Pemain Manchester United yang bernomor punggung 18 ini hampir selalu menjadi pilihan utama bagi Sir Alex dalam setiap pertandingannya. Sebagai seorang gelandang, Paul Scholes telah mencetak 150 gol selama 19 tahun karirnya di MU. Cukup sukses untuk seorang gelandang dengan jumlah golnya. Usianya yang telah menginjak 36 tahun tidak menjadi batasan bagi Sir Alex untuk memainkannya penuh selama 2 babak pertandingan. Perannya sentral di lapangan tengah bersama dengan Fletcher, Giggs, dan Nani. Ya, dua pemain tua, Scholes dan Giggs, memang belum tergantikannya perannya di lapangan. Nani belum bermain konsisten sekalipun telah dipercayakan Sir Alex bermain penuh sepeninggal Cristiano Ronaldo. Fletcher pun di sejumlah pertandingan awal musim ini cukup sial dalam melakukan blok di sekitar kotak pinalti. Marcello Lippi menyatakan rasa salutnya kepada Scholes dengan ungkapan "an all-around midfielder who possesses quality and character in abundance" (manutd.com). Namun, pelatih sekaliber Arsene Wenger pun juga memberikan pernyataan yang tidak kalah hebohnya dengan menyatakan gelandang ini dengan "for me (Wenger) he was not a fair player." Pernyataan Wenger tersebut didasarkan pada beberapa tekel keras nan berbahaya yang dilakukan oleh Scholes. [caption id="attachment_273104" align="aligncenter" width="300" caption="(sumber:vivanews.com)"][/caption] Apa yang dinyatakan oleh Wenger itu sepertinya tidak salah. Sebagai penggemar tim Setan Merah, saya memang melihat Scholes cenderung bermain kasar di awal musim ini. Tidak seperti biasanya. Kartu kuning pun menjadi hadiah yang sering dibawa pulang di setiap pertandingan. Tiga kartu kuning sudah dihasilkan gelandang ini, yaitu saat MU melawan Bolton, Liverpool, dan Newcastle. Semua dilakukan karena tekelnya atas pemain lawan. Peran Scholes sangat dibutuhkan di setiap pertandingannya. MU sedang tidak memiliki banyak pilihan di lini tengah. Owen Hargreaves belum juga bermain (masih dalam pemulihan), Anderson dalam kondisi tidak fit, dan Park Ji-Sung pun performanya tidak jelas terlihat karena cukup sering dicadangkan. Sebagai jenderal lapangan tengah yang sarat pengalaman, Scholes harus keluar dari permainannya yang cenderung kasar. Karena, MU masih sulit untuk hanya mengandalkan pemain muda, atau tidak bermain tanpa Giggs dan Scholes di setiap pertandingan. Bahkan gol-gol di luar kotak pinalti khas Scholes terkadang menjadi gol penentu pertandingan. Maka, dalam kondisi sulit saat ini, MU tidak bisa lepas dari peran Scholes sekalipun usianya sudah melebihi ambang batas pemain sepakbola. Musim ini belum saatnya pensiun bagi Scholes. Namun, jika tahun ini performanya buruk bahkan sering bermain kasar atau kartu kuning banyak dibawa pulang, maka tahun berikutnya Sir Alex harus segera melakukan pencarian sebagai penggantinya kelak. Scholes pun saat ini sedang mengalami cedera betis. Pertandingan melawan Valencia dini hari nanti pun akan dilewatkannya. Semoga di masa istirahatnya selama beberapa hari ini, tidak hanya pemulihan cedera fisik yang dilakukannya, tetapi juga mental bermainnya. Sehingga, Scholesy pun berhasil membuat gebrakan di pertandingan selanjutnya dan MU dapat tetap mendulang kemenangan. Salute to Scholes, Bravo United!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H