Mohon tunggu...
Mahendra
Mahendra Mohon Tunggu... Guru - Sejarah mengadili hukum dan ekonomi, sebab sejarah adalah takdir, di satu sisi. *blog: https://mahendros.wordpress.com/ *Twitter: @mahenunja *FB: Mahendra Ibn Muhammad Adam

Sejarah mengadili hukum dan ekonomi, sebab sejarah adalah takdir, di satu sisi. *blog: https://mahendros.wordpress.com/ *Twitter: @mahenunja *FB: Mahendra Ibn Muhammad Adam

Selanjutnya

Tutup

Catatan

UU Pilkada: Kenapa Kamu Benci Aku?

2 Oktober 2014   08:29 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:42 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="265" caption="Let's Go!"][/caption]

Ada seruan: “Pilkada tak langsung harus minta tanggapan rakyatnya!”

DPRD nguras pikir untuk milih Leader tanpa mengabaikan respon rakyat..

Yaps opsi yang bagus.. maybe..

So, rakyat tetep partisipatif .. mo langsung kek.. mo tak langsung kek..

Kamu bilang pilkada langsung gak lepas dari transaksional money?

Pilkada tak langsung bikin money politic berkibar akbar?

Emangnya kamu idup gak pake transaksional?

Kamu lahir berawal dari pernikahan..

Kamu mo nikah pasti ada dialog...

Kucing mo nikah juga pake dialog...

Dialog itu idem dengan transaksional..

Transaksional itu boleh negatif boleh pula positif bro/siste...

Tapi, ia itu alami..

Naturally!!

Sekarang yang kamu tuju adalah perilaku..

So let’s we go! ...

Change our affective!

Excellent affective: Often giving to everybody..

Mikir terus berkorban!..[eh ntar lagi hari raya Qurban, Selamat&Salam]

Terus beri kebaikan!..

Semua saling nasehatin! [kritis]

Mo dicoba lagi pilkada tak langsung?

Yah terserah bung...

Next we will look .. bahwa ada dua propaganda:

Propaganda pilkada langsung..

Propaganda pilkada tak langsung..

"Selamat ber-ria-ria-propaganda."

Yang penting dapetin hikmah:

"Kamu bernilai karena kamu memberi"

"Apa yang udah kamu beri buat negara?"

"Adakah mencerdasakan kehidupan bangsa?"

Neh endnote: "Selamat kamu ber-ria-ria-propaganda."

"Dan yang penting aku menolak riba"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun