Kemarin, saya mengirim sebuah tulisan,yaitu “Nagasari, Tanaman Pelindung Superstisi”, ternyata tak mampu melindungi dari musibah migrasi kompasiana. Tulisan dikirim beberapa jam sebelum terjadinya “kompasiana menghilang”, atau dimulainya babak baru, tampilan dan unjuk gigi “kompasiana baru” yang tampil lebih garang, canggih serta mutakhir, demi menampung syahwat kompasianer yang beragam minat, tuntutan maupun kecanggihan kepiawaian mereka masing masing.
Beberapa jam kemudian setelah “dipublikasi”. Gelagapan terserang panik, lantaran mendadak tanpa permisi, sobat setia “kompasiana lama” atau “kola” menghilang seharian. Menjelang tengah malam, sebagai gantinya, muncullah tampilan “kompasiana baru” atau “koba” , sebagaimana tampilan yang digadang gadang, beberapa minggu sebelumnya, guna ajang pamer, uji coba dan latihan pemanasan di tampilan “kompasianer baru” bagi para kompasianer, dan pengunjungnya.
Disaat itu, tak terlampau serius diperhatikan dan menyimak dengan baik, karena pikirku toch, biasanya “upgrade”/peningkatan mutu ke versi terbaru tak bakal banyak meninggalkan kemampuan lamanya, paling paling ada tambahan kemampuan baru, kecepatan yang lebih baik, penyederhanaan atau tambahan menu baru, namun feature lama paling tidak, bakal tetap dipertahankan. Itu umumnya yang kualami, meningkatkan kemampuan dan penyempurnaan perangkat lama. Eh, ternyata migrasi ke sistem baru.
Beberapa kekurangan, misalnya, kebiasaan dan ketrampilan menelusuri menu menu ditampilan lama, ternyata perlu penyesuaian yang tak selancar dan seakrab ataupun semudah di feature lama. Agh, itu kuanggap karena belum terbiasa, belum trampil, atau lantaran “koba” masih dalam tahap “instalasi” atau “upgrade”, belum lancer atau belum terinstal semua. Apalagi, klo masuk ke menu menunya selalu tampil “invalid request”, dll. Bah, masih lagi instalasi nih, bahkan sampai detik ini!
Sayangnya, sampai saat ini, karanganku ternyata tak tertelusuri jejaknya, hilang, bahkan dalam daftar riwayatpun lenyap tak berbekas. Masih banyak lagi feature lama yang kurindukan tetap hadir. Oh yaa, kolom iklan sebelah kanan ternya agresi ke kolom tulisan dengan porsi hampir sama, separuh, kebanyakan agh, tulisannya jadi relative mengkerut. Jangan jiplak FIFA donk, jadi monopoli iklan.
Kemana ya, tulisanku kemarin, ikut migrasi pengungsi?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H