[caption id="" align="aligncenter" width="385" caption="Kasihnya Lebih Dulu dari Lahirku (image source: ianadventures.files.wordpress.com)"][/caption]
Ibu tanya lebih dulu, kabarku.
Aku sering telat tanya,
Lagi-lagi, Ia lebih dulu.
Ibu kukasih lemari.
Ia tak mau,
Ternyata cuma malu,
Begitu laras kasihnya,
Itu didiknya, tentang kasih,
Kelak ia tetap anggun dengan, ia.
Dulu, ia tegur aku nge-game kemalaman,
Aku bentak,
Ia menangis,
Parahnya aku, kok begitu,
Pun aku menangis,
Ia hadir dengan laras maafnya.
Maka terimalah lemari ini,
Aku tak bermaksud membayar kasihmu,
Kerana kasihmu lebih dulu,
Lebih dulu dari lahirku,
Kerana aku lebih banyak keliru,
Salah paham aku tentang,
tanyamu,
pintamu,
harapmu.
Maka aku kenalkan dirimu ibu kepada teman dan bosku,
Bahwa aku riang punya ibu sepertimu,
Dan harus tahu, aku tak malu mengenalkanmu.
Ibu, dirimu mengingatkanku kepada-Nya,
Meski ibu tak sengaja,
Meski ibu sengaja,
Dan ternyata HARI IBU itu, setiap hari.
By: Mahendra@Bangko, Merangin, Prov. Jambi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H