Mohon tunggu...
Fina Afidatussofa
Fina Afidatussofa Mohon Tunggu... -

Just Write! ^^

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sekolah Komunitas

30 April 2012   18:24 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:54 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13358137761526775182

Sekolah Komunitas adalah sekolah yang dikelola oleh masyarakat. Kami menyebutnya dengan Komunitas Belajar. Tempat dimana kegiatan belajar siswa tidak berjalan sesuai mandat atasan. Sebab seluruh kegiatan, adalah hasil rancangan siswa sendiri.

Sejak dini, yang selalu ditekankan adalah kemandirian. Sehingga setiap warga belajar harus mau berpartisipasi dalam menentukan berbagai kebijakan yang ada pada lembaga. Kegiatannya tidak stagnan. Selalu dinamis dari tahun ke tahun. Dan hanya beberapa pelajaran saja yang disepakati menjadi pelajaran wajib. Yang lainnya, berangkat dari inisiatif dan kebutuhan siswa.

***

Sudah hampir delapan tahun aku aktif di sebuah sekolah komunitas. Sebagian besar perjalanan belajarku memang tak melalui pendidikan formal. Sehingga hari-hariku akrab dengan kegiatan-kegiatan non formal. Kurikulum yang dibuat dan disepakati bersama, kegiatan-kegiatan ekstra menekankan kreatifitas dan inovasi-inovasi, serta budaya berkreasi yang menuntut belajar keras mendaya gunakan rasa dan karsa . Lepas SMA, dan setelah mondok serta kuliah sebentar, aku merintis sebuah penerbitan bersama beberapa sahabat yang juga menyukai dunia tulis menulis. Tahun berikutnya aku aktif mendampingi adik-adik (setera kelas tiga SMP) di Komunitas Belajar, juga mengajar di Madrasah yang ada di Pesantren, serta melanjutkan pendidikan pesantren yang memang masih tengah jalan.  Semua kegiatan kulakukan di desa.

Di sela-sela itu semua, aku merangkai konsep-konsep untuk menggabungkan sistem pesantren dengan sistem sekolah komunitas. Aku merasa, dewasa ini banyak hal yang tidak realistis. Aku hanya berharap pemuda-pemudi mendapatkan pendidikan yang tidak jauh dari kehidupan sehari-harinya, tetap selaras dengan norma-norma agama, masyarakat dan tidak tercerabut dari akarnya. Namun, bukan berarti tak boleh bercita-cita. Justru dengan pola pendidikan yang menekankan pada "kemerdekaan belajar", kemandirian, kreatifitas dan tentusaja akhlak,  setiap anak akan memiliki  hak yang sangat longgar untuk menentukan dan meraih cita-cita tingginya, tanpa kehilangan karakter.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun