Mohon tunggu...
Tri Wibowo BS
Tri Wibowo BS Mohon Tunggu... -

Editor, penerjemah, tukang ketik, mampir cengengesan | urip sawang sinawang

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

World Writers #567: Kazuo Ishiguro

13 Desember 2014   12:48 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:23 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kazuo Ishiguro(1954 – )  Novelis Jepang yang karya-karyanya diperkaya oleh dua budaya — ia mampu menyelami budaya Inggris tanpa kehilangan kultur Jepang yang ditanamkan dalam dirinya oleh keluarganya. Pada 2008 majalah The Times menyebut Ishiguro sebagai "The 50 greatest British writers since 1945."

Kazuo Ishiguro dilahirkan di Nagasaki pada 8 November 1954. Saat berusia enam tahun dia pindah ke Inggris. Setelah menamatkan pendidikan dasar dan menengah dia melanjutkan ke Universitas Kent, Canteburry Kanada. Ia juga sempat merasakan sentuhan di Universitas East Anglia. Kehidupannya di tanah seberang ini membuka wawasannya tentang budaya lain yang sama sekali berbeda. Kelak dua kebudayaan itu sangat mempengaruhi penulisan novel-novelnya. Suatu ketika dia diminta pulang ke Jepang oleh orang tuanya, yang telah menyiapkan kehidupan baru untuknya di Jepang. Semula dia tak tahu  apa maksud kehidupan itu; setibanya di Jepang barulah ia sadar kehidupan yang dimaksud adalah ia harus menemani orang tuanya. “Aku tak pernah menyesali kepulangan ke Jepang,” katanya. Di Jepang Ishiguro berkarya lewat goresan tangan dalam bentuk novel-novel Romantik.

Novel-novel karyanya adalah A Pale of View Hills (1982), kisah tentang seorang janda Jepang di era pasca perang yang memenangkan Winfred Holtby Prize of the Royal Society of Literature;  An Artist of the Floating World (1986), memenangkan Whitbread Book of the Year — sebuah novel yang halus tentang guru dan murid, orang tua dan anak, doktrin dan pemberontakan. Novel ini juga merupakan eksplorasi mendalam tentang memori dan sejarah, sebuah perenungan tentang kehidupan di dunia; The Remains of the Day (1989), memenangkan Booker Prize, mengalahkan The Blind Assasin karya Margareth Atwood, dan diangkat ke layar lebar 1993 dengan pemeran utama Anthony Hopkins dan Emma Thompson;  The Unconsoled (1995). When We Were Orphans (2000); dan Never Let Me Go (2005) -- Time Magazine menyebutnya sebagai best novel of 2005 dan memasukkan  novel inialam TIME 100 Best English-language Novels from 1923 to 2005.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun