Mohon tunggu...
Mabate Wae
Mabate Wae Mohon Tunggu... profesional -

senior citizen

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kemarau Panen Janda

4 September 2015   13:23 Diperbarui: 4 September 2015   13:32 826
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ceritera kelam dari Indramayu, menurut surat jabar Pikiran Rakyat Bandung, Jumat, 4 September 2015. Kemarau saat ini yang melanda daerah Indramayu, mengakibatkan gagal panen karena kekeringan  melanda daerah tersebut. Dampak kegagalan panen tersebut, memicu kenaikan angka perceraian di daerah tersebut.

Gagal panen karena puso, baik secara langsung maupun tak langsung berdampak pada meningkatnya serta memicu tingkat perceraian, teramati berdasar rekaman statistik naiknya angka perceraian sejaki bulan Mei hingga Agustus 2015. Perceraian mungkin terkait dengan masa paceklik, akibat dilanda musim kekeringan. Terpapar dalam rekam statistik perceraian sejak awal musim kemarau bulan mei lalu hingga bulan agustus saat ini. Kenaikan talak cerai dan cerai gugat yang meningkat akibat faktor ekonomi. Sehingga nampaknya terkait dampak puso atau gagal panen sepanjang musim kemarau, berakibat pada rapuhnya keadaan ekonomian keluarga.

60 hingga 70 persen perceraian, merupakan gugatan cerai pihak istri, karena suami digugat tidak bertanggung jawab. Tak jelas disini apakah tanggung jawab mencukupi nafkah lahir atau bathin. Mungkin juga karena pihak suami kurang mencukupi nafkah lahir bagi istrinya, akibat kesulitan ekonomi musim paceklik tersebut.

Rata rata masalah utamanya karena ekonomi, tapi ternyata ada pula dari kalangan yang berkecukupan, mengajukan gugat cerai, sehingga bisa saja tak melulu masalah ekonomi saja. Bila dilihat secara keseluruhan, 40 persen perceraian banyak terjadi  pada rumah tangga pekerja buruh serabutan, buruh tani. Sehingga adanya panenan sangat menentukan penghasilan dan pendapatan mereka.

Pekerja TKI/TKW juga banyak mengalami permasalahan diantara mereka, tentunya tak berkaitan dengan musim kemarau yang melanda daerah mereka.

Masalahnya lagi adalah landasan perkawinan, bahwa banyak terjadi perkawinan di bawah umur di daerah tersebut. Tak jarang gadis berusia 13 tahun telah berulang kali kawin cerai, umumnya disebabkan karena ketak cocokan, perselingkuhan, suami yang tak benar dlsbnya.

Sehingga setiap musim kemarau di daerah Indramayu, tak pelak lagi daerah ini akan mencuatkan kenaikan grafik statistik jumlah janda janda di daerah Indramayu. Sebuah potret sisi kelam kerentanan sosial budaya nusantara, betapa dampak musim pada masyarakat yang masih bergantung dan mengandalkan pada kemurahan hati musim hujan disamping aspek aspek lainnya.

 

Bandung, 4 September 2015

Jam 13.15, Cuaca cerah agak gerah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun