Mohon tunggu...
Mh. Djuniar Margani
Mh. Djuniar Margani Mohon Tunggu... -

Lelaki yang bernama lengkap Muhammad Djuniar Margani dan biasa disapa Bang Djun ini adalah seorang data analyst juga evaluator, di samping sebagai motivator pada berbagai event pemberdayaan guru yang dilakukan oleh LP3SEP (Lembaga Pengkajian, Pengembangan, dan Pelatihan Sistem Evaluasi Pendidikan). Di samping itu, ia juga seorang ghostwriter dan konsultan independen untuk riset S1, S2, dan S3. Dari istrinya, R.A. Juli Winarno, Bang Djun dikaruniai empat orang amanah ilahiyat (Inal, Nisa, Dienel dan Ucha), dua orang cucu (Keisha dan Khansa), dan menantu (Wulan).

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kisruh Kurikulum 2013

23 April 2014   19:13 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:17 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya sudah mendaras Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) untuk SD juga SMA, SMP belum (mungkin sama dengan SD ya?). Bapak ibu guru ada yang memiliki naskah akademik dari Draft Kurikulum 2013 yang lengkap dengan referensi sumber acuannya? Saya hanya ingin tahu para penyusun Draft Kurikulum 2013 mengacu kepada model kurikulum apa? Kaitannya dengan introduksi Pendidikan Karakter, para penyusun Draft Kurikulum 2013 ini preferensinya ke mana, ke siapa? Menjawab kegundahan bapak/ibu guru, ternyata ada konstruksi yang berbeda antara Kurikulum 2013 dengan kurikulum sebelumnya yang di dalamnya kita mengenal ada Standar Kompetensi (SK). Kompetensi Inti (KI) tidak sama dan bukan menggantikan SK. Frame of thinking kita masih ke konstruksi kurikulum sebelumnya ketika menelaah KI, sehingga kesan adanya "perulangan berpilin" seperti dikatakan banyak pihak, niscaya terjadi.

KI itu dalam telaahan saya merupakan "the great goals" dari karakter yang hendak dibentuk dan dikembangkan di level masing-masing (SD, SMP atau SMA). Jadi wajar saja, KI tersebut berulang terus di kelas II, III, IV, V dan VI SD seperti yang dipaparkan di atas. Bagaimana menuju KI sebagai "the great goals of character education" maka KD menjadi "amunisinya." Kita memang agak terganggu dengan KD yang penuh sisipan nilai dari KI yang "nyaris sepenuhnya dipaksakan" itu. Dalam konteks KD seperti inilah saya mempertanyaan preferensi dari penyusunan kurikulum tersebut.

Saran praktis:

Lupakan KI, karena "the great goals of character education" ini akan muncul dengan sendiri sebagai outcomes dari pembelajaran yang kita laksanakan yang mengacu kepada KD-nya. Ketika membaca KD lupakan juga sisipan nilai dari KI yang "menyebalkan" itu. Fokus saja pada materi ajar yang termuat di KD tsb, lalu tetap turunkan ke dalam silabus agar terarah kita menyusun lesson plan-nya. Draft Kurikulum 2013 memang benar-benar "mekso," atas introduksi pendidikan karakter yang tidak jelas preferensinya. Mohon diingat, secara formal Character Education di tingkat global sudah diintroduksi 10-15 tahun yang lalu. Apa salahnya kita mendaras referensi yang bersifat global tersebut untuk kita jadikan preferensi bagi Pendidikan Karakter di Indonesia? Saya pernah mengatakan bahwa "pendidikan itu universal, dan pengajaran sangat kondisional!" Wassalam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun