Mohon tunggu...
Embah Tedjo
Embah Tedjo Mohon Tunggu... -

Hanya anak kampung.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kamu.. Iya LPG non-Subsidi

16 September 2014   06:14 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:34 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tepatnya di desa Purworejo yang sangat jauh sekali dari hiruk pikuk keramaian khalayak metropolitan. Desa yang nyaman, aman, tentram, dan damai. Memang jumlah orang yang memiliki kelebihan intelektual sangat terbatas adanya sehingga segala hal termasuk kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah jika itu kurang nyaman di telinga para warga akan secara implusif di respon negatif. Namun itu hanya berlaku beberapa hari karena katakanlah ketika harga LPG naik warga pastinya akan resah dan rasa resah itu akan berakhir dalam waktu yang singkat karena sebenarnya masalah lain yang diresahkan oleh warga sendiri masih tidak karuan banyaknya termasuk masalah ekonomi. Menurut hasil perhitungan individu tentang jumlah pemilik LPG non subsidi atau LPG 12 kg, memiliki persetase sekitar 90%. Sungguh angka yang lumayan fantastis karena mengingat masyarakat yang ada di sini rata-rata merupakan pegawai pabrik rokok, pegawai reparasi mobil, pekerja pabrik bahan baku lokal, dan yang paling banyak adalah petani. Jumlah wirausaha yang cukup dibilang kecil mempengaruhi jumlah permintaan LPG12kg sehingga sangat amat jarang penulis pribadi menemui agen penjual LPG12kg di sekitar Desa.

yaaa seperti itulah keadaan di perkampungan tingkat wirausaha yang kecil, memang ada sih sebenarnya tetapi itupun beberapa dari mereka hanya berjualan berupa toko-toko kecil dan sebagainya. Sehingga apabila kebijakan dari pemerintah untuk menaikkan LPG non subsidi 12kg dari 7.700 ke 14.300 bukanlah hal yang sangat krusial bagi warga desa termasuk penulis pribadi. Mungkin dengan dengan naiknya harga LPG 12kg dapat menaikkan harga-harga makanan di warung namun sebenarnya beberapa warung di desa juga masih menggunakan LPG3kg karena alasan awal waktu lampau merupakan proses transisi dari penggunaan minyak tanah ke media yang lebih efektif yanitu LPG3kg.

Pada intinya kebijakan yang diambil oleh pemerintah tentang kenaikan harga LPG12kg tidak sepenuhnya meresahkan warga kalangan ekonomi ke bawah, namun mungkin yang lebih terkena imbasnya adalah kalangan ekonomi menengah dan keatas karena dari persentase pemakaian LPG12kg merekalah konsumen terbesar. Tetapi karena mengingat mereka kebanyakan adalah orang yang tidak  buta huruf dan mengerti bahwa harga LPG(Liquefied Natural Gas) di Indonesia merupakan harga yang paling murah dibandingkan negara-negara asean yang lain pastinya mereka menyadari bahwa itu merupakan langkah terbaik dari pemerintah untuk mensejagterakan rakyat Indonesia kecuali bagi masyarakat kalangan atas yang kurang memiliki rasa legowo terhadap saudara setanah air yang lebih membutuhkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun