Jika saja keindahannya berubah derita...
Bagaimana bisa bunga-bunga bermekaran dengan bahagia...
Andaikata keindahannya ditandingkan dengan emas yang dikeruk dari perut Ina...
Keindahan Manusela akan terkurung bersamanya dalam permata di surga...
Burung-burung yang lucu dipaksa terbang memikul sebongkah kabar duka dalam sajadah...
Segerombolan bandit perampas telah datang dari istana penguasa...
Berdalih sekantong kesejahteraan, peluang pekerjaan, pembangunan berkelanjutan, dan peningkatan ekonomi yang dibungkus dengan bahagia tanpa penderitaan, ditawarkan !
Duhai kekasih,
Sebuah penindasan yang menyiksa telah bersalaman diujung bibir pejabat negara...
Se-Lahan rindu akan hadir tiap hari, menyelimuti taman hidup mereka...
Katamu " Cinta adalah kehidupan"...
Mereka berkata " bagaimana cinta kami yang selalu berdzikir dirampas habis dan dibatasi"...
Hatiku melapalkan doa-doa dan beribadah di puncak perlawanan sejati...
Ia merdeka di atas langit cinta, melihat penguasa yang berjudi di atas tubuh konstitusi...
Tiba-tiba ia melukis dengan peluru-peluru puisi...
Mewarnai bait-bait dalam sebuah perih, diksi-diksi dalam bentuk oposisi...
Di atas Altar berdiri sehimpun oligarki, memakai sorban putih dan membaca kitab investasi...
Sebuah ketulusan dan kesetiaan hanya ada di dalam dada para nelayan dan petani...
Cahayanya membara dari dada ke dada pemuda-pemudi...
Menangisi tanah yang dibabat korporasi sepanjang detak nadi...
Wahai para pejuang, jangan berpaling dari ikrar kita dengan Ilahi...
Sebab se-Jiwa dalam juang tak harus se-Agama, se-Suku atau se-Organisasi, berkulit hitam ataupun putih...
Kita hanya perlu memastikan, cinta-cinta liar bersatu bersama sang kekasih...
Ambon, 26 Oktober 2020
Tuan Muda Tormas
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H