Di tengah arus deras tayangan sinetron-sinetron di stasiun tv lokal, saya menyatakan apresiasi saya kepada Metro Tv, Trans7, dan Trans Tv, yang tetap berupaya menyediakan beberapa acara terkait pengenalan budaya, kuliner, hingga spot-spot wisata menarik di segala penjuru Indonesia.
Sebut saja, Jejak Petualang, Mancing Mania, Si Bolang (Trans7); Koper dan Ransel, Gula-gula (Trans Tv), The Archipelago, Jakarta-Jakarta (Metro). Cukup banyak, bukan? Itu hanya program tv yang sering saya tonton. Jika Anda mempunyai tv kabel, akan lebih banyak lagi saluran tv terkait pengenalan dunia internasional, seperti Discovery Channel, National Geographic, KBS (Korea), Animal Planet, dan lainnya.
Saya dan keluarga membiasakan untuk menonton program-program di saluran-saluran tersebut, dibandingkan menonton sinetron yang kami rasa tak banyak membantu kami mengenal suatu budaya daerah. Ada kesenangan tersendiri melihat para petualang, seperti Riyani Djangkaru dengan Jejak Petualang-nya (sekarang tidak lagi), Tommy Tjokro dengan Jakarta-Jakarta, Samantha Brown dengan Passport to Europe (Discovery Travel&Living), Diego Buñuel dengan Don't Tell My Mother (National Geographic Channel), Anthony Bourdain dengan No Reservations (Discovery Travel&Living), Ian Wright dengan Globe Trekker (Discovery Travel&Living), dan banyak lagi. (note: acara tv lokal tidak banyak saya sebutkan, terkait sering dibawakan oleh host yang bergantian)
Apa yang saya dapatkan dari acara-acara tersebut? Banyak! Saya menjadi tahu bahwa ombak terpanjang dan terlama di dunia ada di hilir Sungai Amazon (Brasil), babi adalah hewan yang sangat membantu dibandingkan kambing dalam membersihkan sampah di Kairo (babi dimusnahkan terkakit flu babi), sekalipun negara tersebut mayoritas Muslim. Saya menjadi tahu bagaimana murahnya BBM hingga jual-beli ilegalnya di Venezuela, saya jadi tahu bagaimana indahnya Raja Ampat, saya jadi tahu bagaimana perlindungan satwa (orang utan) di Kalimantan, saya jadi tahu bagaimana konflik Poso (hingga situasinya saat ini), dan banyak lagi. Semuanya ini saya dapatkan dari program-program tersebut.
Lucunya, beberapa hal yang saya tahu itu tidak semuanya berasal dari program lokal, tetapi stasiun internasional. Jadi, bisa dikatakan mereka (orang luar) ternyata memiliki keingintahuan yang lebih dibandingkan kita. Tidak jarang mereka bahkan menaiki kendaraan tradisional, bus, angkot, ojek, ferry, hingga menumpang, seperti yang dilakukan oleh Charley Boorman dalam By Any Means "From Sidney to Tokyo" yang melewati perjalanan Indonesia sebelah timur (Papua hingga Manado). Rata-rata para pembawa acara itu berkata "Indonesia is unique or amazing."
Saya dan juga saya harapkan masyarakat Indonesia menginginkan agar stasiun-stasiun tv memberikan waktu lebih untuk program-program tersebut. Tidak melulu sinetron atau reality show yang ditayangkan, sekalipun memang mereka yang memberikan rating dan pemasukan iklan yang tinggi. Diharapkan melalui program bermutu seperti Jakarta-Jakarta hingga Si Bolang bisa tetap memberikan kontribusi bagi pengetahuan dan semangat nasionalisme kita. Belajar dong dari Malaysia yang sukses dengan Upin dan Ipin-nya, yang saya kira melalui program tv tersebut, mereka bisa menyelipkan pelajaran "PPKN-nya". Kita pun dengan program yang ada harus dipertahankan, bahkan ditambah variasi dan jam tayangnya. Setuju?!
11:50 01/09/2010 @ Perpustakaan Kemendiknas, Senayan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H