Mohon tunggu...
Ekmal Medan
Ekmal Medan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Writer, Suka Motret dan Rebahan

...........

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

TMII: Landmark Indonesia

30 Maret 2015   09:21 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:48 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14276818411749250565

[caption id="attachment_358052" align="alignnone" width="600" caption="Satu kereta gantung melintas di atas miniatur Pulau Kalimantan, di danau arsipel TMII."][/caption]

Jika Jules Verne butuh 80 hari untuk keliling dunia. Maka kita hanya butuh satu hari untuk berkeliling Indonesia!

Bagaimana bisa? Bisa dong... Kalau nggak percaya datang aja ke Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Tempat wisata seluas lebih kurang 150 hektar, di timur Jakarta. Di tempat ini kita bisa menikmati berbagai ragam budaya, kesenian, produk khas daerah hingga kekayaan kuliner nusantara dalam satu hari.

Sebagai orang daerah, penulis pertama kali mengunjungi TMII di tahun 1994. Meski sudah sangat lama, namun kenangan asyiknya bertamasya ke TMII saat itu masih sangat lekat di ingatan. Selain menyajikan beragam pilihan dalam satu lokasi, hal paling berkesan di taman peninggalan Presiden Soeharto iniadalah soal kemegahan juga detail desain yang dibangun.

Tidak dapat dipungkiri, TMII memiliki desain yang sangat luar biasa. Sempat ditentang di awal pembangunannya, tapi kini tempat wisata yang mulai beroperasi20 April 1975 ini harus diakui menjadi landmark bukan saja Jakarta tapi juga Indonesia.

Di tahun 2008, saya pernah menjadi fixer kru televisi dari Bangkok. Tim kecil yang terdiri dari seorang produser, seorang reporter dan dua cameraman ini mendapat tugas membuat feature tentang kejayaan Sriwijaya dan nusantara. Pembuatan dokumenter Indonesia mereka anggap penting, untuk melacak jejak persinggungan budaya negeri gajah putih itu dengan Indonesia.

Di Bangkok menurut kru tersebut terdapat Kampung Makassar yang disebut Makasan District,ada Surau Chawa (masjid Jawa), banyak enceng gondok di sungai yang mereka sebutPhak Tok Chawa. Lambang negara sama-sama burung garuda, dan bandara internasional Suvarnabhumidi Bangkok yang berarti Tanah Emas (Swarna Dwipa/ Swarna Bumi) penamaannya sangat identik dengan bahasa Indonesia. Dan itulah yang harus dinapaktilasi.

Ada pengalaman menarik dari proses pembuatan film documenter tentang kejayaan Sriwijaya dan nusantara itu. Di tengah deadline yang ketat, kru membutuhkan sejumlah footage ikonik sejumlah daerah di Indonesia. Tanpa perlu berpikir dua kali, saya pun mengusulkan TMII sebagai solusi. Maka setelah lepas dari Banten (di tempat ini mereka hunting matahari tenggelam di Pantai Anyer), saya ajak tim merapat kembali ke Jakarta untuk ke TMII esok harinya.

Esoknya tim langsung bergerak ke TMII, untuk memperkaya video dokumenter. Tim memutuskan pertama kali harus mengabadikan keindahan kepulauan nusantara dari atas kereta gantung. Langit biru saat golden time plus efek movingcamcorder dari atas kereta gantung yang melaju di atas danaumembuat rekan-rekan saya dari Thailand kegirangan.

Yah, bagaimana tidak girang. Karena mereka tidak perlu ke ruang angkasa atau menyewa satelit untuk memperoleh gambar-gambar indah rangkaian kepulauan nusantara!

Menurut catatan wikimapia, miniatur kepulauan Indonesia atau lebih popular disebut Miniatur Arsipel Indonesia merupakan ikon TMII. Di danau berkedalaman60 centimeter hingga 1,5 meter ini, dibuat miniatur kepulauan Indonesia dengan skala 1 : 10.000 dan skala duga propel dibuat 2 x skala datar, berada di atas kawasan seluas 8,4 hektar.

Deretan kepulauan semakin indah dan nampak nyata,  karena dikreasikan sesuaikontur muka bumi Indonesia. Lengkap dengan tetumbuhan khas setiap daerah. Benar-benar karya yang detil, dan tentu kita harus ucapkan terimakasih untuk Almarhum Presiden Soeharto dan almarhumah Ibu Tien yang sudah meninggalkan karya sebagus TMII ini.

Setelah memperoleh dokumentasi kepulauan, tim masih mengambil sejumlah gambar dari beberapa anjungan. Di anjungan Sumatera Selatan kami merekam detil rumah Limas, rumah Ulu dan rumah Rakit khas daerah ini. Tidak lupa pertunjukan Gending Sriwijaya makin memperkaya perburuan kami.

Lepas dari anjungan Sumatera Selatan, kami menuju anjungan Jawa Timur, Yogyakarta, dan Papua. Meski waktu masih tersisa panjang namun kami memutuskan mengakhiri hunting footage di TMII. Karena tim harus bergerak ke Cirebon, Borobudur dan Bromo. Proyek overland Java ini memang diberi deadline yang ketat. Sehingga kami harusefektif menggunakan waktu.

Meski tidak semua anjungan kami abadikan, namun saya pastikan kru dari Bangkok berhasil melengkapi shotlist mereka di TMII ini. Shotlist ikonik Indonesia sudah direkam di pita video, untuk kemudian diedit dan menjadi film dokumenter yang positif untuk hubungan Thailand dan Indonesia.

Terlepas dari kenangan tugas saya bersama sahabat-sahabat dari Thailand. Saya pun menyadari betapa sangat berharganya objek wisata bernama Taman Mini Indonesia Indah ini. Di tengah deraan modernisasi di berbagai penjuru tanah air, saya yakin banyak benda-benda yang ada di TMII saat ini sudah menjadi koleksi langka.

Saya percaya, rumah Limas di Sumatera Selatan. Atau pernak pernik budaya lain di Indonesia saat ini banyak hilang tergerus zaman. Mencari rumah Limas di Palembang bisa jadi sesulit mencari rumah panggung khas Melayu di Kota Medan, tempat saya menghabiskan sebagian usia di bumi Indonesia.

Maka tidak bisa dipungkiri, semakin maju Indonesia bakal semakin berhargalah TMII. Karena menjadi museum terluas yang menyimpan kekayaan adat istiadat, budaya dan sejarah Indonesia. Menginjak usia 40 tahun TMII kini menjadi  landmark Indonesia. Jadi medium terlengkap yang mengabadikan jejak Indonesia untuk anak cucu dan cicit kita di masa depan.

Jika mengingat semua ini, saya jadi salut dan kembali harus mengucapkan terimakasih untuk sosok Soeharto dan Tien yang punya pandangan visioner di tahun 1970-an! Pandangan dan ide yang jauh melewati zamannya. Pandangan yang mendorong penciptaan hal-hal baik yang bahkan tidak serta merta disambut rakyat Indonesia kala itu.(*)

* Karya ini diikutsertakan dalam lomba blog 40 Tahun TMII

* sumber foto: http://www.indonesia.travel/id/destination/397/taman-mini-indonesia-indah

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun