Mohon tunggu...
Bayu Sasongko
Bayu Sasongko Mohon Tunggu... karyawan swasta -

wong jogja yang glidhig di jakarta. Menulis untuk berbagi. Dapat juga dibaca di www.bukubebas.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Republik Twitter

16 Juli 2012   10:14 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:54 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Anda tentu ingat, sekitar bulan februari yang lalu ada sebuah film tentang jejaring sosial twitter. Film ini berjudul #republiktwitter. Kabarnya, #republiktwiter ini adalah film tentang twitter pertama di dunia.

Awalnya film ini menceritakan hal yang biasa biasa saja. Yaitu pertemanan lewat twitter yang berujung percintaan. Sukmo, mahasiswa yang kuliah di Jogja jatuh cinta dengan Hanum, seorang wartawati di Jakarta. Kemudian mereka janjian ketemuan. Akhirnya sukmo ke Jakarta menemui Hanum. Dari sinilah E.S Ito, penulis #republiktwiter, menyampaikan visi misi film ini. Dari mengkritik perilaku remaja yang gemar twiteran. Remaja sekarang dia ibaratkan sebagai generasi menunduk. Generasi yang anti sosial meski berkutat dengan jejaring sosial. Puncak kejelian film #republiktwiter ini adalah ketika sukmo terjebak dalam bisnis pencitraan politik berbasis jejaring sosial (twitter). Dari sebuah "warnet" ,  Sukmo memainkan 140 karakter untuk menaikan citra seorang tokoh untuk menjadi trending topic. Di film ini diceritak sedang berlangsung pilkada DKI. Berbagai cara dilakukan. Siang malam Sukmo berkutat didepan komputer. Ribuan akun palsu dibuat untuk meretwit kicauan sukmo. Akhirnya Sukmo berhasil membuat sang tokoh Trending Topic.

Seharusnya film #republiktwiter ini tayang saat ini. Dimana Pilkada DKI sedang berlangsung. Sambil menunggu perhitungan manual para calon (yang dinyatakn masuk putaran 2 oleh hitung cepat) gencar melakukan pencitraan lewat dunia maya. Pada kenyataannya, penggalangan masssa lewat dunia maya sangat efektif. Facebook, twitter, blog, email dan lalin lain mereka lalap untuk mendapatkan massa. Lewat dunia maya juga salah satu calon menyerang calon yang lain dengan black campaign. Berbagai akun dibuat untuk menjatuhkan. Komen, posting kicauan, status dan blog. Terjadi juga di kompasiana ini. Akun baru dengan satu postingan, 0 comment, 0 teman, nulis panjang lebar memuji calon atau menjelek jelekan calon. Kemudian ketika koment ramai si pemilik akun sudah kabur ke lapak lain untuk melakukan hal yang sama.

Film #republiktwiter ini sangat jeli memotret perilaku masyarakat saat ini. Dari kehidupan remaja sampai perilaku politik masyarakat. Saya berharap ada stasiun televisi yang menayangkan film #republiktwiter ini. Karena benar benar aktual.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun