Orang-orang yang berusaha mengisi hidupnya dengan ketakwaan adalah pengikut kebahagiaan. Allah jelas sekali menyatakan hal yang berkebalikan dengannya,
“Dan seandainya kamu melihat ketika mereka dihentikan (dihadapkan) kepada Tuhan Pencipta mereka, Allah berfirman “Bukankah ini (kebangkitan) (adalah) benar? Merkea menjawab, ÿa dan demi Tuhanku (sungguh ini benar). Allah berfirman “Maka kalian rasakanlah siksa ini karena apa yang telah kalian ingkari (saat di dunia). (QS. Al-Anám[6]:30).
Padahal Allah telah banyak memberikan pelajaran, bagi kaum yang mendustakan hari kemudian, berupa bencana.
Oleh karena itu marilah mengajarkan agama kepada anak, istri atau keluarga terdekat! Ajarkanlah untuk peduli kepada agama! Para orang tua harus menurunkan ilmu agama kepada keturunannya. Kalau kita peduli kepada kebahagiaan akhirat tentu kita lebih banyak menangis dan sedikit tertawa.
Hendaklah kita memulai mengajarkan kepada anak tentang agama sejak dini sesuai daya tangkap kecerdasannya. Seperti melatihnya untuk berpuasa, dan sholat dengan cara kita menjadi teladan baginya. Bukan menyuruhnya tapi kita sendiri berlaku kebalikannya. Sebab kita tahu betapa sengsaranya azab Tuhan.
Umar radiyallhuánhu pernah berkata, bahwa seandainya ada setumpuk emas sebesar gunung, ak akan meminta (menebusnya) agar Allah menyelamatkanku dari azab sebelum kematian menjemputku.
Maka marilah kita memohon kepada Allah agar Allah membukakan pintu Surga untuk kita!
Demikian disampaikan oleh khatib, Ustadz H. Syamsudin SH.I.
Â
Khutbah Jumát @Masjid al-Mukhlisin, Ustadz H. Syamsudin SH.I, 12/6/15, Bangko
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H