Setiap pagi saya keluar rumah untuk berangkat ke kantor, dalam beberapa pekan belakangan ini selalu saya lihat Banner Munas Alim Ulama dan Konferensi Besar NU 2012 di Pondok Pesantren Kempek Cirebon, Senin (17/09/2012) dengan Tema “Kembali ke Khitah Indonesia 1945”. Beberapa kali saya tidak mau ambil pusing, tapi semakin lama, karna setiap hari saya lewati banner tersebut, pikiran saya terganggu juga.Apa maksud dari tema yang tersebut, bahkan ketika saya berfikir kekinian dimana kompleksitas persoalan kebangsaan yang terjadi pada hari ini, tema tersebut benar-benar menohok Nurani saya sebagai anak bangsa.
Semakin terkejutnya saya ketika membaca media terhadap hasil-hasil rekomendasi yang diberikan alim ulama NU yang berkumpul di Cirebon, yakni : soal Pilkada Langsung, Hukuman Mati untuk Koruptor, Korupsi di sector Pajak dan kehidupan politik & berbangsa yang tertuang dalam UUD’45. Bagi saya ini suatu hasil rekomendasi yang luar biasa dan sunggu berani.Di tengah-tengah kehidupan berbangsa dan bernegara yang sudah carut marut.
Jika menelaah perannya kesejarahannya, Nahdlatul Ulama memang bukan hal yang baru.Dalam peran kesejerahannya NU, baik sebelum kemerdekaan dan sesudah kemerdekaan telah memberikan konstribusi sejarah yang luar biasa.Kita ingat KH.Abdurahman Wahid, kader NU yang mumpuni pernah menjadi Presiden RI dengan stylenya seorang kyai kampung, suka atau tidak Gus Dur –demikian sapaannya—telah menorehkan tinta emas kesejarahan NU di peta politik nasional.
Kembali kepada soal rekomendasi pertemuan di Cirebon, dengan tema yang bagi saya sangat khidmat tersebut dengan hasil rekomendasi yang tidak kalah khidmat, tentunya harus menjadi kesadaran bersama seluruh Kader-kader NU untuk dapat menfollow up hasil-hasil tersebut dalam praktek-praktek politik dan berbangsa, sehingga tidak hanya menjadi sampah yang dibuang oleh Presiden Yudhoyono yang dipercaya (?) untuk menerima hasil-hasil rekomendasi para alim ulama NU kemarin.
Misalnya, dalam hal Pilkada Langsung para alim ulama melihat bahwa, Pendidikan politik saat Pemilu Kepala Daerah (Kada) Langsung, justru mencetak masyarakat bermental money politic. Lalu seperti apa Pilkada Langsung yang mencerdaskan masyarakat menurut NU? Memberikan Hukuman/punishment terhadap Koruptor dengan Hukuman Mati.Namun, kenapa masih memberikan kesempatan kepada si Koruptor untuk dapat kembali melakukan korupsi (tidak jera) baru setelah itu diberikan punishment Hukuman Mati?Padahal dalam UU Tipikor ada tercantum Hukuman Mati untuk koruptor, walau dalam keadaan tertentu.
Tapi bagi saya its oke lah, apa yang telah dinyatakan para alim ulama itu masih sangat normatif –mungkin?—tapi jika hal tersebut ditangkap oleh semua elemen bangsa yang sadar atau komunitas-komunitas muda NU, ini akan menjadi sebuah movement yang tentunya luar biasa.
Kenapa menjadi luar biasa? Tema “Kembali ke Khitah Indonesia 1945” saya yakin itu adalah cerminan sikap para alim ulama NU, maka jika kesadaran itu muncul secara sadar dikarenakan sudah melencengnya kehidupan berbangsa dan bernegara pada hari ini, tentunya harus dikembalikan kepada cita-cita awal berdirinya bangsa ini sesuai yang tertuang dalam Konstitusi bangsa ini yakni UUD’1945 Asli.
Saya hanya mengibaratkan begini, ketika saya masuk hutan dan salah jalan tentunya saya harus kembali ke titik awal dimana saya mulai berjalan. Jika diteruskan saya berjalan dan mengikuti jalan yang semakin tidak jelas, tentunya saya akan lebih sesat. Makanya saya putuskan untuk kembali ke titik awal saya berdiri dan berjalan.
Logika saya sederhana sebagai anak bangsa, ketika bangsa ini sudah melenceng kemana-mana dengan dilemahkannya Ideologi bangsa menjadi 4 pilar (Pancasila, UUD’45, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika) dan Konstitusi Nasional UUD’45 dengan hasil-hasil amandementnya sejak tahun 2002, serta lemahnya kepemimpinan Nasional, maka hanya satu solusinya yakni kembali kepada UUD 1945 dan itu dapat dilakukan oleh MPR seperti tertuang dalam Pasal 37 UUD’45 serta Aturan Peralihan Pasal I. Masalahnya kemudian, apakah MPR mau bersikap? Apakah Presiden berani bertindak seperti Ir. Soekarno ketika mengeluarkan Dekrit Presiden kembali ke UUD’45? Jauh semuanya dari harapan!!
28 Oktober 2012
Selain pertemuan Alim Ulama NU, ternyata di Cirebon tepatnya di keraton Kasunanan Cirebon juga terjadi konsolidasi dari Mahasiswa Indonesia. Pun tema pertemuan tersebut tidak jauh-jauh dari tema yang digagas oleh para alim ulama NU yakni ; “Kembali ke Indonesia 1945, Mempersatukan Khidmat Mahasiswa dan Rakyat Menuju Indonesia Berdaulat Adil dan Makmur”. Entah kebetulan atau tidak, saya tidak mengerti.
Artinya apa, antara generasi muda dan para alim ulama NU tetap ada rasa optimisme tentang kebangkitan nasional/Negara menjadi Negara besar dan Adi Daya.Memang secara ideal, pemerintah tetap memiliki tanggung jawab yang besar untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada.Namun, dalam berbagai literasi mengenai sejarah kemajuan sebuah bangsa, peranan masyarakat juga memegang peranan penting untuk menentukan arah perubahan sebuah bangsa.
Sebagai contoh : meskipun dikenal sebagai Negara yang sangat mengusung semangat individualisme, namun warga Amerika tetap memiliki nasionalisme dan rasa cinta terhadap terhadap negaranya yang begitu tinggi bahkan dapat mempengaruhi suatu budaya Negara lain (westernisasi). Jadi superioritas Amerika dalam kancah pergaulan internasional selain disebabkan oleh penyelenggara Negara yang hebat namun juga didukung rasa patriotisme yang begitu tinggi dari warga negaranya.
Ditengah berbagai kepungan berbagai persoalan kebangsaan, sayangnya fenomena meluruhnya semangat nasionalisme mulai menjalar khususnya kepada generasi muda. Padahal anak muda Indonesia yang hidup pada hari ini adalah jawaban wajah Indonesia di masa yang akan datang. Sejarah selalu mencatat, bahwa pemuda selalu memiliki andil yang sangat besar dalam setiap babak perjalanan bangsa.Guratan sejarah yang begitu dahsyat dari pemuda Indonesia adalah ikrar bersama elemen pemuda yang berasal dari beragam latar belakang suku, ras dan agama untuk menyatukan diri menjadi identitas tunggal dibawah payung Indonesia di tahun 1928.
Kini ditengah tantangan arus globalisasi, peran pemuda kembali dibutuhkan untuk menahkodai perjalanan bangsa menuju Indonesia yang gemilang.Negara ini memiliki seluruh syarat untuk menjadi sebuah kekuatan baru di dunia. Namun, semua itu akan terjadi bila seluruh komponen bangsa khususnya pemuda dapat menyatukan derap langkah kearah yang dicita-citakan pendiri republik. Untuk itu menjadi sangat penting untuk menciptakan momentum baru yang akan menandai perjalanan baru Indonesia sebagai bangsa yang besar.
Terinspirasi pada sejarah Sumpah Pemuda 1928 yang begitu mempesona, maka pada tahun 2012, pemuda Indonesia harus menjawab panggilan sejarah dengan kembali menyatukan diri serta meneguhkan kembali sumpah yang pernah diucapkan para pemuda Indonesia pada tahun 1928. Sumpah pemuda tahun 2012 merupakan gagasan sebagai ajang unifikasi pemuda Indonesia untuk membangun kesadaran kritis untuk menjawab tantangan hari ini dan esok hari.Sumpah pemuda tahun 2012 adalah tentang semangat untuk kebangkitan. Pemuda harus menjadi inspirasi kebangkitan dengan semangat laksana api yang berkobar. Ketika kekuatan diri dan bangsa sudah mulai meredup, tiada lain semangat seterik mentari yang akan membangkitkannya. Kemenangan hanya akan didapat bila ada sebuah persatuan, dan kini persatuan pemuda menjadi wajib bila Indonesia tidak mau menjadi debu sejarah di masa yang akan datang.
Untuk itu, kami mengajak seluruh elemen pemuda di Indonesia untuk kembali bersatu dan menyeragamkan visi untuk membangun Indonesia adidaya.Kebangkitan itu bisa diawali dengan ikrar bersama pada tanggal 28 Oktober 2012, dimana seluruh pemuda Indonesia dengan berbagai macam latar belakang dapat berikrar secara seragam. Ikrar yang akan dibacakan adalah sebagai berikut :
1.Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertanah air satu, tanah air Indonesia
2.Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia
3.Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia
4.Kamiputra dan putri Indonesia berideologi satu, ideologi pancasila
5.Kami putra dan putri Indonesia bersatu& bertekad mengembalikan konstitusi kepada Undang-Undang Dasar 1945 yang Asli.
Ikrar tersebut akan dibacakan serentak oleh seluruh pemuda Indonesia dari Sabang hingga Merauke pada tanggal 28 Oktober 2012. Berdasar hal tersebut maka kami yang tergabung dalam Sekretariat Bersama Sumpah Pemuda 2012 bermaksud untuk mengundang seluruh elemen pemuda untuk dapat bisa bergabung pada momentum tersebut.
Apakah ini juga akan menjawab pertanyaan perubahan terhadap bangsa ini? Semoga. Karena ketika 1928 para pemuda berkumpulpun di Kramat Raya mereka tidak mengetahui bahwa tahun 1945 akan ada kemerdekaan Indonesia. Tapi, tekad dan semangat persatuan itulah yang menjawab tahun 1945. Apakah Indonesia 15 atau 20 tahun ke depan hanya akan menjadi Abu Sejarah atau tidak? Semuanya kembali kepada pemuda dan rakyat Indonesia yang sadar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H