penyebabnya salah satu temannya terbunuh. Anak lelaki ibu ini, dituduh membunuh.Â
Si ibu yakin anaknya tidak terlibat, seperti diucapkan anak lelakinya bahwa dia sama sekali tidak terlibat. "Saya waktu itu tak mampu menyewa pengacara," kata si ibu. Anak lelaki ini akhirnya dinyatakan bersalah. Dan dipenjara khusus untuk anak-anak.Â
Dia terpaksa keluar dari sekolah. Beban psikologi yang dipikul terlalu berat. Bayangkan saja, seorang anak laki-laki masih remaja, dituduh membunuh dan dipenjara.Â
Depresi berkepanjangan, tak tertahankan. Akhirnya secara medis si anak ini dinyatakan mengalami gangguan jiwa, yang sering disebut sebagai ODGJ (orang dengan gangguan jiwa) atau ODDP (orang dengan disabilitas psikososial).
Itulah kisah Ibu Dini, lengkapnya Wardani (59). Ibu Dini adalah seorang perempuan desa yang aktif. Namun oleh karena kasus itu, dia meminta berhenti jadi kader desa dan bermacam kegiatan sosial lainnya di desa.Â
Ibu Dini memilih hanya mau mengurus anak lelakinya saja. Perlu pembaca ketahui bahwa orang dengan gangguan jiwa memang membutuhkan perhatian yang ekstra, hampir sepanjang hidupnya.Â
Perhatian tersebut menyangkut berbagai segi dalam kehidupan seseorang misalnya, perhatian untuk merasa diterima, perhatian agar jangan sampai merasa kecewa yang mendalam, perhatian untuk disiplin minum obat yang disarankan, perhatian untuk selalu melakukan activity daily living (seperti mandi, berganti pakaian, merawat diri) dan masih banyak yang lain.
Untung saja ibu Dini adalah seorang kader desa sehingga sedikit banyak dia tahu apa yang harus dilakukan untuk merawat anak lelakinya itu.
Namun bagaimanapun, sebagai bagian dari kehidupan sosial masyarakat desa pada umumnya, ibu Dini dan keluarganya, tidak lepas dari stigma sosial masyarakat yang cenderung bernuansa negatif.Â