Di bawah atap langit
Kopi buatanmu masih terasa di ingatan
Sedangkan, rindu mengepul bersama harapan
Temu kita  mekar tergantung paket internetan
Aku rapuh
Bila kau umbar romantismu di sucinya auratmu
Menyapaku dengan belahan dada manjamu
Atau menitipkan desahan di telingaku
Dikala malam semakin larut
Namun, jangan kira aku patuh
Sepotong puisi yang kuhidangkan dalam rapuhku
Biarlah menjadi pelepas rindu di bibirmu atau selimut hangat di atas tubuhmu
Karna lelaki yang sejati
Akan membimbing sampai rambut memutih
Bukan dimiliki, hanya untuk disetubuhi
Waiheru 28-07-2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H