Mohon tunggu...
Mahendra
Mahendra Mohon Tunggu... Guru - Sejarah mengadili hukum dan ekonomi, sebab sejarah adalah takdir, di satu sisi. *blog: https://mahendros.wordpress.com/ *Twitter: @mahenunja *FB: Mahendra Ibn Muhammad Adam

Sejarah mengadili hukum dan ekonomi, sebab sejarah adalah takdir, di satu sisi. *blog: https://mahendros.wordpress.com/ *Twitter: @mahenunja *FB: Mahendra Ibn Muhammad Adam

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Susahkah Menerima Kenyataan sebagai Ayah?

15 Desember 2024   12:46 Diperbarui: 15 Desember 2024   13:17 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Maryam bin Mahendra dan Adam bin Mat Sekin. 13 Februari 2023 , Kayu Aro, Kab. Kerinci (Dokumen Pribadi)

Kenyataan sebagai ayah perlu diterima lapang dada, tidak mengapa, agak lama. Sebab proses lebih penting daripada hasilnya. Saya berharap dikaruniai anak laki-laki jika lahir anak pertama dan terhayat itu dalam do'a. Ikhtiar saat itu hanya do'a saja. Tidak ada melakukan tips-tips tertentu agar mendapat peluang lebih besar anak laki-laki. tips-tips itu baru tahu saya, saat baca-baca artikel yaitu dengan alternated makanan yang di konsumsi juga melalui tips lainnya. Saat cek kondisi kehamilan pada bulan ke-6 kehamilan anak pertama yakni Juli 2020 saya mendapatkan informasi bahwa janin dalam kandungan adalah perempuan. Tidak masalah karena berhasil menerima kenyataan dan karena harapan saat itu dalam level do'a saja.

Hidup memang belajar sepanjang hayat yang tak masuk nilai rapor saat sekolah. Seorang laki-laki akan menjadi suami, ayah, anak bagi empat orang tua, adik atau kakak bagi ipar. Maka saya setuju jika kurikulum keayahan dan keibuan dimasukkan ke struktur kurikulum kuliah maupun SMA karena ada pelajar yang tidak melanjutkan kuliah.

Tinggal di rumah mertua selama dua bulan karena kelahiran anak pertama memberi ruang bagi suami belajar mengenal ibu mertua, bapak mertua, adik atau kakak ipar. Menyadari seabagi suami yang laki-laki berbeda dengan istri yang perempuan. Pasti ada bagian dari suami yang laki-laki tidak disukai istri, ibu mertua, bapak mertua, adik atau kakak ipar. Ketika kita berupaya keras menjadi moderat begitu pula adik, ibu, bapak mertua pun istri yang perempuan juga berupaya keras menjadi moderat. Saya lebih kenal selama lima tahun terakhir ternyata oleh-oleh bagi ibu atau bapak mertua yang tepat bukan yang cita rasa manis tapi asin, kecuali itu obat.

Walaupun lebih leluasa tinggal di rumah sendiri saat kelahiran anak pertama daripada di rumah mertua, tapi pelajarannya dan hikmahnya jadi berimbang bagi nilai hidup saya. Bagaimana ayah, ibu, ayah mertua, dan ibu mertua sering derma untuk anak-anak saya di awal kelahiran, pun di tahun-tahun berikutnya. Makanan, pakaian, boneka, sepeda, empati di kala sakit, pertolongan di kala sempit , tempat meminjam di kala keuangan sedang deficit, men-support semua kegiatan sosial kami sepert majelis yasin atau kenduri dan masih banyak lagi tak bisa disebut satu persatu. Betapa suami perlu pandai berterima kasih. Betapa mereka tak pantas disakiti. Apalah dirinya saya ini tidak banyak yang bisa diberi untuk empat orang tua saya. Jadi sangat tak wajar membenci mereka hanya secuil pengetahuan hidup. Sangat tak wajar juga mendendam, atau yang lebih halus dari itu, sangat tak wajar baperan, sakit hati, tersindir Karen aucapan mereka. Saya memang dapat melihat kekurangan mereka dan mereka pun dapat melihat kekurangan saya, tapi harmonis saja kok. MasyaAllah. Tuhan Maha Adil, pasti memberi kita pelajaran asal mau merenung berpikir, bersyukur dan bersabar

Apa yang mendorong ayah baru bertahan di situasi sulit?

Mampu mendengar dan memilah pikiran dan pendapat istri maupun keluarga

Saat saya dibilang sering lelet itu memang benar dan tampaknya luas diketahui orang banyak. Saya menerimanya itulah saya namun beberapa kali saya berhasil tidak lelet. Suatu waktu saya diminta untuk tetap tinggal saat anak masih usia dua bulan. Saat itu saya wajib mengikuti pembinaan selama 2 hari tiga malam di akhir tahun 2022 sebagai amanat dan tugas pekerjaan. Saya telah diminta istri dan empat orang tua saya untuk tidak mengitkuti kegiatan itu. Situasi yang berat di kala anak pertama masih usia 2 tahun dan anak kedua usia dua bulan masih sering terbangun malam setiap 2 jam, menangis karena lapar haus maupun Buang Air Kecil/Besar, atau minta kenyamanan dengan digendong atau diayun sehingga saya sering bergantian dengan istri ataupun ibu mertua mengayomi anak. Di kala itu saya memutuskan ikut pembinaan yang menjadi program wajib pekerjaan saya karena ini dalam rangka kepentingan publik. Di sinilah ujiannya suami perlu membedakan kepentingan orang sedikit dan banyak. Alhamdulillahnya sepulang dari pembinaan itu saya malah dibelikan istri jaket tebal baru melalui pesanan online. Pertanda tahun depan kalau ada pembinaan berbentuk camping lagi saya sudah didukung istri. MasyaAllah, Allah Maha Adil. Ada banyak contoh sebenarnya namun cukuplah ini mewakili bahwa suami pasti harus memutuskan dan memilah pendapat terbaik dan menerima keadaan bahwa diri ini punya kelemahan, jangan sampai baperan kalau kekurangan kita disebutkan istri maupun empat orang tua kita.

Mampu berbagi peran di tengah bertambahnya kesibukan

Peran pada awal kelahiran saya langusng mencuci kain yang berlumurdarah padza persalinan, pergi ke anak sungai yang tidak jauh dari rumah bapak mertua, bapak mertua berinisiatif menguburkan ari-ari bayi di belakg rumah, ibu mertua menyiapkan makanan keperuan sekeluarga, menjadi lebih sering memasak sayuran pendukung produksi ASI. Di kala sempat terjadi pertentangan di hati saya, pendapat mertua, menyuruh saya membeli susu bantu agar anak tidak rewel di hari pertamanya di tempat inap (anak pertama di klinik bidan, anak kedua di rumah sakit). Ya sudah lah tak perlu berdebat Alhamdulillah-nya keesokan harinya ASI lancar sehingga tak perlu lagi pakai susu bantu baik anak pertama maupun anak kedua. Secara teori pun kata bidan di klinik maupun di rumah sakit jangan khawatir cadangan makanan di tubuhnya masih mencukupi untuk kebutuhan jasadnya yang penting ibunya bersabar dan posisi bayinya tepat ketika memberi ASI, kolostrum dari ibu sangat penting dikonsumsi oleh bayi di hari pertama ia menyedotnya. Pada bula-bulan ini saya menjadi bertambah letih karena jarak ke kantor menjadi 4 kali lipat. Waktu tempuh menjadi 40-an menit untuk sampai ke kantor.

Marah boleh tapi jangan disimpan dalam hati, buang!

Suami dibilang tidak pandai gendong anak, tidak pandai menenagkan anak yang batuk, pilek, sakit perut, masuk angin, semua diserahkan ke istri. Sampai sampai suami mungkin kesal dan bilang "Kalau aku punya susu tak perlu kamu urus anak tu!" Bahkan si istri mungkin juga sampai meningkat emosinya, "Pisah aja kita, dak cocok!" Saya diceritakan oleh mamang (paman), bukan paman kandung dan bukan paman dari pihak istri, tapi paman sebutan saja. Ia menceritakan anaknya bercerai padahal usia anak barulah beberapa bulan. Saya tak banyak tanya, hanya mendengar, mungkin itu ujian kesabaran. Semua label itu bahwa suami tidak pandai mengasuh, menenangkan anak mungkin juga dirasa oleh para ayah lainnya. Dengan kesabaran dan siap belajar saya bisa mengasuh dan menenagkan anak kedua saya baik rewel karena sebab yang belum diketahui maupun karena sakit. Alhamdulillah terimakasih teruntuk keluarga dan istri yang turut mendukung saya.

Mampu menjaga ibadah

Ayah akan mendapati dirinya setiap bulan mungkin masa subur dan hormonnya tertentunya naik. Istri mendapati dirinya lebih mudah letih, mengantuk, hormon tertentunya naik tapi bukan masa subur selama 6 bulan pertama ASI ekslusif bagi bayi. Saya tidak tahu apakah ada hubungannya, ada kisah nyata, tidak jauh dari rumah saya terjadi peristiwa zina padahal istrinya sedang hamil, tapi sang suami berzina dengan istri orang lain di sebelah rumahnya. Tak perlu sebut nama karena menjaga kehormatannya. Di sinilah peran shalat setiap hari 5 waktu kita menghadap Tuhan. Lebih bagus lagi melakukan puasa daud (sehari puasa, sehari tidak, berbuka di waktu magrib). Allah Maha Sabar, yakinilah kita juga dapat menjadi sabar dalam bahtera rumah tangga! Mintalah kesabaran dari Yang Maha Sabar. Pada titik ini juga, suami perlu memperbanyak istigfar dan taubat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun