Tadi malam, saya menonton program televisi di BBC Knowledge, yang berjudul "From Sidney to Tokyo" (By Any Means) yang dibawakan oleh Charley Boorman. Tayangan tersebut menunjukkan dia sudah berada di Taiwan. Dia melakukan perjalanan dari Kaoshiung menuju Taipei.
Selama tayangannya dari Sidney, Papua Nugini, Indonesia bagian timur (Papua-Sulawesi), saya melihat bahwa Charley, seseorang yang berkebangsaan Inggris ini, merupakan pecinta motor. Selama perjalanannya seringkali dia mencoba meminjam atau dipinjami motor oleh klub-klub motor. Saat di Manado, dia sempat menaiki Harley mengunjungi Bukit Nona.
Setibanya di Taiwan, dia pun kembali menaiki motor di sejumlah tempat. Baik scooter hingga motor balap, ya seperti yang dipakai di ajang MotoGP. Ternyata, pemakaian motor balap ini merupakan kegiatan ilegal di Taiwan sana. Pemimpinnya pun sampai harus memakai helm agar wajahnya tidak terekam kamera. Walaupun, sebenarnya jelas terlihat bahwa dia bukan orang asli Taiwan, alias "bule".
Secara keseluruhan, kondisi jalan di Taiwan tidak beda di Indonesia, dalam arti banyak pemakai motor (atau scooter tepatnya di sana) berlalu-lalang di jalan. Bedanya, sejauh acara ini menayangkan, tidak ada macet, kondisi jalannya pun lebar. Agak leluasa pengendara motor, dan rapi atau tidak potong sana-sini.
Tibalah, Charley di sebuah pabrikan scooter, kalau tidak salah SYM Motors di Taipei. Dia melihat secara detail perakitan di sana, yang menurut karyawannya, pabrik tersebut mampu menghasilkan 1500 scooter per hari! Wow,,! Karyawan pun mencoba memperlihatkan cepatnya perakitan sebuah scooter yang diperlihatkan kepada Charley lewat stopwatch. Hanya 57,89 detik!
Angka itu menunjukkan cepatnya membuat alat transportasi, yang cukup membuat ribet jalanan Ibukota saat ini. Kembali lagi, saya bukan menuduh pengendara motor sebagai biang keladi dari kemacetan yang terjadi. Hanya kredit motor yang mudah, ditambah lagi pembuatan motor yang ternyata sangat cepat, menandakan produksinya itu sangat mudah. Suplainya pun akan selalu mengalir. Saya tidak membayangkan akan semakin banyak lingkaran semut di jalanan ibukota ini.
Bentuk yang kecil dan biaya yang ekonomis, maka motor akan terus menyalip siapapun di jalanan sana. Bahkan tidak hanya jalanan, trotoar untuk pejalan kaki pun di Sudirman sana sudah dipakai untuk parkir motor dan sebagai jalanan tambahan. Semoga ini akan menjadi perhatian yang lebih serius dari pemerintah. Produksi memang tidak bisa dihentikan, tapi peraturan harus lebih diperketat demi kenyamanan semua pengguna jalan. Hal ini juga tidak hanya berlaku untuk motor, mobil juga termasuk di dalamnya. Salam!
(20 menit, 8:27-8:47)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H