Mohon tunggu...
MH Maulana
MH Maulana Mohon Tunggu... -

mencoba menuliskan tulisan yang tak kunjung tertulis mencari yang tak pernah ditemukan. membaca yang tak pernah terkatakan. merindukanmu sampai tak kunjung tersampaikan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Membaca Taman Bungkul

15 Mei 2014   22:58 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:30 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Menyikapi taman bungkul yang rusak di Surabaya, tidak bisa dilepaskan dari kajian filsafat antroposentrisme. dimana ketika semua hal berpusat pada manusia dan kebutuhannya (apalagi gratis) selalu berimbas pada lingkungannya. alam -sekali lagi- menjadi sasaran. tanaman yang rusak selain berimbas pada kerugian milyaran. juga -yang terpenting- menghancurkan penghijauan taman sebagai paru-paru kota. terlebih untuk rekonstruksi membutuhkan waktu yang relatif tidak singkat.

Arne Naess filsuf Norwegia, menuntut suatu perubahan dimana etika tidak hanya terfokus pada manusia, tetapi kepada seluruh makhluk hidup dan lingkungannya. Sehingga mencipta gerakan yang nyata agar tercipta suatu kehidupan yang selaras antara makhluk hidup dan alam. Gerakan nyata ini berpengaruh terhadap cara pandang, tingkah laku, dan gaya hidup banyak orang. meskipun protagoras tetap menetapkan manusia sebagai ukuran segala sesuatu, ketidakpeduliannya dengan alam tentu adalah hal yang berimbas pada manusia itu sendiri.

Saras dewi dalam filsafat lingkungannya, merasa pentingnya manusia mempelajari relasi alam sebagai keseimbangan, karena menurut hemat saya, pahan antroposentrisme yang berlebihan tidak lain adalah menyusun bunuh diri itu sendiri. dalam silogisme sederhananya, (1) manusia butuh tumbuhan untuk hidup. (2) manusia merusak tumbuhan. jadi (3) manusia mati. tentu hal ini kemungkinanya sangat besar untuk terjadi. pasalnya, cepat atau lambat, disadari ataupun tidak, perlahan tapi pasti manusia yang segera tidak menjalin relasi yang baik dengan alam hanyalah perjalanan menyingkat kematian.

Semoga kasus taman bungkul segera bisa terselesaikan dengan tepat dan bertanggung jawab oleh pihak terkait. juga sebagai pembelajaran sebelum kasus serupa terjadi (tentu tidak baik kan terjerumus pada lubang yang sama?). kemudian, mengingat petutur bijak sir francis bacon, satu-satunya cara menaklukkan alam adalah hanya dengan mematuhinya. selamat menjemput alam kesadaran.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun