Mohon tunggu...
Dian Khairani
Dian Khairani Mohon Tunggu... -

Dian Khairani Mahasiswi PBA-UIN Maliki Malang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perkembangan Kognitif di Masa Kanak-kanak Awal

28 April 2015   19:44 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:35 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14302250081036277101

Diantara kita yang memiliki adik kecil yang berusia, sekitar 2 sampai 7 tahun, pasti sering menemukan adik-adik kita yang menggambar dengan warna-warna yang mereka sukai tanpa melihat kecocokan dengan objek aslinya. Misalkan saja, anak-anak yang menggambar gunung-gunung berwarna biru, matahari yang berwarna merah,  batang pohon yang berwarna hitam dan lain sebagainya. Setiap anak bebas berimajinasi dengan dunia mereka masing-masing, sebab itu peran orang tua disini, sangat dibutuhkan dalam mengarahkan dan memberi pengertian kepada anak. Jika kita berkaca pada fenomena diatas, peran orang tua dapat tersalur dengan memberi pengertian bahwa warna hijau adalah warna yang lebih cocok untuk gambar gunung, warna kuning untuk matahari atau untuk lebih memperjelas orang tua dapat menggunakan gambar, buku-buku yang ada gambar gunung, matahari dan sebagainya, untuk  lebih memahamkan pemahaman kognitif anak. Karena perlu diketahui pada masa ini anak secara bebas untuk berimajinasi dengan dunia mereka sendiri, sebab pada tahap pra sekolah ini, imajinasi anak terus bekerja, kemudian daya serap mental mereka tentang dunia semakin meningkat. Hal ini merupakan bagian dari perkemabangan kognitif anak. Adapun bahasan tentang perkembangan kognitif masa awal anak-anak ini, lebih terfokus pada tahap perkembangan praoperasional yang dikemukakan oleh pieget.

Dengan merujuk pada buku Life Span Development (Jhon. Santrock) yang menjelaskan bahwa pada masa awal anak-anak ini, anak telah memasuki masa praoperasioal yang berkisar pada usia 2 hingga 7 tahun. Dan pada tahap inilah terbentuklah beberapa konsep seperti, munculnya penalaran mental, egosentrisme mulai kuat dan terkadang melemah, serta keyakinan pada hal-hal yang magis pun mulai terbentuk.

Pemikiran operasional pada masa anak-anak awal merupakan awal kemampuan untuk merekontruksi pada tingkta pemikiran apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu. Dan pemikiran praoperasional juga mencakup peralihan penggunaan simbol dari yang primitif menuju yang lebih canggih.

Tahapan fungsi simbolis ini terjadi pada kisaran usia 2 hingga 4 tahun. Biasanya seorang anak akan lebih tertarik dan cepat mengingat dengan menggunakan simbol. Hal ini dapat kita lihat pada anak-anak yang sedang berusaha belajar mengenal huruf. Dalam hal ini alangkah lebih baik orang tua yang ingin mengajarkan anaknya dalam mengenalkan huruf menggunakan simbol-simbol. Contoh jika hari ini kita ingin mengajarkan huruf A,B, dan C, kepada anak, maka sebaiknya kita juga membuat miniatur atau gambar dari benda-benda yang berawalan huruf A, B dan C (Ayam, Bebek dan Cumi-cumi). Dengan begitu anak akan lebih mudah mengingat dan membayangkan secara mental objek yang tidak ada. Kemampuan untuk berpikir simbolis semacam inilah disebut dengan fungsi simbolis dan kemampuan itu mengembangkan secara cepat dunia mental anak. Contoh lain yang bisa diamati mengenai fungsi simbolis dapat terlihat pada anak kecil yang sedang menggambar manusia, mobil, pohon dan lainnya yang masih corat-coret.

Selanjutnya adalah egosentrisme (egocentrism) adalah suatu ciri pemikiran praopersional yang menonjol. Pada fase ini seorang anak tidak mampu membedakan perspektif diri dengan perspektif orang lain di sekitarnya. Di sini anak belum mempunyai kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan, dilihat dan dipikirkan oleh orang lain, ia akan cenderung untuk melihat sesuatu dari sudut pandangnya sendiri. Adapun fase yang ketiga adalah animisme (animism) yaitu keyakinan bahwa objek yang tidak bergerak memiliki suatu kehidupan dan dapat bertindak. Misalnya, ada anak kecil yang mengatakan  “Ayah, bulan dilangit selalu saja mengikuti Aku kemanapun Aku pergi”. Perspektif seorang anak yang mengatakan bahwa bulan dilangit selalu mengikutinya kemanapun dia pergi karena anak kecil sulit untuk membedakan kejadian-kejadian yang tepat bagi penggunaan perspektif manusia dan bukan manusia. Namun sebagian developmentalis percaya bahwa animisme merupakan pengetahuan dan pemahaman yang kurang lengkap, bukan suatu pemahaman menetap tentang dunia. Perlu untuk menjelaskan lebih lanjut agar terbentuk pemahaman yang lebih lengkap tentang dunia.

Jadi untuk lebih memahami peran orang tua pada tahap ini, lebih kepada pengarahan terhapad hal-hal yang ditemui oleh anak. Seperti memberikan penjelasan ke anak bahwa bukan bulan yang mengikuti kita tapi, karena bentuk bulan yang besar seolah-olah sepert bulan sedang mengikuti kita kemanapun kita pergi. Dengan terus menerus memantau dan memberi pengertian sesuai dengan pengetahuan anak adalah merupakan hal yang paling tepat untuk dilakukan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun