Mohon tunggu...
Mahendra
Mahendra Mohon Tunggu... Administrasi - Sejarah mengadili hukum dan ekonomi, sebab sejarah adalah takdir, di satu sisi. *blog: https://mahendros.wordpress.com/ *Twitter: @mahenunja *FB: Mahendra Ibn Muhammad Adam

Sejarah mengadili hukum dan ekonomi, sebab sejarah adalah takdir, di satu sisi. *blog: https://mahendros.wordpress.com/ *Twitter: @mahenunja *FB: Mahendra Ibn Muhammad Adam

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Di Balik TPID: Jokowi-Prabowo

18 Juni 2014   16:01 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:16 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sambil nulis sambil nengokin berita di METRO TV seputar Boomerang Kebocoran Anggaran. Namun saya ingin cerita yang lain terlebih dahulu karena ada prioritas. Menimbang dan mengingat pembahasan METRO TV sedang tidak saya perhatikan, kurang elegan, kalo terburu-buru menyimpulkan.

Sempat saya mengamati debat CAPRES pada minggu malam yang lalu (15 Juni 2014). Pengakuan dan penghormatan Prabowo tentang program ekonomi kreatif yang disampaikan Jokowi tanda Prabowo lapang dada, begitu pula ketika dia tidak mengetahui apa itu TPID (Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi Daerah).

Lapang dada itu sikap luar biasa. Elegan. Bahkan bikin kawan jadi segan. Seberapa kuat kita tetap tenang di bawah tekanan, menunjukkan keunikan tersendiri. Ya kan?

Misal, seberapa kuat bisa membersamai anak-anak yang minta kita bermain bersama. Sementara kita tidak muda lagi, bahkan sudah tua (sudah berumur lah pokok e..), bahkan lagi jam kerja. Permainan itu yang dalam bahasa kampong saya, Kacal Mancit (Hide and Seek ato Petak Umpet).

Seberapa kuat kita bisa membersamai anak-anak yang suka jahil? Tapi memang kenyataannya, mereka tetap menghargai kita, anak-anak punya kesan khusus terhadap kita, itu terlihat di kemudian hari.

Tentu yang terpenting kita bermain, pake “batasan”. Bermain sambil memberi nasihat yang pas.

Nah sekali lagi, kita harus lapang dada agar tenang tetap “terjaga”. Itu lah sikap seorang Leader.

Dan sempat saya membaca arus komentar, pada titik focus “TPID”. Ya kalo dari segi wawasan emang sih yang jiwa nasional gak bisa jawab, kalo bisa jawab berarti hebat. Tapi di sisi yang lain pertanyaan tentang TPID tampak sekali keluar dari Jokowi dengan ekspresi yang ingin menjatuhkan Prabowo, dan dengan yakin ia: Prabowo tidak akan mampu menjawabnya.

Di luar dugaan, Prabowo mengakui kekurangan dirinya dalam hal TPID. Itu namanya lapang dada. Gak bisa dibuat-buat, ketahuan. Bahkan publik di dunia maya mengapresiasi keseluruhan acara DEBAT CAPRES malam itu di polling MarioTeguhGoldenWays (MTGW) yang ketika saya bikin tulisan ini tercatat Prabowo mendapat dukungan 78,42% (2042 voter), Jokowi 19,55% (509 voter), seimbang 2,4% (53 voter).

Coba perhatikan pertanyaan dalam polling itu: “menurut Anda siapakah yang tampil lebih akurat, elegan dan smart dalam debat CAPRES malam ini, 15 Juni 2014?” Prabowo dipilih paling banyak, selisihnya dengan Jokowi hampir 59%. Mungkin ada yang ngomen “walah itu paling sudah didesain makanya Prabowo yang menang..”

Tapi saya yakin MTGW bersifat netral. Saya cenderung bilang ia netral.

Dan saya juga cenderung berpendapat, follower MTGW adalah mereka yang berusaha mendalami tema-tema seputar cinta dan jiwa, sukses, gaya hidup, kepemimpinan, dan kemasyarakatan atau mereka mungkin orang-orang yang ‘terdidik’. Bahkan, boleh jadi golongan orang yang berpendidikan tinggi. (Bukan berarti yang tidak menjadi followernya adalah tidak terdidik!).

Gak ada desain kok… saya yakin itu murni penelitian.

Semenjak tulisan ini dibikin, polling Skyler-Elite Prabowo-Hatta mendapat dukungansebagai Presiden-Wakil Presiden sebesar 48,8% (2922 voter) ; Jokowi-JK 48,73% (2918 voter); abstain 2,47% (148 voter). Sedangkan polling Kompasiana Prabowo-Hatta 59,92%; Jokowi-JK 37,42%; abstain 2,663%. Agak kurang enak dilihat di polling Kompasiana, gak ada keterangan jumlah voternya, tapi kita bersyukur, yang abstain jumlahnya sangat sedikit.

Tentu ada yang bertanya, apa alasan tidak memilih Prabowo-Hatta atau apa alasan tidak memilih Jokowi-JK? Berdasarkan Polling MTGW alasan tidak memilih Prabowo-Hatta: (1) issue pelanggaran HAM di masa lalu, (2) ada kemungkinan melindungi Pemimpin yang sebelumnya seandainya terkena kasus hukum, (3) akan memimpin dengan otoriter, (4) ada potensi korupsi, (5) ada alasan yang lain.

Alasan tidak memilih Jokowi-JK: (1) issue akan jadi boneka bagi kepentingan partai pengusungnya, (2) belum fasih dalam konsep kepemimpinan nasional yang strategis, (3) gaya kepemimpinan yang mungkin belum sesuai dengan keanggunanKepresidenan yang nasional dan global, (4) ada potensi korupsi, (5) ada alasan yang lain.

Memang pollingnya adalah polling tertutup yang memiliki sisi kelemahan. Meskipun kadang kurang mencakup keseluruhan ide voter, pertanyaan dalam polling itu sangat cerdas dan relatif mewakili ide para voter.

Semua orang bisa membantah semua alasan yang terangkum dalam pilihan jawaban pada polling tersebut. Namun ingat!Pada alternatif jawaban itu: ada alasan lain. Ini tentu relatif mewakili keseluruhan ide para voter.

Melihat segmen yang ikut poling dugaan saya adalah mereka yang golongan menengah ke atas (seperti dicirikan oleh punya Laptop, Tablet atau yang sejenis).

Di “bawah” (masyarakat ekonomi kelas bawah), keadaannya memang agak rumit . Baru kelihatan unik jika dilihat dari “atas” (“gunung”). Maksudnya dengan kacamata luas (board insight).

Sekali lagi, dibutuhkan kerja keras bagi Prabowo maupun Jokowi untuk tetap setia secara berkala turun dari “gunung”, meskipun dari atas (“gunung”) kelihatan sekali “lansekap alam” sangat menarik.

Kita sama-sama percaya, turun gunung relatif lebih mudah ketimbang mendaki gunung. Mungkin kuncinya ada pada cara alam mengubah energi potensial menjadi energi kinetik dan adanya “besaran“ kelajuan. Eh, gak tau lah. Coba tanya sama fisikawan ya. Jangan-jangan ini salah. heheheh…

Boleh jadi ada yang berpikiran negatif maka saya sampaikan: “jangan menyangka tulisan ini menganggap Jokowi sebagai “anak-anak” ya? Saya menghargai Jokowi. Saya tidak bermaksud seperti itu.“

Saya bikin tulisan ini relatif apa adanya. Sekali lagi, Jokowi bukan ”anak-anak”.

Sekadar opini bro…

Referensi:

http://polling-presiden-2014.skyler-elite.com

http://www.mtgwpoll.com/polling/cat/32/1/the-presidents

http://kotaksuara.kompasiana.com/polling_result

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun