Mohon tunggu...
M. Helmi Efendi
M. Helmi Efendi Mohon Tunggu... -

Selalu bermimpi . . . . .

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sesaat yang Berarti

28 September 2012   11:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:32 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Aduh….#@=/?, aku merasa ada yang melempar sesuatu dikepalaku. Benar saja musuh setiaku itu ternyata masih betah saja membuang-buang waktunya agar membuat hatiku jengkel. Seperti biasa, setiap pagi bila aku lewat depan rumahnya ada-ada saja kejadian menyebalkan yang aku alami. Siapa lagi kalo bukan Helmi teman sekaligus musuhku dari dulu. Sesaat aku menoleh ke belakang dengan wajah sedikit memerah, kuhampiri dirinya dengan senyum sinis. Kutahan rasa  kesalku karena harus berurusan dengan makhluk usil ini setiap hari. ”Auuuuuw”  Helmi berteriak keras dan nampaknya begitu kesakitan. Karuan saja, jempol kakinya seketika kuinjak dengan penuh rasa dendam. Segera aku berlari dengan senyum puas penuh kemenangan. Belum begitu jauh akupun kembali menoleh dan melihat Helmi yang masih mengurut-urut kakinya. Segera kuacungkan jempol tanganku dan kuarahkan kebawah tanda aku telah berhasil, tak lupa kujulurkan lidahku bahwa aku tak terkalahkan. “Yes berhasil!!!”, Gumamku dalam hati.

Sesampainya disekolah…

“Zahra!!!”,  aku mendengar ada suara yang memanggilku dikejauhan, suara yang tidak asing lagi ditelingaku dia adalah Yuli sahabat karibku.

“Hai yul ada apa? Pagi-pagi kok sudah heboh gini sih?”, Kulihat raut wajahnya begitu bersemangat.

“Zahra, kamu perlu tau ini berita paling ter-Up to date saat ini”.

“What???”, Aku sedikit bingung bercampur penasaran.

“What news baby?”, Tanyaku sambil sedikit mengolok-olok.

“Pokoknya kamu perlu tau”, Ucap Yuli sekali lagi.

“Ok, ok, ok, sekarang tarik nafas yang panjang kemudian keluarkan perlahan”, ucapku memberi saran.

“Sip! Sekarang mulai, emangnya kamu mau kasih tau berita apaan hari ini?”, sambil kucubit pipinya yang cabi itu.

”Zahra, elo pasti ‘ngga tau kan ada anak baru yang masuk sekolah kita ini? Duuuuh wajahnya cute abiz, bodynya tinggi kaya model-model gitu, senyumnya manis kaya buah duren, berkharisma, pokoknya perfect deh”.  Yuli mencoba menggambarkan sosok yang ada dipikirannya.

“Haaaah, maksud lho, cowok???#@%+=? “Cuma seorang cowok????” Yuli manggut-manggut. Aku tak percaya dan tak habis pikir.

“Berarti, elo pagi-pagi lari nyamperin gue cuma mau bilang ada cowok???? Yuli manggut sambil tersenyum manis, bahkan terlalu manis…

“Yuli..Yuli….”Ku pukul pundaknya sambil tergeleng-geleng, kubawa dia kealam sadarnya kembali,.

“Yul..Yul…gue kira ada yang lebih penting kek, apaan kek ‘ngga cuma sekedar cowok baru pujaan lho itu, buang-buang waktu aja”. Segera kutarik tangannya dan kuajak masuk keruangan A.XII…ruang kelas kami berdua.

###

Pagi yang cerah, kuharap hari ini lebih baik dari hari kemarin. Bergegas aku mandi dan sarapan, kemudian berangkat sekolah. Tak ingin berurusan lagi dengan Helmi, aku mencari jalan lain agar tidak bertemu dan dikerjainya lagi. Walau sedikit jauh, tak apalah setidaknya hari yang cerah ini tidak ternodai dengan hadirnya sosok Helmi yang nyebelin. Sesampainya disekolah, aku  tak langsung masuk ke kelasku. Karna masih ada waktu 15 menit untuk ku melihat-lihat mading yang ada di ujung jalan dari kelas ku itu. Ada sosok yang begitu familiyar di mata dan benakku ketika aku melihat dan membaca sebuah artikel mading,  sejenak dahiku berkerut rasa tak percaya bercampur rasa heran, “kenapa wajah Helmi yang nyebelin ini nangkring disini ya….??? Aku terdiam dan berpikir sesaat….

“No,no,no,……jangan bilang anak baru yang diceritakan yuli itu adalah Helmi”. Aku bergegas berjalan mencari Yuli dan meminta informasi yang sebenarnya tidak ia inginkan. Belum sampai aku ke kelas, badanku tertabrak seseorang, aku jatuh namun segera bangkit dan segera melanjutkan pencarianku. Belum sempat kakiku melangkah,…ada suara yang memanggil namaku…

“Zahraaaa!!!!

Aku menoleh, “OMG(Oh My God)……”ternyata orang yang kutabrak itu adalah cowok Alien dari Planet seberang.

“Elo…..”mataku terbelalak!!!!

“Yap, ini gue…cowok yang elo kagumi diam-diam sejak dulu kan??? Sahut Helmi dengan wajah palsunya, sok manis.

“Iiiiih, najis gue. Ngaca dulu dong, cowok kaya elo sih bisa gue dapat di mana aja, di pasar ikan juga  ada.

“ Masud lho? Gue ikan….?

“ngga tapi buaya, ha…ha…ha….aku bergegas lari sebelum serangan balasan dia lancarkan kepadaku, dan kali ini tidak untuk melanjutkan pencarianku terhadap sahabatku Yuli karna nampaknya pertanyaanku terjawab sudah.

###

“Kamu Zahra kan? ada suara yang menyapaku dari belakang…..

“Oh ya betul, ada apa ya?” Tanyaku sedikit heran…dan rasa heranku makin bertambah karna yang menghampiriku kali ini adalah Giant si ketua OSIS yang gosipnya orang ter-populer kelas wahid saat ini….bagaimana tidak, selain pinter alias otaknya encer, dia juga anak orang tajir, trus ramah and…..lumayan caem laaah.

“Selamat ya, kamu terpilih jadi bagian kepanitiaan untuk lomba tiga bahasa antar sekolah kali ini”. Sedikit terkejut aku berusaha tenang….

“Trus?” ucapku masih sedikit belum paham.

“Ini ada  undangan rapat nanti sore di Aula sekolah jam 15.30, jangan sampai tidak datang ya”, ucap Giant sang ketua OSIS itu.

Aku hanya mengangguk…..

“Ya sudah, aku kesana dulu ya”, Giant pamit dengan ramahnya….Benar-benar seorang pemimpin yang sempurna gumamku dalam hati.

###

Jam tanganku menunjukkan pukul 15.15, aku datang 15 menit lebih awal dari waktu yang dijadwalkan….perlahan aku melangkah masuk Aula yang nampaknya telah banyak yang datang lebih dulu dari diriku….aku mencoba mencari sosok yang bisa kukenali di ruangan ini tapi nampaknya tidak ada satupun . Aku baru teringat sosok Giant yang setidaknya mengenal ku. Akupun mencoba melangkah dan mencari si ketua OSIS itu. Belum jauh aku melangkah, ada tangan yang memukul pundakku….

“Zahra….!!!

“Eh hah….aku terkejut bercampur bengong @#%+=? Ternyata sosok yang ingin ku cari itu sudah lebih dulu menyapaku.

“Kok bengong disini, ayo gabung dengan yang lain”, ucap Giant dengan senyum hangatnya sambil mengajakku bergabung dengan teman-teman yang sudah bergerombol dikejauhan…..uuuuuuh jadi meleleh…..

Tak lama Giant membuka rapat dengan suasana santai, biar lebih akrab katanya….

“Karna lomaba kali ini diadakan di sekolah kita jadi sebisa mungkin kita menyiapkan dengan semaksimal mungkin. Selain itu, karna para juri telah dipilih dari sekolah masing-masing, jadi tugas kita lebih difokuskan pada dekorasi, dokumentasi, dan konsumsi saja. Sebelum saya pilih orang-orangnya, apakah ada yang ingin menambahkan? Karna kulihat tak ada yang ingin menambahkan, akupun mengacungkan tangan…

“Ya Zahra, silahkan…

“Apakah lebih baik sebagai tuan rumah, kita memberikan suguhan berupa seni tari atau drama sebagai opening ceremony-nya?”

“Good, saran yang bagus…saya setuju, bagaimana yang lain ucap Giant?

Yang lain tanpak setuju dan memberi sambutan hangat.

“Baiklah kalo begitu saya bagi langsung orang beserta tugasnya.

“Doni, Ayu, Rangga, kalian bagian Dokumentasi, Susan, Rama, Dewi, Jojo, kalian bagian Konsumsi, dan sisanya Zahra, Bobby, Ratna, Jefri, Juki, bagian Dekorasi.

“Bagaimana, apakah ada yang keberatan dengan pembagian ini? Giant lagi-lagi menawarkan kesempatan. Semuanya geleng-geleng kepala tanda puas dengan pembagian tugas yang sanagt proporsiaonal ini.

“Baiklah kalo begitu sekarang kita sudahi rapat ini, bila ada yang kurang paham atau apapun itu, silahkan temui saja saya di ruang OSIS. Kamipun segera membubarkan diri

###

Dua hari ini aku cukup disibukkkan dengan persiapan lomba di sekolahku sampai-sampai ngumpul bareng sahabatku Yuli pun hampir sulit.

“Ah, kali ini aku inigin makan kekantin dengan Yuli ucapku dalam hati. Tak lama bel istirahat berbunyi, segera kuhampiri Yuli dan mengajaknya makan. Yuli sih mau-mau aja ku ajak makan, karna itu emang hobynya.

“Eh non, makin sibuk aja sama ketua OSIS”, celetuk Yuli sambil menyikut tanganku….

“Hus, jangan macam-macam, entar orang dengernya disangka apa lagi”, cegahku…

“Cieeeeeee, nyantai aja kali non…..emang ada macem-macem?” Tanya Yuli Usil..

“Apaan sih, sudah-sudah mending kita makan gih”…aku tak ingin melanjutkan pembicaraan Yuli yang makin ngawur

“Sebenarnya nafsu makan gue lagi ngga ok nih”, gerutu Yuli, sambil sedikit menyicipi bakso pesanannya.

“Hemmm tumben”, aku mengerutkan dahi, maksud lho? “Jangan bilang lho lagi patah hati ato lagi kesambet setan diet!”

“Semi sakit hati tepatnya”, ucap Yuli membenarkan sedikit tebakanku.

“emang Helmis disakiti siapa yul?” tanyaku

“Helmi” jawab Yuli singkat, namun cukup mengagetkanku

“emang Helmi ngapain elo? Setau gue kalian belum jadian kan, so kapan nyakitinnya?”

“Emang sih, Helmi bukan siapa-siapa gue, Cuma berapa hari ini dia ngga pernah muncul lagi di sekolah”, hati gue kan jadi hancur, karna ngga bisa lihat barang antik lagi di sekolahan ini.

“Yuli..Yuli…” aku Cuma bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah sahabatku ini.

“emang yang elo tau dia kemana?”

“Justru itu Han, gue juga bingung tujuh turunan mikirinnya, jangan-jangan semedi di gua hantu kali”….kamipun tertawa sambil melanjutkan makan

Pembicaraan ini seketika terputus ketika bel tanda masuk kembali berbunyi dan kamipun bergegas kembali ke kelas.

###

Pagi ini aku sedikit kesiangan, mungkin kemarin aku terlalu capek mempersiapkan buat lomba yang tinggal dua hari lagi akan dilaksanakan disekolahku. Tak ada pilihan, aku terpakasa melewati jalan dimana aku sering dikerjai oleh Helmi….karna jalan lain lumayan jauh.

Diluar dugaanku tak ada kejadian aneh ketika aku melewati depan rumahnya, sedikit heran tapi aku bersyukur.

“Zahra”….ada suara wanita tua yang memanggilku. Aku menoleh dan kulihat ibunya Helmi menghampiriku…

“ya bu ada apa? Tanyaku…

“Ini ibu nitip surat ijin buat Helmi, dari kemarin ibu ngga lihat Zahra lewat sini jadi terpaksa baru kali ini surat ini ibu titipkan”

“emang Helminya mana bu?”

“sudah tiga hari ini Helmi sakit, kata Dokter dia kena tifes”

“Astagfirullah…..” aku terkaget-kaget.

“Trus sekarang Helminya gimana bu?” “

“badanya masih sangat lemah, ibu juga khawatir kalo keadaannya nanti makin parah”

“kenapa ngga dibawa ke Rumah Sakit aja bu?”

“Sudah, tapi Helminya ngga mau kalo harus di opname di Rumah Sakit”

“Oh, ya sudah entar pulang sekolah Zahra boleh menjenguk Helmi kan Bu?”

“oh ya tentu boleh, mungkin Helmi akan senang bila dijenguk”

“Zahra berangkat dulu ya bu, assalamu’alaikum”

“wa’alaikumsalam”

Sesampai di sekolah, Yuli adalah orang pertama yang kucari.

“Yuli sini, aku memanggil Yuli yang lagi duduk-duduk di teras sekolah.

”Ada apa Han serius amat?

“pangeranmu tu lagi sakit di rumahnya”.

“Hah, maksudmu Helmi?”, aku mengangguk.…

“Terus sekarang bagaimana keadaanya?  Aku juga baru tau waktu ibunya nitip surat izin buat dia.”

“Bagaimana kalau kita jenguk dia seusai pulang sekolah ini?” Yuli Nampak semangat.

“Boleh, aku juga berpikiran begitu.”

“Ya sudah, kita masuk kelas yuk!”, ajak ku.

Bel tanda mengakhiri pelajaran hari ini pun berbunyi, bunyi bel yang mungkin sangat ditunggu-tunggu Zahra dan Yuli….

“Zahra, kita jadi kan menjenguk Helmi?”, tanya Yuli bersemangat…

“jadi donk” ucapku singkat…kamipun bergegas melangkah meninggalkan sekolah

Tak sampai jauh, Hp-ku berbunyi….

“Hallo”….sapaku,”ini siapa ya”?

“aku Bobby…teman satu tim kamu di kepanitiaan”

“oooh, emang ada apa Bob?

“kalo bisa elo ke Aula sekarang ya, ditunggu anak-anak yang lain” suara Bobby disebrang sana..

“kalo boleh tau, emangnya ada apa? Tanyaku lagi penasaran

“kata anak-anak yang lain dekorasinya mesti harus ditambah biar lebih menarik, jadi elo sebaiknya langsung kesini aja”

“ok, ok, kalo gitu 10 menit lagi gue nyampe sana…”

“Ada apaan Han” Tanya Yuli…

“Duuuuh gimana nih, gue dipanggil anak-anak kepanitiaan buat ngumpul di Aula sekarang juga” aku sedikit kecewa karna terpaksa membatalkan janjiku menjenguk Helmi.

“emang ‘ngga bisa di pending dulu Han?

“katanya sih di kejar Dedline, jadi kudu cepat-cepat dirampungin”

“Ya udah, kalo gitu gue sendiri aja yang ketempat Helmi”, ucap Yuli dengan nada kurang bersemangat lagi

“ngga papa elo sendirian Yul?”

“yah apa boleh buat, Yuli sambil mengangkat kedua bahunya…

“Duuuh sorry, gue ngga bisa nemenin lo kesana” ucapku penuh penyesalan

“ngga papa, tapi gue butuh alamatnya nih”

“oh kalo itu gampang, rumah Helmi itu di samping rumah gue yang tingkat dua dan berwarna coklat muda”

“haaah, yang bener…kenapa elo ngga cerita sama gue kalo Helmi itu deket rumah lo?

“ngga penting, lagian kelupaan terus sih mau ngasih taunya…”

“Ya udah gue langsung ke rumahnya Helmi ya”

“yap, sampain salam gue aja ya, bilang sorry banget gue belom bisa jenguk..”

“ok”

Kamipun berpisah disimpangan jalan, akupun segera melangkah menuju Aula tempat biasa kami ngumpul….

###

Sehari menjelang perlombaan membuat ku makin sibuk, tak ada waktu main dengan yuli walau sekedar nongkrong makan bakso di kantin sekolah…

“Huuuh, semoga perlombaan kali ini dapat berjalan dengan lancar” selorohku dalam hati….

Sejenak dalam benakku ada yang terlupa….,yah hingga kini aku belom sempat menjenguk Helmi teman sekaligus tetanggaku sendiri. Kesibukan ini begitu menguras waktu dan tenagaku, hingga saat sampai di rumah aku sudah kelelahan dan langsung beristirahat. “semoga Helmi dapat mengerti….”

Tak lama, lamunanku buyar oleh suara keras yang memanggilku…”yah, itu Yuli…..

“Zahra…..!!!!! Yuli nampak tegang…

“ada apa Yul?

“Helmi Yul, Helmi….

“iya, emang kenapa dengan Helmi?

“Helmi makin parah, dan parahnya lagi dia ogah dibawa ke Rumah Sakit”

“haaah, astagfirullahal’azim….”, aku kaget bercampur cemas dan merasa bersalah…

“lalu? Tanyaku..

“yah begitulah, kondisinya sangat lemah dan ‘ngga ada semangat buat survive….”

“saat itu pula aku ingin segera menjenguknya, tapi yuli seketika mencegah

“eh non, emang elo mau kemana?

“jenguk Helmi”, jawabku simple..

“kitakan mau masuk bentar lagi”

“Sumpah, aku hampir lupa…

“ya udah entar pulang sekolah aja kita ke tempatnya Helmi, gimana?

“Ok, jawabku mantap….semoga kali ini tak ada aral yang menghalangiku buat menjenguk Helmi

Saat dikelas aku tak dapat fokus, aku begitu memikirkan kondisi Helmi…akupun merasa sangat bersalah. Walau selama ini hubungan kami tak pernah Baik, tapi Helmi adalah orang pertama yang ku kenal sejak aku  pindah rumah dari Suka Bumi…

Keusilannya selama ini tak pernah membuatku dendam, dan Helmi pun nampaknya demikian. Ia tak pernah marah bila aku mengerjainya….”ah, ternyata kenanganku bersama Helmi selama ini sangatlah indah, dan bodohnya aku tak menyadarinya…..Dan…….,lamunanku kembali buyar karna pak Rudi guru Bahasaku sudah masuk ruangan.

“Sebelum memulai pelajaran, siswi yang bernama Zahra dipinta ketua OSIS buat gladikotor untuk persiapan perlombaan besok”

“saya pak?, mencoba memastikan…

“iya, siapa lagi…

“emang diizinin pak?

“kali ini kamu dapat dispensasi…, ayo cepat kamu sudah ditunggu”

Aku segera bergegas keluar, dan menuju Aula tempat pelaksanaan lomba besok.

Jam sudah menunjukkan pukul  14.00 WIB, semua persiapan sudah beres dan gladikotor buat besokpun sudah berjalan dengan lancar.

“huuuh, waktunya pulang nih, seloroh ku sambil memijit-mijit bahu karna merasa capek….”

Tersadar dengan bahuku yang sakit, kembali aku telah melupakan sesuatu, sesuatu yang sangat penting…Helmi!

Tak sempat pamit dengan teman-teman panitia dan Giant si ketua OSIS, kakiku malangkah cepat sambil mencari-cari angkot yang biasa lewat depan sekolah.

“Alhamdulillah, kali ini aku mujur angkot yang dinanti tak begitu lama sudah ada menghampiriku…

“Menteng ya pak, ucapku pada bapak supir angkot..

Lupa dengan rasa capek yang menyerangku, aku segera turun dari angkot dan langsung menuju rumah Helmi…

Ada pemandangan yang ganjil dan tak biasa dimataku, rumah Helmi menjadi ramai tak seperti biasanya…

Masih dalam rasa penasaran aku segera masuk rumah Helmi……dadaku berdebar dan jantungku berdetak tak beraturan….aku berharap semua tak seburuk yang aku bayangkan.

Kakiku terus melangkah, mencari sosok yang bisa ku kenal…yah ibunya Helmi.

Belum jauh melangkah, kakiku seakan tertahan oleh sesuatu. Ada seonggak tubuh yang sudah tak berdaya  terbaring diantara kerumunan banyak orang. Seonggak tubuh yang sangat aku kenal, Helmi!

TIDAK, aku masih tak percaya…..seluruh badanku gemetar dan akupun tak sadarkan diri.

Tak lama, aku sudah siuman…..tapi tubuhku masih lemah. Yuli ternyata sudah menugguiku sedari tadi.

Tubuhku kupaksa bangun, aku masih tak percaya dengan apa yang aku lihat, tapi Yuli segera menahan.

“Zahra, biarlah elo  istirahat dulu sejenak….suara Yuli menyiratkan kesedihan yang mendalam

“TIdak, kali ini gue ‘ngga mau melakukan kesalahan lagi, gue jahat Yul”

“Zahra tenagkan dirimu…

“ia merebahkan kembali tubuhku ke kasur…

“Han, ada sesuatu yang dititipkan Helmi buat lo…

“sepucuk surat yang sudah sedikit kusam, mungkin surat yang sudah lama ia buat…

“Dengan jantung yang masih berdetak tak karuan dan badan yang masih gemetar, perlahan ku coba membuka dan membaca surat itu…

HANYA SEMENIT SAJA…

AKU INGIN KENAL KAMU LEBIH DEKAT

HANYA SEMENIT SAJA…

AKU INGIN MENGENALMU SEBAGAI SAHABAT

HANYA SEMENIT SAJA...

KAU SAPA AKU DENGAN HANGAT

HANYA SEMENIT SAJA…

KAU PANGGIL NAMAKU DENGAN AKRAB

SEMUA SUDAH TERLAMBAT

AKU SAKIT ZAHRA…

UMURKU TAK PANJANG

TAK LEBIH PANJANG DARI SEMENIT YANG KUHARAPKAN

NAMUN BEGITU INDAH DENGAN SESAAT YANG BERARTI

DAN KINI …..

HARAP ITU IKUT TERKUBUR BERSAMA JASAD YANG MATI

MAAFKAN AKU

ORANG YANG SANGAT INGIN MENJADI SAHABATMU

Tak ayal air mata jatuh tak terbendung, menyesal diakhir sangat menyedihkan. Aku telah melakukan kesalahan besar. Kubiarkan seorang sahabat pergi sendiri dengan sakitnya.  Dan bodohnya, aku baru menyadarinya. Hari itu dan hari-hari selanjutnya aku terdiam dalam sesal, namun ku berharap Helmi telah memaafkanku dan tetap mau menganggapku sebagai sahabat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun