Jalin komunikasi yang interaktif. Interaktif yang dimaksud dalam tulisan ini adalah komunikasi dua arah antara orang tua dan anak. Ajak anak kita bicara. Tanyakan hal apa saja. Bukan menjadi masalah jika anak kita belum bisa merespons sesuai keinginan kita. Bahkan orang tua boleh menjawab pertanyaan yang telah dibuat sendiri. Proses seperti itu bertujuan membiasakan anak berani untuk mengeluarkan kata-kata.
Contoh konkretnya, pada saat anak satu tahun atau dua tahun disuapi atau makan sendiri. Ajak anak kita untuk berkomunikasi. Ajukan pertanyaan, “Dede makan apa?”
Bagi anak yang sudah lancar berbicara, pertanyaan tadi pasti akan dijawab sesuai harapan. Bagi yang belum lancar atau bahkan belum bisa berbicara maka pertanyaan tadi akan direspon dengan bunyi yang tidak mengandung arti atau bisa juga direspon dengan kata yang belum terlalu jelas. Nah, orang tua tidak perlu kesal. Terus lakukan, karena itu merupakan pembiasaan secara langsung.
3) Lakukan/Praktek
Ajak anak bersama-sama melakukan sesuatu sambil mengajarkan kosa kata sederhana. Misalnya, pada saat mengajarkan kata makan. Lakukan dengan memasukkan makanan ke dalam mulut.
Perbuatan yang akan kita lakukan bersama anak bisa kita pilih berdasarkan tingkat kesulitan kosa kata. Misalnya dari satu kata, lalu dua kata, dan seterusnya.
4) Ucapkan
Ajaklah anak kita untuk mengucapkan kata. Perlahan-lahan tidak masalah. Semakin sering kita memberikan stimulus untuk mengucapkan kosa kata, semakin baik. Tidak perlu terlalu banyak kata. Sedikit demi sedikit sambil dilakukan koreksi jika anak melakukan kesalahan pengucapan.
5) Koreksi
Koreksi atau perbaikan dilakukan jika anak masih melakukan kesalahan pada saat pengucapan kata. Misalnya saat anak meminta susu. Anak mengucapkan, “Mau cucu mah!” Kita bisa mengoreksinya secara tidak langsung agar anak tidak turun kepercayadiriannya untuk tetap berbicara.
Hindari mengoreksi dengan kalimat, “Salah bukan minta Cucu Nak, tapi susu!” Kita bisa mengganti dengan kalimat, “Oh Adik mau Susu ya?”