Ceritera kelam dari Indramayu, menurut surat jabar Pikiran Rakyat Bandung, Jumat, 4 September 2015. Kemarau saat ini yang melanda daerah Indramayu, mengakibatkan gagal panen karena kekeringan melanda daerah tersebut. Dampak kegagalan panen tersebut, memicu kenaikan angka perceraian di daerah tersebut.
Gagal panen karena puso, baik secara langsung maupun tak langsung berdampak pada meningkatnya serta memicu tingkat perceraian, teramati berdasar rekaman statistik naiknya angka perceraian sejaki bulan Mei hingga Agustus 2015. Perceraian mungkin terkait dengan masa paceklik, akibat dilanda musim kekeringan. Terpapar dalam rekam statistik perceraian sejak awal musim kemarau bulan mei lalu hingga bulan agustus saat ini. Kenaikan talak cerai dan cerai gugat yang meningkat akibat faktor ekonomi. Sehingga nampaknya terkait dampak puso atau gagal panen sepanjang musim kemarau, berakibat pada rapuhnya keadaan ekonomian keluarga.
60 hingga 70 persen perceraian, merupakan gugatan cerai pihak istri, karena suami digugat tidak bertanggung jawab. Tak jelas disini apakah tanggung jawab mencukupi nafkah lahir atau bathin. Mungkin juga karena pihak suami kurang mencukupi nafkah lahir bagi istrinya, akibat kesulitan ekonomi musim paceklik tersebut.
Rata rata masalah utamanya karena ekonomi, tapi ternyata ada pula dari kalangan yang berkecukupan, mengajukan gugat cerai, sehingga bisa saja tak melulu masalah ekonomi saja. Bila dilihat secara keseluruhan, 40 persen perceraian banyak terjadi pada rumah tangga pekerja buruh serabutan, buruh tani. Sehingga adanya panenan sangat menentukan penghasilan dan pendapatan mereka.
Pekerja TKI/TKW juga banyak mengalami permasalahan diantara mereka, tentunya tak berkaitan dengan musim kemarau yang melanda daerah mereka.
Masalahnya lagi adalah landasan perkawinan, bahwa banyak terjadi perkawinan di bawah umur di daerah tersebut. Tak jarang gadis berusia 13 tahun telah berulang kali kawin cerai, umumnya disebabkan karena ketak cocokan, perselingkuhan, suami yang tak benar dlsbnya.
Sehingga setiap musim kemarau di daerah Indramayu, tak pelak lagi daerah ini akan mencuatkan kenaikan grafik statistik jumlah janda janda di daerah Indramayu. Sebuah potret sisi kelam kerentanan sosial budaya nusantara, betapa dampak musim pada masyarakat yang masih bergantung dan mengandalkan pada kemurahan hati musim hujan disamping aspek aspek lainnya.
Â
Bandung, 4 September 2015
Jam 13.15, Cuaca cerah agak gerah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H