Tidak ada sesuatu yang kebetulan. Juga sejarah perjuangan nan inspiratif itu.
Jauh, licin, berliku dan terjalnya pematang dan jalan; curamnya jurang dan tebing; tingginya gunung dan bukit; dalamnya sungai, danau, laut; juga tajamnya peluru, sangkur dan bayonet. Tidak ciutkan hati mereka.Â
Mereka datang bertemu, berkumpul, berhimpun. Bukan sekedar berkerumun. Berbicara, berdialog, berargumen, adu pendapat. Bukan sebatas ngerumpi.
Semangat persatuan lumatkan ego dan perbedaan. Lahirkan pengakuan akan kesamaan. Jadi energi dahsyat siap patahkan belenggu kebebasan. Tercium wangi Kemerdekaan.
Tujuh puluh lima tahun sudah Indonesia Merdeka.
Kini, Â terlihat guratan-guratan. Bukan butiran debu berjajar nan rapi. Tapi, retak menanti belah. Amat menyedihkan.
Wahai pemuda milenial, ibu pertiwi bertanya, dimana posisimu? Pembawa patri atau martil atau hanya termangu.
Jadilah generasi punya malu. Malu pada dirimu, pada sejarah, dan pada masa depan. Ukirlah indahnya histori itu sekarang. Bukan nanti.
Selamat memperingati Hari Sumpah Pemuda.
Antapani Kidul, 28 Oktober 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H