[caption caption="Upacara Peringatan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia (sumber: kompas.com)"][/caption]
Ada yang unik dari upaca peringatan proklamasi kemerdekaan yang ke-70 kemarin, 17 agustus 2015, Bu Mega hadir setelah selama 10 tahun ngambek. Saya melihatnya dari sudut keterbukaan pemimpin. Keterbukaan bagi saya ketika belajar tentang sikap ilmiah, ia didampingi oleh sikap ingin tahu, jujur, objektif, tekun dan teliti.
Keterbukaan terhadap tekanan, kata Prof Rhenald Kasali, membuat seseorang lebih tenang, tidak larut dalam emosi atau gerakan-gerakan yang membenturkan antarkelompok, tidak terlalu mencemaskan hal-hal yang belum tentu kebenarannya. Ia lebih optimis melihat hari esok.
Mendapat takanan adalah hal yang biasa, ia mungkin saja suatu saat kecewa dan cemas, tapi itu cuma sebentar saja. Ketika perekonomian negara memburuk, ia berkata “Kita harus bekerja lebih serius. Situasi sulit ini pertanda kita sedang naik ke atas, bukan ke bawah”.
Nah menyangkut keterbukaan ini, pemimpin tidak selayaknya ngambek terlalu lama, sebagaimana ngambeknya eks Presiden (Megawati-Bu Mega) selama sepuluh tahun pemerintahan eks Presiden SBY (Pak Beye). Megawati tidak pernah hadir daam upacara memperingati proklamasi kemerdekaan Indonesia semasa pemerintahan SBY. baru pada tahun ini lah Megawati menghadri upacara peringatan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Semoga sikap ini tidak dicontoh oleh pemimpin lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H