Mohon tunggu...
Mahendra
Mahendra Mohon Tunggu... Administrasi - Sejarah mengadili hukum dan ekonomi, sebab sejarah adalah takdir, di satu sisi. *blog: https://mahendros.wordpress.com/ *Twitter: @mahenunja *FB: Mahendra Ibn Muhammad Adam

Sejarah mengadili hukum dan ekonomi, sebab sejarah adalah takdir, di satu sisi. *blog: https://mahendros.wordpress.com/ *Twitter: @mahenunja *FB: Mahendra Ibn Muhammad Adam

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tantang Jokowi, Bilang ke Publik: Jangan Rayakan Valentine Day!

8 Februari 2015   05:39 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:36 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="170" caption="Ilustrasi (source:encrypted-tbn3.gstatic.com)"][/caption]

REPORTASE JUM’AT (06/02/2015 @Bangko)

Dalam khutbah Jum’at di Masjid belakang Rina Mini Market, Bangko, Kab. Merangin (Penulis lupa nama Masjid tersebut), disampaikanlah tentang ciri-ciri orang-orang yang tidak mengikuti Nabi. Di antaranya adalah mencampurkan iman dengan perilaku yang berbuah dosa.

(1) Di antara perilaku berbuah dosa adalah adanya di antara umat yang rajin sholat tapi rajin juga bermaksiat.(2) Pola pikir, tingkah laku yang megikuti nafsu syahwat seperti memperingati Valentine Day tanggal 14 Februari. (3) Tidak mendirikan sholat dengan kata lain tidak sholat berjamaah di awal waktu.

Penulis jadi teringat sebuah penelitian, yang disampaikan Dr. Hermanto Harun, bahwa 3 party yang berpotensi terjadinya freesex adalah di kala Perayaan Tahun Baru Masehi, Valentine Days, dan pengumuman kelulusan ujian nasional. Dia menyatakan, penelitian dilakukan dengan wawancara langsung ke toko yang menjual kondom. Bahwa penjualan meningkat pada tiga party tersebut dan pembelinya adalah dari kalangan usia sekolah.

Maka kemudian solusinya adalah menegur dengan perbuatan, atau derajat di bawahnya yaitu menegur dengan lisan. Bahkan diperbolehkan menghadapi mereka dengan hati, namun ini derajat kebaikannya yang paling bawah yaitu mendoakan agar pelaku maksiat tidak mengulangi lagi perbuatannya itu.

Kemudian sebaiknya kita mengusahakan puasa sunnah sehingga lebih mendorong kepada naluri spiritual ketimbang naluri kebinatangan.

Terakhir, Khatib, Moh Amin, mengajak agar jamaah mengikuti Nabi, dengan membenci atau mencintai karena Allah saja. Tentu kita tidak ingin mengikuti suatu kaum dengan menjauhi keseharian Nabi Muhammad.

Selanjutnya apakah Jokowi merelakan revolusi mentalnya menjadi sia-sia?  Penulis jadi terpikir, kalau ingin menyelamatkan generasi muda Indonesia, maka selamatkan pemuda-pemudinya! Jangan Rayakan Valentine Day! Jangan hancurkan masa depan umat! Kasih bisa dilakukan kapanpun, kasih sayang yang original, bukan nafsu kebinatangan! Kasih sayang yang memupuk tanggungjawab dan kebijaksanaan, bukan kasih sayang dengan nafsu kebinatangan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun