Akhir-akhir ini jumlah peserta didik dewasa yang kembali ke kampus untuk menempuh pendidikan tinggi semakin meningkat. Usia mereka di atas rata-rata usia mahasiswa pada umumnya. Secara istilah, peserta didik dewasa yang terlibat dalam proses pembelajaran formal ini disebut dengan adult learners. Status para adult learners ini beragam - mulai dari karyawan perusahaan, pegawai sipil, wiraswasta, bahkan ada yang berasal dari kalangan ibu rumah tangga.
Latar belakang usia, pengalaman dan status peran yang disandang oleh adult learners menyebabkan adanya perbedaan karakteristik dengan peserta didik lain seperti anak2, remaja, atau dewasa muda.Â
Malamed (2023) memaparkan beberapa karakteristik umum dari adult learners yaitu cenderung lebih suka memegang kendali atas arah dan proses pembelajaran (otonomi), memiliki harapan khusus terhadap apa yang akan mereka pelajari (berorientasi pada hasil), memiliki lebih banyak pengalaman yang mempengaruhi bagaimana mereka belajar dan memproses informasi baru, bertanggung jawab atas diri sendiri baik ketika mendapatkan keberhasilan atau saat mengalami kegagalan, memiliki keterbatasan fisik akibat faktor usia dan kondisi sehingga mungkin lebih lambat dalam mempelajari keterampilan psikomotorik dibanding peserta didik yang lebih muda, dan membutuhkan dukungan komunitas dalam proses pembelajaran mereka. Karakteristik-karakteristik ini mempengaruhi bagaimana adult learners berespon dan terlibat dalam proses pembelajaran.
Di dalam dunia pendidikan, kita mengenal banyak metode pembelajaran. Beberapa diantaranya bahkan baru muncul mengikuti perkembangan zaman dan pemutakhiran teknologi terkini seperti metode belajar e-learning dan blended learning.Â
Tak dapat dipungkiri, masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan sendiri. E-learning, atau pembelajaran daring, mengacu pada pembelajaran yang sepenuhnya dilakukan secara online dengan memanfaatkan jaringan internet. Sementara blended learning menggabungkan pembelajaran daring dengan pembelajaran tatap muka.
Beberapa keuntungan blended learning meliputi kemampuan untuk mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi berbagai komponen pembelajaran dan memaksimalkan interaksi tatap muka, sementara e-learning dapat memberikan fleksibilitas waktu dan tempat bagi peserta didik maupun pendidik.Â
Hasil dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa blended learning cenderung lebih efektif daripada e-learning saja. Oleh karena itu, pemilihan antara kedua metode pembelajaran ini sebaiknya didasarkan pada kebutuhan dan konteks pembelajaran yang spesifik.
Selain itu, ada beberapa faktor lain yang ikut berperan dalam menentukan efektifitas pembelajaran model e-learning yang dapat mempengaruhi motivasi belajar adult learners dan tentunya perlu dijadikan pertimbangan bagi mereka yang ingin kembali melanjutkan kuliah, diantaranya: interaksi manusia, keterbatasan keterampilan menggunakan teknologi, kesiapan lingkungan pembelajaran digital serta pengalaman dan paparan digital
Karakteristik dan faktor-faktor di atas penting untuk dipertimbangkan ketika merancang dan merencanakan program pembelajaran yang melibatkan adult learners sebagai peserta didik.
Dengan memperhatikan hal-hal ini, implementasi pembelajaran e-learning dan blended learning dapat disesuaikan untuk efektifitas pembelajaran adult learners.
Nah, setelah membaca pemaparan singkat ini, kira-kira siapa pembaca disini yang tertarik untuk kembali belajar dengan memakai salah satu atau kedua metode belajar di atas?