Mohammed bin Nayef Putra Maklota Saudi Arabia ketika berbicara saat jeda pertemuan dengan Presiden Barack Obama di Oval Office Gedung Putih, Rabu, 13 Mei, 2015, di Washington
Arab Saudi Berhutang USD$ 4 Milyar Ketika Harga Minyak Nyata Berdampak ke Negerinya
Arab Saudi berhutang USD$ 4 miliar ke pasar lokal sejak tahun lalu, lewat penjualan obligasi pertama, dengan tempo delapan tahun sebagai upaya Saudi mempertahankan belanja publik yang tinggi. Dampak karena harga minyak merosot. Fahad al-Mubarak, gubernur Badan Moneter Arab Saudi, mengatakan, pemerintah akan menggunakan gabungan dana obligasi dan cadangan untuk mempertahankan belanja pengeluaran dalam upaya menutupi defisit, yang akan diperkirakan lebih besar dari yang diperkitakan sebelumnya.
"Kami memperkirakan akan ada peningkatan pinjaman," katanya, menurut sebuah laporan di harian ekonomi koran Al-Eqtisadiah di akhir pekan yang lalu. Analis memperkirakan akan terjadi defisit sekitar USD$ 130 milyar, tahun ini. Pemerintah, yang belum memanfaatkan pasar obligasi sejak tahun 2007, telah menggunakan cadangan asing yang besar, yang mencapai puncak hingga USD$ 737 milyar dolar Agustus lalu, untuk dapat mempertahankan pengeluaran upah, proyek khusus dan perang udara yang dipimpin Saudi di Yaman. Yang telah menghabiskan USD$ 65 milyar disaat harga minyak jatuh.
Pembayaran bonus untuk pegawai negeri dan militer yang dibuat oleh raja baru, Salman bin Abdulaziz Al Saud, telah menyebabkan tekanan lebih lanjut pada kas negara. "Kenyataan harga minyak memiliki dampak telah menimpa negeri, dan kebutuhan juga memukul rumah sendiri," kata John Sfakianakis, direktur untuk kawasan Teluk di Ashmore, fund manager.
Arab Saudi membutuhkan harga minyak USD$ 105 per barel untuk memenuhi kebutuhan belanja seperti yang direncanakan, namun harga rata-rata minyak untuk tahun ini diperkirakan sekitar $ 58 per barel, katanya. "Jika pemerintah terus berbisnis seperti biasa, dan dengan menggenjot produksi minyak seperti saat ini, karena jelas bakal menguras cadangan secara lebih cepat dari yang diharapkan, maka, pada akhir 2018 atau awal 2019," tambah Mr Sfakianakis.
Ini menunjukkan sebuah kenyataan , bahwa hampir setiap negara di bumi tanpa beban utang. Amerika Serikat merupakan sebuah negara yang memiliki hutang terbesar di dunia.
Sebuah peringatan dan pelajaran bagi negeri kita, terutama dampak harga minyak yang jelas akan sangat mempengaruhi perekonomian negeri kita. Sebuah gambaran yang tak terlampau menggembirakan atas prospek harga minyak di masa depan, terutama bila minyak Iran juga bakal memasuki dan membanjiri pasar, setelah embargo terhadap Iran dicabut.
Â
Sumber: