Mohon tunggu...
Fina Afidatussofa
Fina Afidatussofa Mohon Tunggu... -

Just Write! ^^

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengapa Butuh Memperhatikan Cinta?

1 Mei 2012   17:07 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:52 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13358920171331205211

Mencintai, kata orang sesuatu yang lumrah. Bisa dirasakan oleh siapa saja. Tidak pandang umur, jabatan, apalagi status. Semua berhak untuk merasakannya. Tua, muda, kaya miskin, kulit putih kulit hitam. Tidak ada larangan sama sekali untuk merasakan hal tersebut. Apalagi, hal itu bukan sesuatu yang mudah untuk ditepis.

Tapi masalah yang ada bukan rasa itu sendiri. Melainkan ekspresi yang menjadi effect daripada rasa yang ada. Seseorang bisa saja dengan mudah menjalani hidupnya dengan baik, tenang dan damai dengan munculnya rasa tersebut. Tapi, tak dielakkan juga jika rasa tersebut justru banyak menimbulkan kerancauan pikiran, kegalauan, kegelisahan, bahkan kekecewaan dan kesedihan mendalam.

Berangkat dari cinta, ribuan karya lahir. Prestasi-prestasi yang tinggi diraih. Dan berangkat dari cinta pula, orang-orang besar menemukan jati dirinya. Tapi berangkat dari rasa cinta itu pula sebuah kehidupan menjadi begitu rumit, ruwet, ribet, dan mencuri banyak hal dalam hidup.

Akankah cinta meninggikan kualitas kita, atau justru melemahkan kehidupan kita? Semua bermula dari pilihan-pilihan yang kita ambil dan putuskan.

Segala hal yang dapat kita pikirkan, kita pelajari, kita teliti, dapat kita pilih. Termasuk tindakan kita dalam mengekspresikan rasa.Pilihan awal, akan mempengaruhi pilihan-pilihan selanjutnya. Sebut saja orang yang ingin mengekspresikan rasanya dengan mengungkapkan pada yang dicintainya. Awal mula, jelas ia akan dihadapkan pada dua pilihan. Antara mengiyakan keinginan tersebut. Atau menolaknya mentah-mentah. Jika pilihan jatuh pada mengungkapkan,ia tidak saja berhenti sampai di situ. Ia akan dihadapkan pilihan-pilihan lain jika ternyata rasa cintanya bersambut. Memilih untuk menjalin hubungan atau tidak. Jika ia memilih untuk menjalin, ia pun tak berhenti di situ. Ia akan dihadapkan lagi pilihan-pilihan yang beragam. Dengan resiko-resiko yang selalu ada di setiap pilihan yang ia jatuhkan.

Keputusan yang ia pilih sangat dipengaruhi oleh pengertian yang telah ia dapat. Jika pengertian yang telah sampai padanya adalah sesuatu yang baik, maka pilihan-pilihan yang ia ambi pun biasanya baik pula.

Pengertian tidak akan lahir dengan baik jika yang masuk dalam pemahamannya adalah hal-hal yang kurang baik. Misal lingkungan yang tidak beres, tontonan yang kurang mendidik, pergaulan yang kurang sehat, atau minimnya selera membaca buku serta keengganan untuk mendengarkan pengertian baik yang disampaikan orang lain. Hal-hal yang terekam dalam alam bawah sadar, akan membentuk pengertian yang semula abstrak dan acak menjadi bentuk tindakan nyata yang kurang indah.

Lain halnya jika seseorang berusaha mencari lingkungan yang baik, sering menonton tayangan yang mendidik dan memotivasi, banyak bergaul dengan cara yang sehat, sering ngobrol dengan orang-orang yang baik cara hidupnya, banyak membaca buku-buku yang dapat menambah kualitas berpikirnya, serta senang mendengarkan pengertian baik yang disampaikan orang lain. Hal itu pun secara sadar atau tidak sadar, akan menumbuhkan pengertian-pengertian yang sehat yang meski semula belum sempat terbahasakan oleh dirinya sendiri, namun dapat memunculkan tindakan-tindakan yang sesuai dan selaras dengan harmoni kehidupan.

Saatnya kita kembali memukul kesadaran kita untuk merencakan hal-hal yang dapat membuat hidup kita lebih berkualitas. Berkualitas atau tidaknya, pada dasarnya bermula dari pilihan kita. Dalam puncak kehidupan, atau dalam keterpurukan, semuanya bermula dari kesungguhan kita sendiri.

Kesungguhan yang untuk memilih yang baik-baik, melahirkan pengertian yang baik, memunculkan inisiatif baik, menghasilkan keputusan yang baik, dan mengeluarkan tindakan yang baik. Sehingga semua terangkum dalam kualitas yang baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun