Mohon tunggu...
Ester Meryana
Ester Meryana Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Transportasita: Haduh, Motor-motor Ini Seperti Semut

1 September 2010   06:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:33 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengguna motor semakin bertambah saja. Jika diphoto atau dilihat dari angkasa dengan bantuan satelit, saya menduga akan seperti sekumpulan semut. Kelakuannya pun seperti semut. Setahu saya, semut jika disentuh dengan jari, maka dia akan menghindar dan mencari jalan lain. Begitu pula kelakukan pengendara motor, selip sana, selip sini.

Tuh, kan, seperti gerombolan semut,,(dokumentasi pribadi)

Hampir setiap hari, saya melihat "senggolan" motor dengan motor, motor dengan mobil, bahkan dengan bus. Semakin parah! Jika pemerintah mencoba mencari solusi kemacetan dengan pengadaan busway hingga pelebaran jalan. Saya pikir penting bagi pemerintah untuk mengambil keputusan pada tingkatan yang lebih lanjut.

Melalui siaran berita, saya pernah melihat bagaimana Malaysia bisa melalukan pembedaan jalur khusus motor. Bahkan pada penyelenggaraan Olimpiade di Beijing (2008), jika saya tidak salah mendengar berita, motor dilarang melintasi jalan-jalan utama kota terkait pengurangan polusi, yang menjadi salah satu perhatian dalam penyelenggaraan ajang olahraga. Bahkan, di negeri yang mendominasi merek motor, yaitu Jepang, penggunaan motor sedikit sekali (http://ingafety.wordpress.com/2010/06/29/jepang-dalam-foto-sepeda-motor/).

Saat ini, motor di Indonesia sangat mudah didapatkan. Di depan mini market yang berada di gang perumahan pun, ada dealer yang siap menjajakan produk motornya. Mudah caranya, hingga DP-nya pun hanya berkisar 500 ribu. Bahkan, saya mendapatkan informasi dari saudara, di mana dealer motor beberapa kali menawarkan motor ke warung atau toko kelontong. Kok, jadi sama seperti halnya cara berjualan tukang bakso atau mie ayam, ya?

Saya pernah berdiskusi dengan sejumlah orang, bagaimana caranya pemerintah bisa mengatasi penjualan motor ataupun mobil yang sudah kelewat batas ini. Salah satu solusi yaitu melalui pajak atau biaya surat ijin kendaraan bermotor. Ternyata pemerintah telah melakukannya dengan menaikkan harga pengurusan SIM baru-baru ini dan pajak BBN (Bea Balik Nama) juga PKB (Pajak Kendaraan Bermotor) yang masih dalam rencana (http://otomotif.kompas.com/read/2010/05/21/083705/.Pajak.Progresif.Bakal.Guncangi.Pasar.Motor-4).

Memang menurut berita yang saya ikuti, kenaikan pajak dan biaya SIM bisa menjadi stimulus negatif pada penjualan kendaraan motor yang bisa mencapai 6 juta unit per tahun ini. Namun, perihal kebenarannya belum bisa dipastikan mungkin menunggu kalkulasi penjualan di akhir tahun.

Saya bukannya tidak berpihak kepada pengguna kendaraan motor, karena saya termasuk pengguna sekalipun pasif. Namun, saya menyayangkan begitu banyaknya kecelakaan lalu lintas yang didominasi oleh kendaraan roda dua ini. Tentu ini menjadi perhatian bagi kita semua. Terkadang kebanyakan mereka sepertinya belum paham betul cara mengendarai kendaraan yang benar. Sehingga, tidak hanya dirinya sendiri yang menjadi korban, tetapi orang lain. Bahkan hanya menyebrang jalan pun saya menjadi tidak seberani dulu, saya takut kalau-kalau ada motor yang menyalip di antara mobil. Kondisi itulah yang sering mencelakai para pengguna jalan. Jadi, hati-hati di jalan ya, Pak/Bu para pengguna motor. Keluarga menunggu di rumah (pinjam dari iklan pak polisi).

13:08 01/09/2010 @ Perpustakaan Kemendiknas, Senayan

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun