Dia tidak butuh saran, hanya butuh ditemani dan didengarkan. Tetapi ketika dia sedang ingin menyendiri, beri kesempatan dan jangan memaksanya untuk bercerita. Ketika dia sudah terlihat tenang, ajaklah dia melakukan hal-hal positif atau sekadar keluar untuk refreshing. Satu hal lagi, jangan menasehati apapun atau bahkan menyalahkan dirinya. Karena hal itu justru membuatnya semakin terpuruk. Jika kita tak mampu mengobati, setidaknya jangan pernah menjadi orang yang menambah luka.
Kedua, ketika kita melihat dari sisi orang tua miyo. Perceraian tidak bisa kita benarkan tapi kita juga tidak berhak menyalahkan. Kita tidak tahu apa yang mereka alami sampai mereka memutuskan untuk berpisah. Akan tetapi sebagai orang tua harusnya mereka dapat lebih memperhatikan anaknya dan tidak menuruti egonya masing-masing.Â
Banyak orang tua bercerai kemudian menikah lagi dengan alasan ingin membahagiakan anaknya, ingin anaknya merasakan punya orang tua yang lengkap. Belum tentu. Tidak semua anak mudah menerima kenyataan tersebut. Orang tua bukanlah barang yang dapat digantikan. Ada mantan istri/mantan suami tapi tidak akan pernah ada mantan orang tua.
Ketiga, melihat sisi miyo. Menjadi miyo bukan hal yang mudah. Berat sekali menerima perundungan dari teman-temannya, menerima perceraian orang tuanya, menerima ibu baru, juga patah hati. Ketika miyo tenggelam dalam kekalutan, dia tidak peduli dengan perasaan teman-teman yang mengkhawatirkannya. Dia merasa sendirian dan tidak ada yang peduli dengannya, maka dia melakukan hal ceroboh dengan mengatakan dia tidak ingin menjadi manusia. Apa yang terjadi akhirnya? Miyo menyesal setelah mengetahui banyak orang yang menyayanginya.
Bagi kamu yang saat ini atau pernah berada di posisi miyo, percayalah kamu adalah salah satu manusia kuat. Dan aku yakin ketika kamu membaca tulisan ini, kamu sebenarnya sedang mencari alasan untuk tetap tinggal di bumi. Kamu adalah "salah satu manusia kuat" iya, salah satu, bukan satu-satunya.Â
Itu berarti kamu tidak sendiri. Mungkin saja kamu pernah ada di fase ingin mengakhiri hidup atau menghilang dari bumi. Tidak perlu. Tuhan tidak pernah memberi cobaan melebihi kemampuan makhlukNya. Suatu saat kematian akan datang padamu dengan sendirinya, dan aku yakin kamu akan pergi dengan tersenyum.
Ketika perasaan ingin menyakiti diri sendiri atau ingin mengakhiri hidup itu muncul, cobalah membuka mata hati, banyak orang yang masih peduli padamu tapi kamu tidak melihatnya karena kamu sendiri yang menutup hatimu. Tetaplah bertahan walau sakit, demi makanan favoritmu, demi film favoritmu, demi impianmu, demi karya-karyamu, atau demi teman-teman yang masih peduli padamu. Tetaplah bertahan walau sesak dan sulit, kamu tidak sendiri, Tuhan masih menyediakan banyak oksigen untukmu, Tuhan masih memberi kesempatan untuk kamu menemukan kebahagiaan.
Peluk online dari aku untuk kalian yang sedang berjuang, tetaplah bertahan di bumi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H