Mohon tunggu...
embun sedayu
embun sedayu Mohon Tunggu... swasta -

hidup adalah pilihan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Maafkan Aku Ayah

24 Desember 2015   06:49 Diperbarui: 24 Desember 2015   08:32 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

 Dibawah rindang pohon akasia diatas gundukan makam ayah , Naisa duduk sendiri memanjatkan untaian doa ... , tak terasa air mata langsung mengalir dari pelupuk matanya .. ..."maafkan aku ayah, ... aku teringat akan dosa itu" lirih Naisa berkata hampir setengah berbisik ... Ayah sangat menyayangi Naisa sebagai anak bungsunya, setelah ibu tiada , ayah lah yang mengasuh dan merawat Naisa dengan penuh kasih sayang.Sebelum ayah pergi menyusul ibu Naisa ...diusia lansia ia menghidupi keluarganya berjualan baju berkeliling dari kampung ke kampung , berangkat setelah shalat shubuh dan sampai dirumah lagi menjelang malam.Sampai suatu saat ayah Naisa  memutuskan utk menikah lagi karena mungkin selain untuk dia , putri bungsunya dari 8 bersaudara pasti butuh sosok ibu ,karena tinggal Naisa yang belum berkeluarga. "aku gak mau punya ibu tiri ...orang bilang ibu tiri itu jahat " ...kakak Naisa yang bernama Nafisa berkata sambil mengelus elus rambut Naisa yg tidak panjang ... " tidak semua ibu tiri itu jahat Naisa",..kasihan ayah butuh seorang wanita utk mengurus pekerjaan di rumah dan juga untuk mengurus segala keperluan ayah... "kaka kan tidak bisa setiap hari kerumah ini Naisa... kamukan tahu kakak juga punya kewajiban sebagai istri dan juga sebagai seorang ibu" panjang lebar Nafisa memberikan pengertian pada sang adik.  

Walau berat hati Naisa yang masih duduk di bangku kelas 2 SMP akhirnya menyetujui ayah yang dicintainya itu menikah lagi. Akhirnya sebuah pernikahan sederhana berlangsung, ayah Naisa memilih wanita yang usianya jauh lebih muda dari usianya , "aku tidak tau kenapa wanita itu mau dengan ayahku yang sudah tua" Naisa bertanya tanya sendiri didalam hati ..:apa mungkin karena ayah punya rumah besar dengan halaman yang cukup luas di sekitar rumah ,  ..apapun alasan wanita itu mau menikah dengan ayah aku berusaha berpikir positif" pikir gadis remaja itu lagi.Wanita yang sekarang sudah menjadi ibu Naisa itu membawa anak kandungnya untuk tinggal bersama Naisa dan ayahnya di rumah yang asri itu  ..namanya Aryani hampir seusia Naisa , disinilah awal rasa iri hati terhadap Aryani yang mendapat perlakuan istimewa dari sang ibu , Naisa merasa tersisih, karena mengeluh pada sang ayah pun hanya didengar tanpa ada jawaban yang dapat menenangkan hatinya.

" boleh aku tinggal bersama kaka disini , " setengah memohon Naisa. berkata kepada kakaknya , sambil meneguk segelas air putih dingin dari kulkas yng baru saja disodorkan Nafisa " boleh saja tapi pasti tidak diijinkan ayah ..." Nafisa meneruskan perkataanya"dirumah itu sekarang seperti neraka kak.. aku tidak dianggap ada disana , perempuan yg dibilang ibu itu sama sekali tidak perduli dengan ku .. " kakak Naisa hanya tersenyum kecil mencoba memahami curahan hati sang adik sambil berkata ..."Aryani anak darah dagingnya wajar kalau ibu lebih memperhatika dia daripada kamu Naisa.."  " kalau begitu buat apa ayah menikahinya , untuk membuat aku cemburu karna aku tidak punya ibu ..." Nafisa lagi2 mengelus rambut si adik untuk menenangkan hatinya. Ya Nisaa ,seorang anak wanita yang baru ingin beranjak remaja. Untuk sekian waktu akhirnya Naisa menuruti saran si kakak untuk tetap menemani sang .

Terus membathin dan juga merasa tidak ada yang memperhatikan membuat Naisa sering sakit sakitan sampa iharus dirawat inapdi sebuah Rumah Sakit swasta .. ayahnya lah yang setiap hari mengingatkanya untuk minum obat , akumulasi dari semua kejadian yang tidak mengenakan Naisa adalah tidak diminumnya obat obatan yang seharusnya dia minum.Dia buang obat obatan itu secara sembunyi sembunyi dan ketika ayah bertanya " sudah diminum obatnya naa.. ?" Naisa cuma menganguk kecil.

Tidak berapalama setelah Naisa sembuh dan sehat kembali ayah Naisa yang sudah lansia jatuh sakit dan butuh perawatan yang intensif. Teringat Naisa dengan tindakanya menyianyiakan obat obatan dikala dia sakit , gerimis disenja itu ,... seperti air mata Naisa yang meratapi kepergian ayahnya.Naisa baru tahu kalau selama ini ayahnya menyembunyikan sakit yang diderita didepanya. 

Belum kering tanah makam ayah Naisa , ibu tiri  Naisa  telah menikah lagi dengan seorang lelaki lain , Naisa pun semakin tenggelam dengan segala kenangan itu.                                                                                                                   ***

 

 

 

                                                         

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun